NovelToon NovelToon
Melepas Masa Lalu, Meraih Cinta Yang Baru

Melepas Masa Lalu, Meraih Cinta Yang Baru

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: Uswatun Kh@

Selina harus menerima kenyataan bahwa dirinya ternyata menjadi istri kedua. Tristan suaminya ternyata telah menikah siri sebelum ia mempersuntingnya.

Namun, Selina harus berjuang untuk mendapatkan cinta sang suami, hingga ia tersadar bahwa cinta Tristan sudah habis untuk istri pertamanya.

Selina memilih menyerah dan mencoba kembali menata hidupnya. Perubahan Selina membuat Tristan perlahan justru tertarik padanya. Namun, Selina yang sudah lama patah hati memutuskan untuk meminta berpisah.

Di tengah perjuangannya mencari kebebasan, Sellina menemukan cinta yang berani dan menggairahkan. Namun, kebahagiaan itu terasa rapuh, terancam oleh trauma masa lalu dan bayangan mantan suami yang tak rela melepaskannya.

Akankah Sellina mampu meraih kebahagiaannya sendiri, atau takdir telah menyiapkan jalan yang berbeda?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uswatun Kh@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

15. Tuduhan yang bertubi-tubi.

Tristan berdiri dengan dada membusung, suaranya tajam menusuk. "Seharusnya kau itu lebih tahu dari siapa pun, kodrat seorang istri itu apa. Jadi wanita kok gampangan ikut bos di luar jam kantor," cecarnya ketus, tanpa sedikit pun empati.

Sellina terdiam sejenak, lalu menyunggingkan senyum tipis yang lebih mirip ejekan. Ia tak percaya dengan semua tuduhan yang dilontarkan begitu mudahnya.

Lucu, pikirnya. Dulu, saat dirinya mengurus segalanya tanpa suara, mereka tak pernah peduli. Asal rumah rapi, makanan tersedia, dan semua berjalan sesuai harapan, ia nyaris tak terlihat. Tapi kini, ketika ia mulai menarik diri, mereka seperti kebakaran jenggot.

Reykha yang biasanya tak banyak bicara, kini ikut-ikutan menuntut. Hanya karena Sellina tak lagi menyentuh pekerjaan rumah yang dulu ia kerjakan tanpa keluhan.

Sellina menatap mereka bergantian. Matanya menyimpan luka yang dalam, tapi juga keberanian yang tak lagi bisa dibungkam.

"Apa kalian pantas bicara soal tanggung jawab?" ucapnya pelan, tapi tegas. "Kau ... Mas. Sebelum menuduhku dan menguliahi tentang kewajiban seorang istri, sudahkah kau melaksanakan kewajibanmu sebagai suami? Satu aja, coba sebutkan. Ada gak?"

Ruangan mendadak sunyi. Hanya suara detak jam dinding yang terdengar samar.

"Kalian seenaknya memfitnah, mengatai orang, tapi gak pernah bercermin. Pernah gak kalian lihat ke dalam diri sendiri? Udah pantas belum ngomong kayak gitu?" sergahnya, kali ini dengan tatapan tajam yang menusuk.

"Udah lah Sellina, kau jangan banyak menyangkal dan balik bertanya," sahut Reykha dengan nada tinggi, matanya menyala penuh amarah.

"Kau itu udah salah, bilang aja salah. Gak usah malah nyalahin kita. Baru kerja gitu aja udah sok. Aku bukan pembantumu yang harus kerjakan semua pekerjaan rumah. Aku juga istri Mas Tristan, ngerti dikit dong."

Sellina menatap Reykha dengan tatapan kosong, seolah tak percaya dengan kata-kata yang baru saja dilontarkan. Dulu, Reykha bersikap manis, bahkan mengaku menerima kehadirannya sebagai istri kedua. Tapi kini, semua topeng itu runtuh, digantikan oleh nada sinis dan tuduhan yang menyakitkan.

"Selama ini aku udah baik sama kau, Sellina," lanjut Reykha, suaranya dibuat-buat sedih, seolah ia korban dalam drama yang ia ciptakan sendiri. "Aku terima kau jadi istri kedua Mas Tristan. Tapi Mas Tristan belum bisa nerima kau, sekarang kau jadi kayak gini. Ini kan bukan salahku karena mas Tristan gak terima kau."

