"Siapa namamu? Kenapa wajahmu sangat mirip denganku?" tanya Gavin spontan tanpa basa-basi.
"Namaku Daniel. Mirip denganmu? Kurasa tidak, Uncle. Kata Mommy, aku sangat tampan! Bahkan, tak ada yang mengalahkan ketampananku."
"Sial! Berani sekali anak kecil ini melawanku,"
Daniel, adalah putra Elleana yang pandai melukis dan mulai tumbuh besar. Kemampuannya dalam melukis, membuat siapapun kagum padanya. Siapa sangka, ia memenangkan lomba melukis di sebuah galeri seni ternama. Rupanya, seorang Gavin Alenxander, sang CEO galeri seni itu, merasa bahwa Daniel mirip dengannya. Apakah Daniel dan CEO itu ada hubungannya?
Sebuah keajaiban terjadi, ketika Daniel menghadiri lelang lukisan terbesar di dunia. Ellea dan Gavin dipertemukan dalam sebuah acara yang sama. Gavin Alexander sangat kaget, mengingat anak kecil yang mirip dengannya, tengah bersama Ellea, wanita yang dulu pernah menjadi masa lalunya.
Apakah hubungan Ellea dan Gavin di masa lalu? Siapakah Ayah Daniel sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irna Mahda Rianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17. You freak
keesokan harinya ....
Gavin tak menemukan jejak Ellea di hari kemarin, pertemuan demi pertemuan dengan petinggi perusahaan, membuat Gavin sibuk, Ellea dan Daniel pun terlupakan. Ternyata, Ellea dan Daniel, telah kembali ke Negara mereka pagi ini. Semua atas persetujuan Eric, karena Eric ingin Ellea pulang dulu ke Negaranya, sampai Ellea menerima tawaran Eric untuk menetap di Negara Z. Sebagai jaminan, Eric telah memberikan beberapa cek dan uang cash untuk Ellea dan juga Daniel.
Pagi ini, Gavin baru saja bangun tidur. Semalam ia berbincang dengan petinggi perusahaan hingga dini hari. Gavin sangat sibuk, ia melupakan Ellea, karena ia pikir Ellea tak akan pergi ke mana-mana. Pameran seni berakhir hari ini, dan besok semua sudah diperkenankan pulang ke Negara masing-masing.
"Aaron, apa air hangatku sudah siap?"
"Sudah, Bos. Kenapa kau ingin mandi sepagi ini? Kau akan pergi ke mana? Kita tak ada jadwal pertemuan apapun hari ini," Aaron sedikit heran.
"Aku akan menemui seseorang, seseorang yang membuatku bersemangat." Jawabnya.
"Cellyn?" Aaron mengernyitkan dahinya.
"Crazy!" Gavin tak terima.
"Siapa? Jangan bilang seorang Ibu dan anak yang kemarin siang ada di kamar ini?"
"Maybe ..."
"What, Bos? Kau menyukai Ibu-Ibu? Apakah dia janda? Kau menyukai Janda, Bos?" Aaron sangat kaget.
"Brengsek! Tak perlu ikut campur urusanku, kau terlalu banyak bicara." Gavin melempar Aaron dengan remote AC.
"Aw, sakit Bos."
Gavin tak mengindahkan ucapan Aaron, ia berlalu ke kamar mandi. Ia bergegas untuk segera membersihkan dirinya, agar bisa segera menemui Ellea dan Daniel. Setelah selesai, Gavin keluar dari kamarnya. Ia segera masuk ke dalam lift, untuk turun ke lantai bawah, yaitu kamar hotel Ellea.
Sesampainya di bawah, Gavin melihat pintu kamar hotel terbuka. Gavin segera berlari kecil menuju kamar Ellea. Namun, Gavin benar-benar kaget, saat cleaning service sedang mengganti seprai kamar hotel Ellea. Kamarnya kosong, dan Gavin tak melihat Ellea. Gavin mengetuk pintu, dan berjalan perlahan masuk ke dalam.
"Maaf, tamu atas nama Ellea ada di mana ya?" tanya Gavin.
