NovelToon NovelToon
Rasa, Rana Dan Lara

Rasa, Rana Dan Lara

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Single Mom / Anak Genius / Hamil di luar nikah
Popularitas:2.6M
Nilai: 4.7
Nama Author: Restviani

Ijab qabul yang diucapkan calon suaminya, seketika terhenti saat dirinya pingsan. Pernikahan yang diimpikan, musnah saat dirinya dinyatakan hamil. Terusir, sedih, sepi, merana dan sendirian. Itulah yang dirasakan oleh Safira saat ini.

Dalam keputusasaan yang hampir merenggut nyawanya, Safira dipertemukan dengan sosok malaikat dalam wujud seorang pria paruh baya. Kelahiran anak yang tidak diharapkan, justru membuat kehidupan Safira berubah drastis. Setelah menghilang hampir 6 tahun, Safira beserta sepasang anak kembarnya kembali untuk membalas orang-orang yang telah membuatnya menderita.

Satu per satu, misteri di balik kehamilan dan penderitaan Safira mulai terkuak. Lalu, siapakah ayah dari si kembar jenius buah hati Safira?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Restviani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kecerdikan Rana

Tiba di sebuah toko mainan Adnan toy’s, Safira dan Sarah turun dari mobilnya. Sarah berpikir, mumpung dia mampir ke toko mainan, dia pun berniat membelikan mainan untuk putri semata wayangnya.

“Selamat siang! Ada yang bisa saya bantu?” tanya seorang pelayan perempuan di toko itu.

"Ah ya, saya ingin membeli mainan untuk kedua anak saya," jawab Safira.

“Laki-laki atau perempuan, Bu?” tanya pelayan itu lagi.

“Anak saya kembar. Satu laki-laki dan satunya lagi perempuan," tutur Safira.

"Oh begitu ya. Mari Bu, Saya tunjukkan beberapa jenis mainan yang sekiranya cocok untuk putra putri Ibu," tawar pelayan itu.

Namun, saat mereka hendak pergi melihat-lihat koleksi mainan di toko ini, tiba-tiba seseorang memanggil Sarah.

“Hai, Sar, apa kabar!” tanya Adnan si pemilik toko mainan.

Sarah terkejut sekaligus senang mendengar sapaan dari pria itu. Pria yang saat ini tengah dekat dengannya.

“Kabarku baik-baik saja, Nan,” jawab Sarah.

“Syukurlah. Eh, di mana Khanza, dia enggak ikut?" tanya Adnan yang tidak melihat putrinya Sarah.

“Sebenarnya aku ke sini untuk mengantar atasanku membeli mainan. Oh iya Nan, kenalkan, beliau adalah Ibu Safira. Bosku," ujar Sarah mengenalkan Safira kepada kekasihnya.

Adnan mengulurkan tangannya, “Adnan, calon suaminya Sarah. Senang berkenalan dengan Anda," sahutnya.

Safira mengulas senyumnya. "Safira,” ucapnya seraya menjabat tangan Adnan.

“Mau cari mainan ya? Mari, saya antar melihat-lihat,” tawar Adnan.

Safira mengangguk. Mereka bertiga pun mulai berkeliling mencari mainan yang dikira pantas untuk kedua anak Safira.

Mata Safira terkunci pada satu set alas lukis beserta papan kanvasnya dengan ukuran yang cukup besar. Safira mendekatinya dan mulai melihat-lihat mainan itu. Senyum Safira seketika mengembang setelah merasa jika mainan itu sangat cocok untuk putrinya.

“Aku ambil yang ini!” ujar Safira.

Sarah dan Adnan tersenyum. Adnan kemudian mengambil satu set alat melukis itu dan meminta pegawai untuk membungkusnya. Setelah itu, dia berjalan mengikuti Safira dan Sarah yang telah berkeliling mencari mainan ke tempat mainan anak laki-laki.

Safira melihat mainan lego yang bertemakan Tiny Town. Pikirnya, mainan itu pasti sangat cocok untuk anak laki-lakinya. Dia tahu jika anaknya memiliki bakat untuk merancang sebuah bangunan. Karena itu, Safira berniat membelikan mainan miniature kota yang bisa dibongkar pasang sesuai imajinasi si pemain.

