Clara Adelin, seorang gadis bar bar yang tidak bisa tunduk begitu saja terhadap siapapun kecuali kedua orangtuanya, harus menerima pinangan dari rekan kerja papanya.
Bastian putra Wijaya nama anak dari rekan sang papa, yang tak lain adalah musuh bebuyutannya sewaktu sama sama masih kuliah dulu.
akankah Clara dan Bastian bisa bersatu dalam satu atap? yuk simak alur ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Martha ayunda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
salah menggunakan trik.
"nggak nyangka ya kita dipertemukan kembali dan malah langsung bertunangan, dunia ini terlalu sempit untuk menghindari perempuan cerewet dan menyebalkan seperti kamu." ucap Bastian tersenyum kecut.
"ya, kayak gak ada pria lain saja di dunia ini! bagaimana kalau kita batalkan saja dengan alasan kita nggak saling cocok!." usul Clara yang membuat Bastian terkejut dan mengerem mobilnya secara mendadak.
"he tiang listrik! kalau mau bundir jangan ajak ajak orang dong!." pekik Clara sembari meringkuk takut terjadi sesuatu.
Bastian menepikan mobilnya lalu mencondongkan badannya ke Clara, matanya menatap tajam ke gadis yang kalau bicara suka ngasal itu.
"apa kamu bilang? Membatalkan pertunangan kita? Kamu mau papamu dan kedua orangtuaku malu begitu?!." ucapnya tegas penuh penekanan.
"ya nggak sekarang juga keles! Nanti setelah berjalan beberapa Minggu atau bulan gitu. Hiiihhh...! Minggir jangan dekat dekat begitu!." Clara mendorong tubuh Bastian agar menjauh.
Bastian memperhatikan bibir yang suka ceplas ceplos itu dengan gemas, ditatapnya lama wajah cantik wanita bertubuh mungil itu cukup lama.
"apa sih kamu ini, liatin orang kayak harimau kelaparan, bikin ngerih tau!." Clara gugup sendiri di tatap sedemikian rupa.
"kita tidak mungkin bisa lari dari perjodohan ini." ucap Bastian yang mulai merasakan getaran getaran aneh saat berdekatan dengan Clara.
"kenapa tidak? Aku rasa papa akan mengerti kalau aku bilang gak cocok sama kamu, lagipula tipe kamu kan cewek cantik, sexi, tinggi semampai,.yang imbang kayak kamu. Aku rasa aku ini nggak cocok banget buat kamu."
"aku ini pendek, jelek, jerawatan, nih lihat! Pokoknya aku ini nggak cocok banget buat kamu, percaya deh sama aku, kamu bakal nyesel nanti." imbuh Clara seraya nyerocos sambil menunjuk satu bintik kecil di dahinya.
Bastian menahan rasa ingin tertawa mendengar Clara menjelek jelekkan dirinya sendiri demi bisa terhindar dari perjodohan itu, apalagi saat gadis itu menunjuk ke wajahnya yang putih mulus tanpa ada bekas jerawat.
"ya, kamu memang jelek sekali dan berbadan mini, aku nggak minat sama sekali, tapi sayangnya aku ini bukan anak yang suka menentang keputusan kedua orangtuaku, bagaimana dong?."
"benar kan, itu bisa diatur nanti, kita bilang saja kalau kita ini gak cocok dan gak mungkin bisa bahagia tinggal satu atap. Atau begini saja, kamu cari pacar saja, nanti aku pura pura kecewa saat melihat kamu selingkuh, bagaimana?."
Saking antusiasnya menanggapi ucapan Bastian, tanpa sadar jari jemari lentik Clara menggenggam erat tangan pria itu, padahal niat Bastian berkata seperti itu hanya untuk meledeknya saja.
"tapi aku bukan tipe pria pengkhianat, bagaimana dong?." Bastian terus mempermainkan Clara.
"ck! Ini kan cuma pura pura, kamu cari teman kamu yang bisa diajak kerjasama gitu kek, demi menyelamatkan kita berdua dari perjodohan konyol ini. ayolah kamu berkorban sedikit gitu loh!." Clara menggoyang goyangkan lengan Bastian sambil terus memaksa agar pria tampan itu mau menuruti permintaannya.
"aku gak bisa cla, takut nanti mama sama papa kecewa dan aku di cap sebagai anak durhaka." ujar Bastian beralasan.
"huhh! Ya sudah kalau kamu gak mau, aku saja yang nyari selingkuhan lalu akan aku bawa pulang ke rumah biar papa marah lalu menghubungi papa sama mama kamu untuk memutuskan pertunangan ini." ujar Clara yang terlihat kecewa dengan sikap Bastian yang tidak mau bekerjasama.
"eh, kok jadi kamu yang mau selingkuh?!." Bastian terperanjat kaget.
