Duda Ganteng Ku

"Opa ... Oma ..." teriak Aurel ketika memasuki rumah nya.

"Loh Aurel kenapa? Kok kaki nya di perban?" tanya Lilis dengan membelai pelan perban nya.

"Jatuh Oma ... jadi kaki Aurel sakit.." Aurel mengadu kepada Lilis.

"Oh ya? Ya ampun ... hati-hati kalau jalan, jangan berlari." ucap Lilis lembut sambil membawa Aurel duduk di pangkuannya.

"Tapi sudah di obatin sama tante Delisa, iyakan Dad?" tanya Aurel kepada Revano yang sedang duduk di samping Sanjaya.

"Hmm." jawab Revano singkat, enggan menjawab pertanyaan sang anak.

"Papah kan sudah bilang pecat saja si Delisa itu, sangat tidak becus dalam pekerjaan nya." ujar Sanjaya buka suara yang sedari tadi diam melihat percakapan antara istri, anak dan cucu nya.

"Ya Pah nanti Vano pikirkan lagi."

"Apaan sih pah! Hanya kejadian kecil saja sampai di besar besarin, nggak lucu ya! Mamah tidak setuju, kasian Delisa dia hidup sendiri sudah tidak ada keluarga nya lagi, Mamah kasihan sama dia." sela Lilis sambil membawa Aurel kedalam kamarnya.

"Andai mamah tau dia anak nya Guntur, hartanya sangat melimpah apalagi anaknya cuman dia doang pasti warisan nya banyak." gumam Sanjaya pelan sambil melirik Revano di sampingnya.

"Apa pah? Anaknya pak Guntur?" tanya Revano memastikan.

"Hmm, pecat saja dia Van, Papah tidak setuju dia kerja ada di dalam Keluarga kita." ujar Sanjaya mengompori.

"Tapi kasihan dia pah, bukannya perusahaan nya sudah gulung tikar ?" tanya Revano.

"Ya, tapikan masih banyak harta orangtuanya yang lain."

"Vano tidak bisa pah,"

tidak bisa jauh dari kopi buatan nya. Sambung nya dalam hati.

"Loh kenapa?"

"Vano pernah liat di berita-berita itu katanya semua hartanya sudah terkuras habis oleh ibu tirinya, bahkan rumah pun sudah di alih oleh ibu tirinya itu." kata Revano sambil merutuki kebodohannya karena sudah mengkasari wanita bahkan ia tak kenal sama sekali kepadanya.

Degg !

"Emm ya anu Van pokok nya kamu jauh-jauh lah sama Delisa itu,"

"Apalagi anakmu sudah dekat dengan dia, kacau Van, jangan di biarkan." sambung Sanjaya lagi.

"Loh kenapa?" tanya Revano bingung, pasalnya ia sendiri tidak mengerti ada masalah apa papah nya terhadap pak Guntur.

"Takutnya dia mau menguras hartamu lewat anak mu, lihatkan dia sudah jatuh miskin, tau aja perusahaan kita lagi jaya-jaya nya." ujar Sanjaya menasehati anak nya.

Revano hanya menurut saja mendengarkan nasihat dari Papah nya itu, tapi ia heran kenapa Papah nya bisa sampe berpikir sejauh itu? sangat-sangat berbanding terbalik 100° dengan Mamah nya yang pengen anak nya dekat dengan Delisa.

...----------------...

"Sssshh sakittt banget astaga" Delisa melihat luka di tangannya yang sedikit lebam padahal tadi sudah di kompres air hangat dan diberi sedikit balsem oleh pak Muh tadi sore.

"Ya allah sakit banget sih ssshhh" Delisa mendesis sambil sedikit memecet tangannya yang lebam.

"Padahal niat aku baik buat ngobatin anak nya eh malah dia nya yang nyakitin aku." gumam Delisa sedikit membaluri minyak anget di tangan nya dan mengurutnya secara perlahan.

"Aduh mana belum rapihin jas nya tapi udah lama di cuci takutnya bau lagi."

Dengan susah payah Delisa mengucek jas Revano menggunakan tangan nya yang sedikit lebam akibat ulah Revano.

"Aduh di setrika gak ya?" tanya Delisa kepada dirinya sendiri setelah mengeringkan jas menggunakan hairdrayer nya.

Setelah berlarut dengan pikirannya, akhirnya Delisa tidak menyetrika jas nya, pikirnya takut lengket karena tidak biasa dengan pakaian-pakaian mahal.

"Fyuhhh ..." Delisa mengelap dahi nya, kemudian ia meletakkan jas yang sudah ia lipat di pinggir kasur nya.

...----------------...

"Selamat pagi neng Delisa," seru pak Muh ketika melihat Delisa memasuki ruangan nya dengan muka yang tertekuk.

"Pagi juga pak Muh..." sapa Delisa.

"Kenapa muka nya neng" tanya pak Muh.

"Muka Delisa kenapa apanya pak?"

"Ya dari tadi di tekuk terus, kenapa? Sini Cerita sama pak Muh." kata pak Muh melihat muka Delisa yang terlihat sedang tidak baik-baik saja, pak Muh cukup peka akan itu.

"Tidak apa-apa kok pak Muh, tadi malam kurang tidur saja." kata Delisa menutupi semuanya seolah-olah semuanya baik-baik saja.

"Pak Muh tolong antarkan pesanan pak Roy sama pak Revano, Delisa mau sama yang lain bersihin gudang." minta Delisa.

"Oh iya pak Muh tolong bawakan ini juga, kasih kan saja sama pak Roy bilang saja itu milik pak Revano." pak Muh menyerngit kan dahinya,

"Iya neng." pak Muh mengambil paper bag di tangan Delisa, ingin menanyakan 'itu apa' tetapi pak Muh mengurungkan niatnya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Thankyou💃💗