Tak lupa Safira juga membelikan mainan untuk Khanza, anak dari sekretarisnya. Meskipun berulang kali Sarah menolak. Namun, safira tetap memaksanya. Sarah pun mengalah.

Adnan sebenarnya berniat memberikan mainan itu sebagai hadiah pertemanannya. Namun Safira menolak. Dia memaksa Adnan untuk menerima uang pembayarannya. Dengan berat hati, Adnan akhirnya menerima pembayaran Safira.

Selesai dengan transaksinya, kedua perempuan yang usianya sebaya, segera pergi dari toko mainan milik Adnan.

Kali ini, giliran Safira yang mengambil alih kemudinya. Dia melajukan mobilnya menuju kantor. Setelah mengantarkan sekretarisnya, Safira kemudian memutar arah untuk kembali pulang.

Sepanjang perjalanan. Hati Safira terasa senang. Ya! Hari ini aku akan memberitahu mereka jika aku adalah ibu kandungnya. Semoga saja mereka tidak kecewa dan mau menerimaku, ucap Safira dalam hati.

Ketibaan Safira di rumah, berbarengan dengan ketibaan ayah angkat dan kedua anaknya. Mata Safira berembun ketika melihat senyum mereka yang sedang berlomba lari untuk segera sampai di rumah.

“Kamu sudah pulang, Nak?” tanya Opa Hadi sembari menautkan kedua alisnya. Dia merasa heran melihat Safira pulang di jam segini.

“Iya, Pak. Fira sedikit pusing, karena itu Fira pulang duluan,” tutur Safira seraya mencium punggung tangan ayah angkatnya.

Opa Hadi terlihat cemas. Dia pun meraba kening anak angkatnya, sedikit hangat.

“Kamu demam, Nak. Kita panggil dokter, ya?” lanjut Opa Hadi.

“Enggak, Pak. Fira baik-baik saja, kok. Istirahat sebentar juga, pasti sudah baikan," balas Safira. "Oh iya, Pak, ada yang mau Fira sampaikan kepada Bapak," lanjut Safira.

“Ada apa, Nak?” tanya Opa Hadi seraya mengernyitkan dahinya.

“I-ini tentang kedua anak Fira, Pak,“ sahut Safira.

“Baiklah, kita bicara di ruang kerja Bapak saja. Ayo!” ajak Opa Hadi seraya berjalan menuju ruang kerjanya.

Safira mengikuti Opa Hadi dari belakang.

Tiba di ruang kerja. Safira mulai mengutarakan niatnya untuk memberitahukan kebenaran tentang jati dirinya kepada si kembar. Opa Hadi menitikkan air mata saat putri angkatnya mengemukakan niatnya.

“Ini yang Bapak tunggu, Nak. Tidak sia-sia selama ini Bapak berdo’a dalam setiap shalat, meminta jika Tuhan membuka pintu hatimu dan mau mengakui kedua anakmu. Bapak yakin mereka pasti akan menerima kamu sebagai ibunya, Nak. Mereka anak-anak yang baik dan penyayang,” tutur Opa Hadi memberikan dukungannya kepada Safira.

🌷🌷🌷

Setelah makan malam. Opa Hadi memanggil kedua cucunya ke ruang kerja. Meskipun kedua cucunya merengek manja karena mereka sedang menikmati kue brownis kesukaannya. Namun, dengan tegas Opa Hadi tetap meminta mereka datang.

“Sudah, jangan membantah perintah Opa. Pergilah!” kata Bik Cucum seraya mengambil sisa potongan kue dari tangan si kembar.

Dengan wajah sedikit ditekuk, Lara pun pergi mengikuti kakaknya yang telah berjalan duluan menuju ruang kerja sang kakek.

Opa Hadi mempersilahkan si kembar untuk duduk. Kedua bocah itu tampak terkejut saat mereka mendapati kakak perempuannya telah berada di ruangan ini.

