NovelToon NovelToon
Sistem Menjadi Miliarder

Sistem Menjadi Miliarder

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik / Action / Romantis / Sistem / Anak Lelaki/Pria Miskin / Balas Dendam
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: Quesi_Nue

Suatu hari, Rian, seorang pengantar pizza, melakukan pengantaran di siang hari yang terik.

Namun entah kenapa, ada perasaan aneh yang membuat langkahnya terasa berat saat menuju tujuan terakhirnya.

Begitu sampai di depan pintu apartemen lokasi pengantaran itu, suara tangis pelan terdengar dari dalam di ikuti suara kursi terguling.

Tanpa berpikir panjang, Rian mendobrak pintu dan menyelamatkan seorang gadis berseragam SMA di detik terakhir.

Ia tidak tahu, tindakan nurani itu akan menjadi titik balik dalam hidupnya.

Sistem memberi imbalan besar atas pencapaiannya.

Namun seiring waktu, Rian mulai menyadari
semakin besar sesuatu yang ia terima, semakin besar pula harga yang harus dibayar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Quesi_Nue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16 - Catur

Haha lumayan, Kek,” Rian nyengir.

“Tapi ga jago - jago amat, paling tinggi sih juara catur sekolah.

Kakek berseru riang, aura kompetitifnya langsung hidup.

“Wah, kalau begitu ayo ayo masuk! Kita liat siapa paling jago antara kamu dan kakek!”

Rian ikut tertawa, mencoba terlihat percaya diri padahal perutnya masih deg-degan.

“Haha, iya Kek! Ayo, ayo masuk!”

Aurelia hanya geleng-geleng sambil menahan senyum melihat keduanya sudah akrab dalam waktu kurang dua menit.

Kakek Aurelia makin semangat menarik Rian masuk, langkahnya cepat, seolah sudah menemukan partner catur.

Rian yang lagi diseret cuma bisa tetap menjaga senyum dan hanya bisa memberikan salam dengan anggukan sopan dengan kepala sedikit miring

"Salam om dan tante.." tutur Rian.

Ayah Aurelia membalas dengan anggukan kecil, wajahnya tetap datar, tapi matanya mengikuti Rian dari ujung rambut sampai ujung sepatu.

Tatapan khas yang lagi menimbang,

“Anak ini modal catur doang sampai kakek langsung suka?

"Huh.. aku juga bisa main catur” gumam iri ayah aurelia.

Tapi wajahnya tetap cool dengan tangan disilangkan.

Sementara Ibunya Aurelia tersenyum lembut, langkahnya sedikit maju seolah ingin memastikan tamu barunya merasa nyaman.

“Iya… selamat datang ya, Nak Rian,” ucapnya pelan tapi hangat, seperti suara yang otomatis bikin orang betah.

Rian refleks membungkuk sedikit, ingin membalas dengan sopan walaupun setengah tubuhnya masih tertarik kakek ke depan.

“I-iya, Tan… terima ka—”

Kalimatnya terputus karena tiba-tiba kakeknya menarik lengan Rian lebih kuat, semangatnya naik dua level begitu mendengar suara ibunya.

“CEPAT NAK! Kakek udah lama mau lawan catur dengan calon mantu!

Rian hampir tersandung dan langsung tercekik napasnya sendiri.

“…—sih!”

Ibunya hanya menutup mulut menahan tawa. Aurelia di belakang langsung menepuk dahi nya.

Rian terseret masuk beberapa langkah lagi sebelum akhirnya kakek Aurelia masuk di ruang tamu dan di detik itu, seluruh pemandangan mewah terpampang penuh di depan mata.

Dan Rian… merasa terkagum - kagum.

Sofanya berdiri megah tepat di tengah ruangan.

Beludru biru mengkilap, teksturnya terlihat lembut harganya bisa mencapai 10 jutaan lebih.

Lantainya… marmer putih keabu-abuan, mulus banget.