Sellina menghela napas, mencoba menahan gejolak di dadanya. Tapi sebelum ia sempat menjawab, Tristan ikut bicara, dengan nada merendahkan yang membuat udara terasa lebih berat.

"Kau harusnya tahu diri. Aku udah izinin kamu kerja, harusnya kalau udah pulang ya langsung ke rumah. Bukannya kelayapan gak jelas, apalagi sama laki-laki kayak gitu."

Sellina menatap Tristan, matanya mulai berkaca. Bukan karena sedih, tapi karena muak. Ia sudah terlalu lama menahan diri, terlalu lama dianggap tak lebih dari bayangan di rumah itu.

"Apa kurang uang belanja yang aku kasih selama ini, hah?" lanjut Tristan, suaranya meninggi. "Kau jangan keterlaluan, seolah aku gak pernah kasih kau uang, ya Sellina."

Dan saat itu juga, wajah Reykha berubah pucat. Kata-kata Tristan seperti petir yang menyambar rahasia yang selama ini ia sembunyikan.

Uang belanja yang seharusnya untuk Sellina, selama ini ia pakai sendiri. Hanya beberapa ratus ribu yang ia berikan, cukup untuk membuat Sellina tak bisa bicara, tapi tidak cukup untuk hidup layak.

Ia menatap Reykha dengan tajam, seolah menelanjangi semua kepura-puraan yang selama ini tersembunyi di balik senyum manis sang istri.

"Kalau masalah uang itu, kau tanyakan saja sama istrimu itu. Dia apakan semua uang yang kau kasihkan ke aku," ucap Sellina, suaranya datar.

Reykha tersentak, wajahnya memucat. Panik mulai merayap di nadanya.

"Sellina apa maksudmu? Kau sekarang mau nuduh aku abisin uang itu, kok tega kau?"

Sellina tersenyum sinis, lalu melangkah maju.

"Nuduh, kata Mbak? Asal Mbak tau, aku udah tau semua akal bulusmu. Kau cuma pura-pura baik selama ini. Soal kau terima aku dan janji bantu biar Mas Tristan nerima aku, itu semua bulsit! Kau cuma manfaatin aku, kan? Jangan munafik, Mbak!" suara Sellina meninggi, amarahnya meledak setelah lama terpendam.

Tristan yang berdiri di sisi Reykha, tak tahan lagi. Tangannya terangkat, siap menampar.

"Sellina!" pekiknya.

Namun Sellina tak gentar. Ia mendongak, mendekat, menyerahkan wajahnya. "Apa? Kamu mau nampar aku? Tampar, Mas. Aku udah muak dengan semua ini. Dua tahun aku mengabdi, dan ini yang aku dapat? Kau gak ngerasa ada yang beda belakangan ini? Gak ada lagi sarapan pagi, gak ada susu hangat malam hari. Bekal pun gak ada. Kau gak ngerasa ada yang aneh?"

"Aku tau selama ini, kau bilang kalau kau kan Mbak yang ngerjakan semuanya? Hah lucu ..."  timpalnya, suaranya mulai bergetar, bukan karena takut, tapi karena luka yang terlalu dalam.

Ia menghela napas panjang, lalu memungut tasnya yang tergeletak di lantai. Langkahnya pelan, namun pasti. Ia meninggalkan dua orang yang kini terdiam, membeku dalam ketegangan yang menggantung.

Di dalam kamar yang kini terasa lebih sempit dari biasanya, Sellina duduk memeluk lutut di sudut ranjang. Lampu temaram menyinari wajahnya yang basah oleh air mata. Ia menatap kosong ke arah jendela, membiarkan malam menyelimuti tubuhnya yang lelah.

Semua usahanya ... sia-sia.

Ia teringat pagi-pagi buta saat ia bangun lebih dulu, menyiapkan sarapan, menyetrika baju Tristan, bahkan menyelipkan pesan kecil di dalam bekal makan siang. Ia pikir, cinta bisa tumbuh dari perhatian. Ia pikir, pengabdian bisa meluluhkan hati yang beku.