"Pemilik kamar inikah, Tuan?" tanya sang cleaning service.
"Ya, dia bernama Ellea."
"Maaf, Tuan. Pemilik kamar ini sudah Check Out beberapa jam lalu. Mungkin pagi sekali sudah Check Out, dan saya ditugaskan untuk segera membersihkannya." Jawabnya.
Tanpa menjawab ucapan sang Cleaning Service, Gavin berlari keluar kamar Ellea dan berniat turun ke lobi hotel. Gavin bertanya pada resepsionis, mengenai jadwal Check Out Ellea. Setelah mengetahui tiga jam lalu Ellea Check out, Gavin segera menghubungi Aaron untuk menyiapkan tiket pesawat dan penerbangan ke Negaranya.
"Aaron, kita pulang sekarang. Siapkan penerbangan VIP untukku. Aku ingin dalam waktu 30 menit semua sudah siap!" Tegas Gavin pada Aaron.
Astaga, dia ingin membunuhku perlahan-lahan. Batin Aaron.
"Baik, Tuan. Akan segera kusiapkan,"
Setelah menelepon Aaron, Gavin bergegas menuju kamar hotel Eric. Saat di resepsionis, Gavin juga menanyakan kamar hotel Eric. Gavin sudah yakin, ini semua ada hubungannya dengan Eric. Eric pasti dalang dibalik semua kejadian Ellea pergi tanpa pamit pada Gavin. Dengan tangan mengepal, Gavin bergegas menuju suite room milik Eric.
Sesampainya di depan suite room, kebetulan sekali, sekretaris Eric yang bernama Gilang baru saja keluar dari suite tersebut. Gavin
segera mencegatnya, agar Gilang tak berlalu. Melihat Gavin berada di depan kamar Bosnya, tentu saja Gilang sedikit kaget. Namun, ia harus terlihat biasa saja, seakan Gilang tak tahu apa-apa.
"Selamat siang, Tuan ... ada yang bisa saya bantu?" ucap Gilang sopan.
"Mana Eric?" tanya Gavin spontan.
"Tuan muda sedang beristirahat, dia tidak bisa diganggu oleh siapapun. Mungkin siang nanti, baru bisa berjumpa dengannya," jawab Gilang sedikit gugup.
"Katakan padanya, Gavin Alexander ada di luar. Jika kau bersikukuh, aku akan mendobrak paksa kamar ini!" Ancam Gavin dengan nada marah.
"Tuan, mohon mengerti. Saya sudah bersikap santun, mohon jangan membuat masalah." Jawab Gilang.
"Cepat panggil Eric!" Ucap Gavin dengan keras.
Tiba-tiba, pintu suite terbuka. Eric tahu, bahwa Gavin ada di depan suite-nya. Eric sudah menduga jika hal ini akan terjadi. Ia pun keluar, dan memberikan senyuman tipis pada Gavin. Eric terlihat santai, mengenakan piyama tidurnya. Tak ada beban dalam wajah Eric, ia justru senang melihat Gavin murka dan emosi seperti ini.
"Mana Ellea? Katakan di mana dia?" tanya Gavin tanpa jeda.
"Tuan Gavin Alexander, masuklah dulu. Kau marah-marah di tempat umum. Apa kau tak malu reputasimu hancur? Kuharap, kau bisa sabar dan pelankan suaramu. Come here, ruanganku terbuka untuk Bos besar sepertimu ..." Eric terlihat menyindir Gavin.
Tanpa basa-basi, Gavin menyelonong masuk kedalam suite Eric. Eric mengisyaratkan pada Gilang untuk menunggu di luar. Eric tak tahu, apa yang akan Gavin lakukan padanya. Karena itulah, Eric mengantisipasi agar Gilang standby berada di depan suitenya. Tanpa sopan santun, Gavin duduk di sofa dengan kaki menyilang. Gavin tak ingin basa-basi, karena ia sudah sangat emosi pada Eric.
"Kenapa kau harus sembunyi-sembunyi membuat Ellea pergi!" Tegas Gavin lagi.
