"Menikahlah segera jika ingin menepis dugaan mama kamu, bang!."perkataan sang ayah memenuhi benak dan pikiran Faras. namun, bagaimana ia bisa menikah jika sampai dengan saat ini ia tidak punya kekasih, lebih tepatnya hingga usianya dua puluh enam tahun Faras sama sekali belum pernah menjalin hubungan asmara dengan wanita manapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sikap aneh Inara.
Setelah kepergian Gilang, Inara menatap ke arah ruang kerja suaminya. pengakuan Faras dihadapan Gilang tadi membuat senyum di wajah cantik Inara seakan enggan surut. ternyata selama ini cintanya tidak bertepuk sebelah tangan, karena faktanya Faras juga mencintainya. meski Faras bukanlah tipikal pria yang romantis, tapi Inara juga tahu betul jika Faras bukanlah tipikal pria yang suka berbohong. Jadi, bisa dipastikan pengakuannya dihadapan Gilang tadi akurat kebenarannya.
Tok....Tok....Tok....
Setelah mengetuk pintu beberapa kali Inara pun memutar handle pintu ruangan Faras. Perlahan mengayunkan langkah mendekat ke arah meja kerja Faras.
Faras mengalihkan pandangan dari berkas dihadapannya ketika menyadari Inara masih mematung di depan meja kerjanya.
"Ada apa? apa ada yang ingin kamu sampaikan?."
Inara menggeleng.
"Lalu, untuk apa kamu ke ruangan saya?." Faras masih dalam mode Formal, layaknya seorang atasan pada sekretarisnya.
Bukannya menjawab, Inara justru melanjutkan langkahnya mendekat pada Faras. suami Inara itu nampak mengeryit. merasa ada yang aneh dengan sikap sang istri, Faras lantas meletakkan punggung tangannya di dahi Inara.
"Kamu nggak lagi sakit kan, sayang?" pasalnya tak pernah Inara bersikap aneh seperti ini sebelumnya. bahkan saat dirinya ingin bermanja-manja di kantor, Inara selalu mengingatkan bahwa mereka sedang di kantor. tapi, kenapa kini justru Inara yang tiba-tiba saja datang dan duduk di pangkuannya.
Sontak saja Inara mengerucutkan bibirnya. Niat hati ingin bermanja saking senangnya malah di kira lagi sakit. "Kalau aku lagi sakit nggak mungkin kan aku kerja hari ini." sebal, Inara pun hendak bangkit dari pangkuan Faras, namun dengan cepat suaminya itu memeluk pinggangnya.
"Bukan begitu sayang, habisnya tiba-tiba sikap kamu aneh begini." Faras tersenyum seraya mengeratkan pelukannya. Inara mengalungkan tangannya pada leher Faras, menatap lembut wajah tampan pria yang kini sudah menjadi pasangan halalnya. Sementara Faras mencoba mencerna situasi, mengapa istrinya itu tiba-tiba bersikap manja seperti ini, terlebih ketika mereka masih berada dikantor.
Sepersekian detik kemudian, Faras pun mulai memahami alasan mengapa sampai istrinya itu bersikap seperti ini. Ia tersenyum lalu bertanya. "Tadi kamu menguping pembicaraan mas dengan Gilang, iya kan?."
Inara mengangguk, sesaat kemudian langsung menggelengkan kepala dan itu justru terlihat lucu dan menggemaskan di mata Faras.
"Maaf, nggak sengaja." Inara menundukkan pandangan, berpikir Faras akan marah setelah tahu ia menguping tadi.
Faras semakin melebarkan senyumnya, memangnya ada menguping secara tidak sengaja?
"Sekarang kamu tau kan mengapa mas ingin cepat punya anak? alasannya ya karena mas mencintaimu dan ingin mengikatmu selamanya di sisi mas, Inara. Dan seorang anak adalah pengikat hubungan paling erat di antara kedua orang tuanya."
Inara mengangguk paham.
"Sekarang jangan lagi berpikiran yang aneh-aneh! Untuk urusan Amanda, mas sudah memindahkan nya ke divisi lain dengan begitu bisa dipastikan dia tidak akan lagi mengusik kamu apalagi sampai lancang memprovokasi kamu." sambung Faras.
"Bagaimana mas bisa tahu tentang nona Amanda?." Inara terkejut. padahal ia tidak pernah mengadu sekalipun. sorot mata inara masih menunjukkan rasa penasaran, bagaimana Faras bisa tahu jika selama ini Amanda selalu saja mengganggu bahkan beberapa kali memprovokasi dirinya dengan kalimat-kalimat yang mampu membuatnya hampir terpengaruh hingga dalam hati ikut membenarkan perkataan Amanda.
