Sebelum lanjut membaca, boleh mampir di season 1 nya "Membawa Lari Benih Sang Mafia"
***
Malika, gadis polos berusia 19 tahun, tidak pernah membayangkan hidupnya akan berubah hanya dalam satu malam. Dijual oleh pamannya demi sejumlah uang, ia terpaksa memasuki kamar hotel milik mafia paling menakutkan di kota itu.
“Temukan gadis gila yang sudah berani menendang asetku!” perintah Alexander pada tangan kanannya.
Sejak malam itu, Alexander yang sudah memiliki tunangan justru terobsesi. Ia bersumpah akan mendapatkan Malika, meski harus menentang keluarganya dan bahkan seluruh dunia.
Akankah Alexander berhasil menemukan gadis itu ataukah justru gadis itu adalah kelemahan yang akan menghancurkan dirinya sendiri?
Dan sanggupkah Malika bertahan ketika ia menjadi incaran pria paling berbahaya di Milan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 27
Begitu pintu kamar Alex tertutup di belakangnya, Jimmy mengembuskan napas panjang. Malam itu udara koridor terasa dingin atau mungkin hanya pikirannya yang kacau setelah adu mulut dengan Alex.
"Hari yang melelahkan!" Jimmy meremas pelipisnya sambil berjalan menuju tangga.
Namun langkahnya terhenti saat sosok kecil dengan rambut panjang berwarna chestnut lewat begitu saja tanpa menoleh.
Leana.
Gadis kecil yang dulu selalu menarik ujung jasnya sambil merengek minta dibelikan es krim, kini melewatinya seolah ia hanyalah patung batu.
Kepala tegak, langkah cepat, wajah cemberut, dan hanya memakai piyama yang cukup menerawang?
"Lea, kau mau ke mana malam-malam begini hanya memakai piyama?" tanya Jimmy.
Tidak ada respons. Bahkan tidak ada lirikan.
Seperti gadis itu benar-benar tuli.
Jimmy memijit dahinya. "Leana, kau dengar tidak!"
Leana tetap tak peduli.
Kesal, Jimmy langsung berbalik, menangkap pergelangan tangan gadis itu dan menahannya di dinding. Leana terkejut sambil meringis.
"Lepaskan, Paman! Sakit!" protesnya.
"Paman bertanya, kau mau ke mana malam-malam begini? Tidak lihat jam?" Suara Jimmy datar, tapi nadanya penuh penekanan.
Leana mengalihkan pandangan, tak berani menatap mata pria itu lama-lama. Entah kenapa setiap kali Jimmy menatapnya, jantungnya selalu berdebar tidak masuk akal.
Padahal usia mereka terpaut jauh.
Om-om begitu, apa menariknya? Pikir Leana.
"Aku mau ke rumah belakang," jawab Leana akhirnya.
Jimmy mendekat sedikit. "Untuk apa?"
"Mereka pasti sudah tidur. Lebih baik kau kembali ke kamar atau paman seret sekarang juga!" ancam Jimmy.
Leana mendengus kecil. "Justru karena aku tidak bisa tidur, maka aku butuh teman tidur."
Jimmy terpaku. "Kau bilang apa barusan?"
"Apa masalahnya sih kalau aku menemui gadis itu? Aku ingin jadi temannya. Dia sangat menggemaskan." Leana tersenyum kecil, matanya berbinar ketika memuji Malika.
Jimmy nyaris batuk darah. Menggemaskan?
Bagi Jimmy, justru Leana lebih menggemaskan dengan segala keegoisannya dan suara rengekannya itu.
"Aku kesal padamu, Paman," lanjut Leana, semakin cemberut. "Kalian berdua meninggalkanku pagi tadi. Sampai aku terpaksa membolos kuliah! Untung ada Malika. Dia menemaniku sampai bosanku hilang. Aku nyaman ada di dekatnya."
Nama itu lagi. Malika.
Membuat Jimmy merasa harga dirinya diinjak-injak. Pertama Alex, sekarang Leana. Semua orang mendadak memuja gadis asing itu.