Refleks Rian ngeliat ke bawah dan dia bisa lihat pantulan sepatunya sendiri, dan sebersih itu.

Lalu tatapan nya naik.

Lampu kristal raksasa menggantung di tengah, dengan lingkaran kristal-kristal kecil di sekelilingnya.

Cahayanya memantul ke seluruh ruangan, menghasilkan warna keemasan lembut yang bikin semuanya berkilau.

Mata Rian sedikit ke kanan dan hatinya langsung teriris.

TV super besar. BENER-BENER super besar.

TV 100 inch terlihat tergantung di tengah ruangan.

Model itu yang pernah ia lihat di toko elektronik, yang ditempeli kartu harga 50 juta lebih setara pendapatan gajinya 32x per bulan tanpa makan dan minum.

Di dinding-dinding, tergantung lukisan-lukisan besar, warna-warni, abstrak.

Tapi Rian kenal satu di antaranya pernah lihat di artikel lelang seni.

Dan harganya…

“…sembilan ratus juta, gajiku sepuluh tahun pun rasanya tidak setara…” gumamnya pelan, nyaris tidak bersuara.

Dup… dup…

Jantungnya mulai mukul dada, antara terintimidasi dan kagum.

Mereka berdua berhenti tepat di depan sebuah ruangan yang pintunya beda dari yang lain.

Tulisan di atasnya, “Ruangan Permainan.”

Pintu kaca otomatis itu kemudian whoosh terbuka pelan.

Rian refleks mundur setengah langkah.

“…ini pintu minimarket… dipake di dalam rumah? Gila, Banget..."

Ruangan itu… luas. Banget.

Dan penuh fasilitas yang cuma pernah dia lihat di media sosial artis.

Di sisi kanan, di pojokan ruangan, berdiri sebuah meja biliar besar berwarna hijau, dengan lampu gantung panjang di atasnya.

Bentuknya elegan, kayunya tebal dan mengkilap.

Di sisi kiri, agak jauh dari pintu, terdapat ring basket mini khusus indoor. Di bawahnya ada keranjang bola basket, isinya beberapa bola bermerk mahal.

“Wow" Rian masih tak bosan - bosan terkagum melihat ruangan di rumah Aurelia.

Di pojokan kanan, dekat jendela besar, ada samsak tinju berat yang tergantung kokoh.

Ada bekas-bekas pukulan di permukaannya tanda sering dipakai.

Dan di sisi kiri, tepat di sebuah rak panjang, tersusun rapi permainan-permainan klasik,

Papan catur dari berbagai model, Congklak kayu mewah dengan ukiran, Dam-daman

Beberapa kotak kartu UNO dan remi di rak paling atas

Rian sampai maju selangkah, matanya terpaku pada koleksi catur di rak nomor 3.

Rian perlahan berjalan dan mengambil papan catur dengan hati hati lalu bertanya "ini papan catur yang sering kakek main kan ya?" Ucap rian.

"Iya.. kok kamu bisa langsung tahu?" Tanya kakeknya heran.

"Ini, ada bagian catur yang sedikit tergores, yang lain sih masih aman."

"Tergores yah? Padahal kata pembuatnya anti goresan, nanti saya komplain ke tokonya." Ucap kakek itu sedikit kesal.

"Haha, itu nanti saja, mari duduk dulu kek kita mulai main caturnya."

"Iya iya ayo ayo kita main, aku ga sabar!" tutur antusias kakeknya.

Rian dan kakek kini duduk berhadapan.

Udara di ruang permainan itu langsung hangat dengan empat mata fokus menatap bidak catur yang kini tengah di susun masing - masing.

Kakek mengambil Bidak Putih. Rian memegang Bidak Hitam.

Begitu kakek menyentuh bidak d-nya, Rian sudah bisa menebak, kakek tidak main - main.