"Tidak ada yang luput dari perhatian mas di gedung ini." balas Faras. dua hari yang lalu secara tidak sengaja Faras mendengar obrolan di antara dua orang pegawainya. Awalnya Faras tidak peduli sama seperti sebelum-sebelumnya, akan tetapi topik obrolan keduanya membicarakan tentang sikap kurang baik Amanda terhadap istrinya dan hal itu berhasil menarik perhatian Faras, sehingga memerintahkan asisten Fazal untuk memeriksa semua rekaman cctv tanpa terkecuali, hingga berhasil mendapatkan beberapa rekaman yang menunjukkan Amanda tengah bersikap kurang baik pada Inara. Jika Amanda tidak mengaku saat ini adiknya sedang sakit dan dirawat di rumah sakit, mungkin Faras sudah menendang wanita itu keluar dari perusahaan.
"Apa mas yakin tidak akan membantu kak Gilang demi kesembuhan kak Yumi?." Inara mengalihkan topik pembahasan. Ingin memastikan keputusan suaminya. bagaimanapun suaminya itu berteman dengan Gilang, Inara tidak ingin dikemudikan hari Faras berubah pikiran. Sebenarnya, Jika ingin menurutkan kata hati, rasanya ingin sekali tadi Inara menghajar wajah Gilang saat mengutarakan permintaan tak masuk akal kepada suaminya.
"Tentu saja, sayang. Kenapa bertanya seperti itu, apa kamu takut mas akan berubah pikiran, hem?." balas Faras lalu dilanjutkan dengan menempelkan hidung mancungnya pada pipi Inara. Tepat sasaran, dugaan Faras sangat tepat sekali, karena hal itulah yang kini ada di pikiran sang istri "Tidak perlu mencemaskan sesuatu yang tidak akan pernah terjadi! Amit-amit... sekali pun mas bersedia, papa pasti tidak akan membiarkannya. Papa tidak akan membiarkan mas melukai hati menantu kesayangannya." Inara langsung tersenyum lega. Benar kata suaminya, untuk apa ia terlalu khawatir. Amit-amit ...Jika sampai Faras berubah pikiran dikemudikan hari, ia bisa melaporkan suaminya itu pada ayah mertua, bukan begitu guys?
*
"Baru pulang, mah?." tanya papa Rasya ketika mama Thalia mendaratkan bobotnya di sisi sofa kosong di sampingnya.
"Iya nih, pah." mende-sah lelah.
"Makin ke sini rasanya mama jadi malas deh ikut arisan bareng teman-teman mama." berbagi cerita seraya menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa.
"Kenapa memangnya, mah?." papa Rasya melipat koran ditangannya kemudian meletakkannya di atas meja.
"Kalau ketemu pasti banyak ngomongin orang, dan yang parahnya siapa yang nggak datang pasti orang itu yang jadi topik pembicaraan. Contohnya salah satu teman mama yang tadi kebetulan nggak bisa hadir karena ada urusan katanya. di katai menikah dengan duda kaya hanya demi harta lah, di katai jadi penyebab depresi nya anak sambungnya lah.Argh... ." diakhir kalimat mama Thalia menghembus napas bebas di udara, seakan hari ini begitu melelahkan.
Papa Rasya tersenyum saja. ternyata bukan hanya di kalangan bisnis saja banyak orang-orang bermuka dua, di kalangan arisan ibu-ibu ternyata ada juga spesies seperti itu.
"Kalau mama merasa tidak nyaman, berhenti saja kumpul-kumpul dengan teman arisan mama itu!." saran papa Rasya. Pria itu tak masalah jika istrinya hanya di rumah saja tanpa banyak bergaul dengan geng sosialita. Sebenarnya sejak awal mama Thalia memang enggan ikut-ikutan arisan seperti itu, hanya saja salah satu temannya ada yang mengajak hingga pada akhirnya mama Thalia ikut bergabung.
"Tapi, kalau berhenti kumpul-kumpul, lalu siapa yang nantinya akan mama undang buat bergabung dalam acara penggalangan dana untuk anak-anak kurang mampu?." selain ajakan dari temannya, salah satu alasan mama Thalia bergabung di arisan tersebut adalah agar mudah mencari donatur yang mau ikut bersama menyumbang dana guna membantu anak-anak kurang mampu, salah satunya membiayai pendidikan hingga ke jenjang kuliah terutama bagi anak-anak penghuni panti asuhan yang tersebar dibeberapa tempat di kota tersebut.
"Terserah mama saja, papa akan tetap mendukung apapun keputusan mama." ucap papa Rasya seraya menuntun kepala mama Thalia agar bersandar pada bahunya. usia pernikahan tidak membuat kemesraan di antara pasangan suami-isteri yang telah dikaruniai tiga orang anak yang kini telah dewasa tersebut berkurang sedikitpun, malah setiap harinya papa Rasya dan mama Thalia selalu terlihat mesra.
ingat diriku yang hanya dibukain pintu mobil ketika punya baby karena paksu takut anaknya jatuh 🤣🤣🤣🤣
Kereeen.. gentle! 👍🏻😍
Dan kayaknya ngga butuh waktu lama buat Arga jatuh cinta sama Margin
Margin juga begitu
Dan keliatan bibit2 bucinnya 😅😅😅