Tanpa menunggu, Jimmy mengangkat tubuh Leana, membopongnya seperti karung beras.
"Eh! Pa—Paman! Kau mau apa?! Turunkan aku!" teriak Leana sambil memukul punggung Jimmy.
"Kau bilang tidak bisa tidur, kan? Baiklah. Paman akan menidurimu."
Leana mendadak mematung. "Ha—Hah?! Meniduriku?!" otaknya langsung merespons ke arah yang salah.
Jimmy tersendak. "Paman Salah bicara! Maksudnya, Paman akan menidurkanmu!"
Leana menutup muka dengan kedua tangan, pipinya memerah seketika. "Kenapa kalimatmu menjebak sekali, Paman!"
Jimmy mengabaikannya dan terus berjalan menuruni tangga.
"Lagipula, Kaylin sudah kembali," lanjut Jimmy. "Lebih baik kau menemui dia daripada gadis asing itu."
Leana langsung berhenti memberontak. "Kaylin kembali? Kenapa dia tidak mengabariku?" gumamnya lirih.
Sejak kecil mereka sudah bersahabat, namun memang setelah dewasa, keduanya semakin menjaga jarak. Entah karena kesibukan atau karena Kaylin berubah menjadi wanita yang terlalu sulit ditebak.
"Kau bisa tanyakan sendiri besok," tutup Jimmy.
Leana mengembungkan pipi, kesal. "Kalau begitu turunkan aku. Kamarku di atas, bukan ke sana!" Leana menunjuk lantai tiga. Sementara Jimmy justru membawanya ke lantai satu, arah kamar Jimmy.
Jimmy menatapnya singkat. "Tidur saja di kamarku."
Leana membelalak. "Kamar… kamar Paman?!"
"Daripada kau berkeliaran dengan piyama tipis dan membuat orang gila mana pun menatapmu, lebih baik aku mengawasimu." Jimmy berkata seenaknya, seperti itu hal paling normal di dunia.
"Tapi—tapi—"
"Sudah diam," potong Jimmy, memasuki lorong kamar pribadinya.
Leana bisa merasakan telinganya panas. Ia memeluk lengan Jimmy erat karena takut jatuh, tapi itu justru membuat pria itu semakin sadar betapa ringannya tubuh Leana di pelukannya.
"Aku tidak mau tidur di kamar Paman," protes Leana dengan suara kecil.
"Tidak ada pilihan," jawab Jimmy datar. "Kau membolos kuliah, kau berkeliaran malam-malam, dan kau mencoba kabur ke rumah belakang. Kau butuh penjagaan."
"Penjagaan atau penjara?" cibir Leana.
Jimmy berhenti di depan pintu, lalu menatap gadis itu cukup lama.
"Untukmu semua sama saja," jawabnya singkat namun menohok.
Jantung Leana kembali berdebar kacau. Kenapa nada Jimmy seperti itu? Tenang, berat, dan membuat napasnya jadi tak stabil.
Pintu terbuka, dan Jimmy membawa Leana masuk.
"Mulai malam ini," ucap Jimmy, "kau tidur di sini."
Leana menatap sekitar, lalu menatap Jimmy lagi.
"Paman…" lirih Leana.
Jimmy mengangkat alis. "Kenapa?"
"Ini terlalu dekat," bisik Leana saat Jimmy mengungkungnya tanpa jarak.
Jimmy tersenyum tipis, senyum yang membuat ketampanan pria itu berkali kali lipat.
"Astaga, apa mataku tidak salah lihat? Kenapa tiba-tiba paman Jimmy jadi nampak menggoda seperti ini?" batin Leana sembari meneguk ludah dengan susah payah.
Pergi ke klub malam hampir setiap hari, bertemu banyak pria muda tampan, kaya yang seumuran dengannya, nyatanya tak membuat Leana jatuh hati.
"Aku pasti suda tidak waras karena menyukai om-om tidak laku seperti dia," gumam Leana.
malika dan Leon cm korban😄🤣