Tapi Tristan tak pernah benar-benar melihatnya.

"Cintanya sudah habis ... untuk Reykha," bisik Sellina, suaranya nyaris tak terdengar.

Ia bukan istri, bukan kekasih, bukan teman. Ia hanya bayangan yang hadir di rumah itu, mengisi kekosongan yang tak pernah diminta. Tristan tak pernah menyentuhnya dengan cinta, tak pernah memanggil namanya dengan kelembutan. Semua dingin. Semua datar.

Sellina menatap cermin. Wajahnya tampak asing. Di balik mata yang sembab, ia melihat seorang wanita yang telah berjuang terlalu lama. Tapi untuk apa? Untuk siapa?

"Apa aku harus pergi?" pikirnya. "Apa aku harus menyerah?"

Tapi bayangan wajah umi dan abi  muncul. Mereka yang bangga saat Sellina menikah, yang menyambut Tristan dengan hangat. Bagaimana mereka akan bereaksi jika tahu anaknya ingin berpisah? Bagaimana mereka akan menatapnya nanti?

"Mereka akan kecewa ... Mereka akan bertanya-tanya ... Mereka akan menyalahkan aku."

Dilema itu menghimpit dadanya. Ia ingin bebas, tapi terpenjara oleh harapan orang lain. Ia ingin bahagia, tapi takut dianggap gagal.

Sellina memejamkan mata. Air mata kembali mengalir. Malam itu, ia tak tidur. Ia hanya duduk diam, menunggu pagi datang, berharap ada jawaban yang muncul bersama cahaya fajar.

Sellina tersentak. Ponselnya berdering tiba-tiba, memecah keheningan malam yang penuh sesak.

Ia menatap layar ponsel dengan mata sembab. Nama yang muncul membuat dadanya bergetar.

1
🍒⃞⃟🦅☕︎⃝❥~`•suami aku`•~⧗⃟ᷢʷ
lanjut Thor semngat /Joyful/
🟡🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝ˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©
gmn mau punya anak, wong Tristan nggak pernah mau nyentuh selina lohh
Yuli Yulianti
mumpung dirmh orang tua Tristan mending jujur deh sellina klo kamu ud nggak sanggup bertahan lg
🟡🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝ˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©: bener itu kak.. biar nggak sakit hati mulu
total 1 replies
𝑻𝒉𝒂𝒓𝒊𝒊 🍒⃞⃟🦅
kek pernah liat namanya /Chuckle/
⛧⃝ 𓂃Luo Yi⧗⃟: 🤭🤭 iya emng sesuatu ini nama🤣
total 1 replies
🟡🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝ˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©
udah pada metong dong🤣🤣🤣
🟡🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝ˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©
wehh mau apa lagi itu nenek sihir
🟡🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝ˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©
hilih bukan pemilik kok sok2an
⧗⃟ᷢʷ§𝆺𝅥⃝©⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ ⍣⃝🦉ꪻ꛰͜⃟ዛ༉
Nathan statusnya menantu tapi kelakuan seperti pemilik aja
Mardiana Mardiana
bacanya sambil senyum-senyum dong😁
ditunggu kelanjutannya❤❤
⛧⃝ 𓂃Luo Yi⧗⃟: siap deh... ngebut nulis
total 1 replies
🟡🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝ˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©
awas selina, Ezra mulai nyaman tuhh🤭🤭
🟡🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝ˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©
astaghfirullah tuduhan mu sekejam itu😭😭
Mardiana Mardiana
seruu bab ini😁😁❤❤
🟡🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝ˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©
lanjut Thor, semakin seru🤭🤭
🍒⃞⃟🦅 ☕︎⃝❥Maria
mantap selina
Mardiana Mardiana
ditunggu lanjutannya 😊
⛧⃝ 𓂃Luo Yi⧗⃟: sabar ya buk.. ini gebut nulisnya 🤭
total 1 replies
Mardiana Mardiana
ikut gereget bacanya😁
Mardiana Mardiana
suka dengan karakter selina dia tegas keren banget ❤
🍒⃞⃟🦅 ☕︎⃝❥Maria
mumpung cepat sadar kamu selina
☘𝓡𝓳 𝙉ᗩƁίĻԼል
mampir kak
awan
ada rahasia apa ini..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!