"ya biarin, kamu lembek banget jadi cowok!." sahut Clara sembari membuang muka kearah jendela samping.
"memangnya kamu mau selingkuh sama siapa?." tanya Bastian yang sebenarnya tidak rela jika sampai Clara nekat.
"banyak kok cowok yang berusaha mendekati aku, contohnya si bram, teman kuliahku dulu, ada Tony, Ega dan masih banyak lagi." jawab Clara ketus.
"apa?." wajah Bastian langsung berubah merah.
Bagaimana tidak, nama nama yang di sebut oleh Clara barusan adalah deretan pria tampan dan sukses yang dulu memang mengincar Clara sewaktu jaman kuliah.
Clara yang cemberut tak menanggapi keterkejutan Bastian, dia lebih memilih diam sambil memikirkan kira kira siapa yang pantas dan mau menolongnya untuk dijadikan kekasih palsu nanti.
"aku nggak setuju sama mereka, nanti kamu bisa jatuh cinta beneran." ucap Bastian seraya kembali menjalankan mobilnya.
"ha, itu bukan urusanmu kan?."
"jelas itu urusanku cla, kamu kan calon istriku!."
"Bastian! nggak usah bercanda deh! Kita itu harus berontak, kita berhak hidup bahagia dengan pasangan kita masing masing! Bayangkan kalau kamu hidup serumah denganku, kamu pasti akan menderita, karena aku pasti akan membuatmu sengsara sepanjang masa, apa kamu mau hidup sengsara?."
Clara yang tadinya berbicara dengan nada tinggi tiba tiba berubah menurunkan intonasi suaranya, gadis cantik itu menatap wajah tampan Bastian dengan mimik wajah sedih.
Belum sempat menjawab pertanyaan dari Clara, mobilnya Bastian sudah berhenti di depan rumahnya tampak sepasang suami istri sedang menunggu kedatangan mereka dengan senyum sumringah.
"haahhh...!" Clara menghembuskan nafas kasar.
"ingat Clara, bersikaplah manis dihadapan Kedua orangtuaku " pesan Bastian sebelum turun dari mobil.
"iya deh iya!." jawab Clara seraya bersiap untuk turun.
"selamat datang calon menantu, Wahh... Sunggu sangat serasi sekali kalian berdua ini." puji Ratih seraya menyambut uluran tangan Clara yang hendak mencium punggung tangan kedua orangtua Bastian.
Bastian yang melihat itu sedikit terkejut, gadis se bar bar Clara bisa sopan terhadap orangtua. (sepertinya aku harus mempertimbangkan perjodohan ini, dia gak jelek jelek amat kok, malah imut dan menggemaskan.) batin Bastian.
"Tian, kok malah melamun? Ayo masuk!." tegur Ratih yang sudah menggandeng tangan Clara.
"oh, eh, i-iya." sahut Bastian gagap.
"sabar bro, dia tidak akan pindah ke lain hati, kamu tenang saja, kita kan sudah mengikatnya dengan ini!." ledek Burhan seraya menunjuk cincin yang melingkar di jari manis anaknya.
"hiiss... Papa ini apa apaan sih!." tepis Bastian seraya tersenyum malu, wajahnya sontak memerah.
Ratih yang sangat senang atas kedatangan calon menantunya langsung membawa ke ruang tengah, rumah mewah itu terlihat lengang, hanya ada Ratih dan Burhan serta dua pembantu yang mungkin sedang sibuk dengan pekerjaan masing masing.
"Clara, kamu suka masak nggak?." tanya Ratih sembari memegang punggung tangan Clara diatas pangkuan gadis itu.
"ma, dia baru saja datang loh." tegur Burhan Seraya tersenyum.
"ck! papa sama Tian minggir sana!." usir Ratih lalu tersenyum ke Clara.
"ehmm... Clara nggak bisa masak, Tante. Jangankan masak, bersih bersih rumah saja Clara nggak bisa." jawab Clara tak menyia nyiakan kesempatan agar kedua orangtua Bastian ilfeel.
Bastian yang paham maksud gadis itu hanya bisa garuk garuk kepalanya sambil menunggu reaksi kedua orangtuanya.
"oh, nggak apa apa nak, itu masalah gampang, lagipula memasak dan bersih bersih itu kan tugasnya pelayan." sahut Ratih dengan senyum masih menghiasi bibirnya.
"betul yang dikatakan oleh mamamu nak, karena menikah itu tidak harus pandai Masak dan bersih bersih, salama ada pelayan, urusan rumah tangga beres!." timpal Burhan.
Clara langsung tersenyum manis yang di buat buat, sedangkan Bastian sendiri hanya cengar cengir sambil menaik turunkan alisnya meledek Clara yang seperti mati kutu.