Awalan

Bidak putih dari d digerakkan ke d4

Rian membalas, Bidak Hitam d digerakkan ke d5.

Kakek merebut pusat, Rian membalas simetris pertarungan tengah langsung terbentuk.

Gerakan 2

Bidak putih dari c digerakkan ke c4

Bidak hitam dari e digerakkan ke e6

“Langsung c4 ya kek,” gumam Rian.

“Biar kamu gak bosan,” jawab kakeknya sambil senyum.

Gerakan 3

Ksatria putih dari b digerakkan ke c3.

Ksatria hitam dari g digerakkan ke f6

Keduanya sama-sama mengembangkan pasukan, tempo cepat seperti ritme yang sudah biasa mereka mainkan bertahun-tahun.

Gerakan 4

Gajah putih dari c digerakkan ke g5

Gajah hitam dari f digerakkan ke e7

Rian melirik kakeknya.

“Ngunci ksatriaku nih?” Ucapnya.

“Kalo bisa kenapa enggak.” Balas kakek dengan senyum kecil.

Gerakan 5

Bidak putih dari e digerakkan ke e3

Bidak Hitam Melakukan O-O

Kakek memperkuat pusat, Rian langsung castling.

Gerakan 6

Ksatria putih dari g digerakkan ke f3.

Bidak hitam dari c digerakkan ke c6.

Keduanya sudah masuk ke ritme nyaman. Langkah cepat, tapi penuh perhitungan.

Gerakan 7

Benteng Putih dari a digerakkan ke c1

Ksatria hitam dari b digerakkan ke d7

Jalur c mulai jadi pusat perhatian. Kakek mempersiapkan tekanan, Rian pun ikut memperkuat.

Gerakan 8

Gajah putih dari f digerakkan ke d3

Bidak hitam d memukul bidak c di c4

Kakek mengarah ke serangan jangka panjang tapi Rian memutuskan memukul di pusat, mengurangi tekanan dari putih.

Gerakan 9

Gajah putih memukul bidak di c4.

Ksatria hitam f6 digerakkan ke d5

Kakek mengambil kembali bidak, dan Rian langsung menancapkan ksatria ke pusat seperti menancapkan bendera.

Kakek mengangkat alis. “Wah, gaya kamu.”

Gerakan 10

Gajah putih c4 memukul ksatria di e7.

Menteri hitam d memukul kembali di e7

Gajah putih mengambil ksatria, tapi Rian membalas dengan menteri. Menteri hitam mulai aktif.

Gerakan 11

Kakek Melakukan O-O melakukan Castling pendek.

Rian menggerakan Ksatria Hitam d5 memukul ksatria di c3.

“Sorry kek.” Ucap Rian mengejek.

Ksatria nya langsung mengambil ksatria putih di c3.

Gerakan 12

Benteng putih memukul balik di c3.

Kakek memukul balik ksatria dengan benteng.

Bidak Hitam dari E digerakkan ke e5!

tapi... Rian menekan pusat dengan e5 keras, tajam, membuka jalur serangan besar.

Buah Catur Putih kini terpojok.

"Ah sialan…”

Refleks kakek Aurelia mengumpat kecil begitu rian melakukan skakmat.

Suaranya pelan, tapi cukup buat dua orang yang baru masuk ruangan otomatis berhenti di ambang pintu.

Aurelia dan ayahnya.

Ayah Aurelia ngangkat satu alis, Aurelia ngangkat satu sudut bibir.

Dua-duanya otomatis membentuk ekspresi “Waktu nya roasting telah tiba."

1
ALAN
lanjut Thor 😍💪
Gege
mantul
Gege
lepaskan semua thorr 10k katanya.. jangan di cicil cicil... gassss
ALAN: bener tuh thorr
total 1 replies
Gege
lanjooottt thorr💪
Raihan alfi Priatno
lanjutin updatenya sampai tamat
Eli: Okeii syap
total 1 replies
ALAN
lumayan /Casual/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!