Kisah absurd pasutri, yang baru saja menikah. Bukan pernikahan berencana, melainkan pernikahan dadakan bagi Aleaa, sekretaris dari Angga Kusumo, yang harus menikah dengan bos nya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon auzuzah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17 : abang mencuekki ku!
Aku menuruni tangga dengan sangat takut, wajah abang ketika marah tiba-tiba saja muncul di dalam pikiranku. Betapa menyeramkannya abang saat sedang marah. Bisa membuatku ingin pingsan saat ini juga.
“Aleaa! ” aku tersentak kaget dari lamunanku, ternyata aku sudah berpijak pada tangga akhir, yang berarti tinggal sebentar lagi menuju posisi abang saat ini.
Aku mengerucutkan bibirku sebal, kepalaku menunduk malu, kali ini aku merasa sangat bersalah karena telah menyembunyikan barang miliknya itu, seharusnya aku tidak boleh ikut campur dengan urusannya bukan? Aku hanyalah mempelai pengganti, yang tidak seharusnya berharap banyak akan perasaannya.
"Yang lain sudah menunggu kita untuk sarapan bersama, sekarang waktunya kamu bertemu sapa dengan para tetangga, jangan bersikap macam-macam! Ingat itu! " ujar abang memperingati, dengan jari telunjuknya yang melayang kearahku.
Aku mengangguk lemah tak berani membantah, aku masih takut dengan reaksinya nanti ketika akan menghukumku, karena sudah menyembunyikan barangnya itu.
"Tumben sekali kamu menurut." aku memincingkan mataku kesal, walaupun ia berbisik, tapi masih dapat aku dengar kata-katanya itu.
Abang menggandeng tanganku keluar, aku ikuti saja arahannya, aku merapatkan tubuhku takut, saat melihat seekor anjing hitam yang ternyata berjaga didepan rumah abang. Aku hanya bisa celingak- celinguk memandangi lingkungan komplek yang sangat asri ini. Lingkungannya segar dan juga indah, walaupun berdiri rumah-rumah besar yang sangat elok bentuknya, namun tidak membuat kesan kepadatan itu ada.
"Abang ingin membawaku kemana sih. " rutukku sebal di dalam hati, mana berani aku mengucapkan hal itu secara langsung. Secara habis ini, pasti abang akan memarahiku dan menghukumku.
Ditengah perjalanan, abang berhenti sejenak untuk berbincang dengan salah satu perempuan yang tampak akrab sekali dengannya. Abang juga asyik dan menikmati obrolan itu, aku menghembuskan nafas pasrah, ku dudukkan saja pantatku di atas kursi kayu yang berada di pinggiran taman.
“Kalau aku tau tempatnya, pasti aku akan memilih jalan duluan saja. Daripada harus seperti ini.” gerutuku dalam hati, aku mengedarkan pandanganku kesamping, aku tersenyum geli mendapati dua orang anak kecil yang sedang membeli gulali.
Namun keningku menyeringit saat hanya satu orang anak saja yang tampak menikmati gulali itu. Inisatif ku langsung berjalan, kuhampiri dua anak kecil itu, sebelum melangkah lebih jauh menghampiri anak kecil itu. Aku menoleh kebelakang, masih mendapati punggung abang yang menunjukkan gerak-gerik bahwa ia masih berbincang-bincang.
“Pasti keburu, abang saja tampak terlihat santai. ” ujarku, aku segera menghampiri dua bocah kecil itu.
Ternyata permasalahannya adalah, satu anak yang bernama Sinta itu, ingin membeli gulali sama seperti temannya, tapi naas nya, uangnya hilang saat diperjalanan, hingga akhirnya Sinta ingin membeli gulali itu, namun tidak bisa.
Aku langsung mengeluarkan selembar uang berwarna hijau dan memberikannya pada penjual gulali, ia memberikan gulali pada sang anak, dan Sinta pun sontak kembali tersenyum. Aku mengusap pucuk kepala Sinta, lalu kembali membalikkan tubuhku untuk berjalan kearah abang.
“Abang? ” aku berlari kecil, posisiku sudah berada di posisi tempat abang tadi berdiri, lingkungan sudah sangat kosong, aku berlari kecil lagi, mencari abang.
Aku sedikit bernafas lega, saat mendengar hiruk piruk musik senam yang samar-samar masih terdengar, ku langkahkan kakiku ingin berlari. Namun baru saja satu langkah kuingin berjalan, aku melihat satu orang berpakaian serba hitam, dengan wajah yang tertutupi masker hitam seutuhnya, sedang berlari kearahku dengan cepat.
Tangannya melayang menggenggam sebuah sapu tangan, aku masih shock ditempat, hingga akhirnya ku meraskan hantaman keras sapu tangan itu, yang menempel kasar diatas hidung dan bibirku. Aku tidak merasakan apapun, aku tidak tahu apa yang terjadi.
Baunya menyengat, aku tidak kuat mencium baunya, aku mulai meronta berusaha melepaskan. Namun yang kudapatkan hanyalah kunang-kunang, yang seperti berputar diatas kepalaku.
Aku ingin berteriak meminta tolong abang. Namun semuanya terlambat, saat hanya kegelapan yang menyambut mataku.
kan blm jelas suaminya beneran mau nikah lagi apa gak... tapi kaya woles aja gitu....