"Dia sudah pulang kembali, karena pertemuan kami telah selesai. Memang ada hal penting apa dengan kolega bisnisku?"
"Putuskan kontrak antara kau dan Daniel!" Pinta Gavin memaksa.
"Wow, this is a big surprise! Mengapa kau harus mengatakan hal yang tak seharusnya kau katakan? Apa urusan anda, Tuan Gavin? Dalam kontrak tertulis, hanya aku sebagai pihak pertama yang berhak memutus kontrak. Apa urusanmu? Mengapa kau mengenal Ellea? Bukankah kau sudah memiliki Cellyn?" tanya Eric sedikit menyindir.
"Bukan urusanmu! Cepat kau batalkan kontraknya, aku akan membayar dendanya, berapapun kau minta!" Tegas Gavin.
"Sayangnya, aku tak tertarik dengan uangmu, karena aku lebih tertarik dengan Daniel. Sekukuh apapun kau berbicara, aku tak akan pernah membatalkan kontrak itu." Eric tersenyum kecut.
"Brengsek! Apa yang kau inginkan? Aku akan memberikan apapun yang ku punya, asalkan kau menuruti perintahku!" Gavin tak mau kalah.
"Sebenarnya aku curiga ... sudah berkali-kali aku melihat kau dan Ellea bersama. Ada hubungan apa kau dan Ellea, Tuan Gavin?" selidik Eric.
"Itu urusanku! Kau tak perlu ikut campur!" Bentak Gavin.
"Apa saat ini kau tak sedang ikut campur urusanku? Kau bahkan mengaturku, dan mengatakan agar aku membatalkan kontrak Daniel. Apa itu namanya jika bukan ikut campur? Berpikirlah sebelum kau berucap, Tuan Gavin yang terhormat!" Sindir Eric.
"Ada alasan kuat untuk hal itu. Aku sudah bilang, akan kubayar berapapun yang kau inginkan, Eric Michael!"
"Aku akan membatalkan kontrak itu, jika kau jujur padaku! Apa yang terjadi antara kau ... dan Ellea ... katakan padaku sejujur-jujurnya, dan aku akan merobek surat kontrak itu dihadapanmu!" Ujar Eric.
Mustahil. Aku belum siap akan hal ini. Ellea harus aku lindungi, mengatakan kejujuran ini, sama saja menghancurkan diriku, dan juga masa depan anakku. Batin Gavin yang tengah berpikir keras.
Gavin terdiam, ia tak mampu menjawab ucapan Eric.
"Kenapa? Kenapa kau diam, wahai singa jantan? Bukankah kau sangat berani? Apa yang terjadi pada singa ini?"
Eric, brengsek! Gavin mengepal tangannya dengan kuat. Ia benar-benar marah saat ini.
*Bersambung*
Benar² dia bayar lunas karmanya, maybe dia masi bertahan hidup hanya karena menunggu ellea pulang
Hanya Wina Patrice (ibu ellea) yg tersisa Krena mmng dri awal dia selalu menjadi korban, entah itu korban di nikahi secara paksa oleh Hendrick demi balas dendam dan korban diselingkuhi Hendrick slama pernikahan.
saat itu elea yg masuk kamar Gavin, dan dia jga yg nawarin akan lakukan segala hal, dan pas ditawarkan s*x Elea mau jgakan, meski dalam kondisi terpaksa Krena waktu itu dia harus bersembunyi dri org yg ngejar dia, bukan salahnya Gavin jga ga mw bantuin dgn tulus aplgi saat itu kondisi Gavin lgi terpuruk (dia jdi TDK berperikemanusiaan membantu wanita yg TDK di kenalnya yg datang sndiri kepadanya saat itu wajar² sja walau tetap tidak bisa dibenarkan yah!)
Ellea jga ga salah sepenuhnya tapi dia tetap salah karena tujuan awalnya memang menjual diri demi melunasi hutang, hrusnya dia tau konsekuensinya. Intinya mereka harus saling memahami sih
btw thanks visualnya Thor memuaskan, ceweknya jga🫶