“Baiklah anak-anak. Maksud Opa memanggil kalian ... karena kakak kalian akan berbicara serius dengan kalian. Jadi Opa harap, kalian bisa menyimak apa yang akan di ucapkan Kak Fira dengan baik,“ papar Opa Hadi.

Lara memandang saudara kembarnya. Sedangkan Rana yang ditatap sedemikian rupa oleh adiknya, hanya bisa mendengus kesal.

“Memangnya kakak mau bicara apa, Bang?” bisik Lara di telinga kakaknya.

“Diamlah! Kita dengarkan saja apa yang ingin kakak sampikan," jawab Rana dengan suara datarnya.

“Abang dan Adek. Se-sebelumnya Kakak minta maaf jika selama ini Kakak tidak pernah dekat dengan kalian. Tapi satu hal yang harus kalian tahu, Kakak sangat menyayangi kalian. Dan mulai sekarang, Kakak sangat mengharapkan kalau kalian bisa memanggil Kakak dengan sebutan Mama," tutur Safira dengan suara bergetar.

“Tapi kenapa?”

Lara bertanya seraya mengernyitkan dahinya. Dia merasa tidak mengerti dengan penuturan Safira.

“Karena dia itu, ibu kandung kita!” celetuk Rana.

“Uhuk-uhuk!

Opa Hadi yang sedang menyeruput kopi hitamnya, seketika tersedak mendengar ucapan Rana. Begitu juga dengan Safira yang menggigit bibir bawahnya karena perasaan cemas yang seketika merasuk di jiwanya.

“Dari mana Abang tahu jika Kak Fira adalah ibu kalian?" tanya Opa Hadi, mengernyit.

Rana mengeluarkan ponsel pintarnya. Sejenak dia mengotak-atik benda pipih itu. Sejurus kemudian, Rana menyerahkan benda itu kepada Opa Hadi.

Pria tua itu semakin terkejut ketika melihat ponsel Rana. Di sana terdapat sebuah file dalam bentuk pdf yang berisikan surat laporan hasil tes DNA antara Lara dan Safira. Dalam surat tersebut, tercantum dengan jelas bahwa sampel yang diberikan si pemohon, 99,9 persen cocok. Dan sudah bisa dipastikan, jika Lara adalah putri kandungnya Safira.

Opa Hadi menyerahkan ponsel itu kepada Safira. Sesuai dugaannya, kedua bola mata Safira pun membulat sempurna ketika melihat hal yang tertera di layar ponsel putranya.

1
Anonymous
keren
Titiek Bobihoe
hebat abang rana👍🤩
AnaZa O
kasian nom clara, adrian tipe pria kurang ajar
Ely
Luar biasa
Fitria Rumpun
makin seru ceritanya
Mbah Darmo
anak yang lahir diluar pernikahan nasabnya ikut ibunya. kalau pernikahan Lara masih bernasab pada kenzo maka pernikahan itu tidak sah. hubungan selanjutnya adalah zina.
Mbah Darmo
secara hukum syariah, anak diluar nikah tidak mempunyai hak maupun kewajiban apapun dengan ayah biologisnya.
Mbah Darmo
AC pada umum nya suhu terendah adalah 16°, kalau sampai minus artinya dibawah 0° dan itu hanya bisa terjadi jika didalam ruangan freezer
Anonymous
keren
Eemlaspanohan Ohan
kamu yg berengsek
Eemlaspanohan Ohan
waw, hebat su,abang
Eemlaspanohan Ohan
،safara. bego
Eemlaspanohan Ohan
cerita nya. bagus. ni
Kiki
Luar biasa
Towiyah Ahmad
jdi pa hadi itu sbnrnya Ardian bpa nya Kenzo yg meninggal itu Hadi ya Thor..jdi makin penasaran
Fina Safina
nexk kisah Rana dong
Fina Safina
lagu yg pas untuk part ini adl bunga pengantin
Fina Safina
alamat tuan Wicaksono tau semuanya hmm
Fina Safina
merinding aku bacanya mbok🥺
Fina Safina
aku ikut patah hati🥺
lebih setuju Rana sama Mey
karna Mey bukan hanya mau menerima Rana tpi dia juga mau menerima lara
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!