Saat kehamilan itu benar-benar terjadi pada Livia, dia bermaksud memberikan kejutan dengan datang ke kantor suaminya untuk mengabarkan kabar bahagia tersebut.
Tapi apa yang dia dapatkan, sangatlah mengguncang perasaannya.
Ternyata di ruangannya, Alex tengah bersama seorang wanita berparas lembut, dengan gadis kecil yang duduk di pangkuannya.
Bukannya merasa bersalah, setelah kejadian itu Alex malah memberi pernyataan, "kita berpisah saja!" Betapa hancur hati Livia. Dia tak menyangka, Alex yang begitu
mencintainya, dengan mudah mengatakan kata-kata perpisahan. Lalu apa jadinya jika suatu hari Alex mengetahui kalau dia sudah menelantarkan darah dagingnya sendiri dan malah memberikan kasih sayangnya pada anak yang tidak ada hubungan darah dengannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasri Ani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SIKSAAN SESAL
Livia dan kliennya sontak menoleh. Tak jauh dari mejanya, berdiri Natalia dan Brenda dengan gaya angkuh sambil melipat tangan di dada.
Brenda menyeringai. "Hmmm... sudah kembali aktif rupanya, setelah 2 tahun menyembunyikan diri. Apa kau sudah menyembunyikan sesuatu selama itu dan baru berani muncul sekarang?"
Brenda terkekeh, nada suaranya mengejek.
"Oh, aku ngerti sekarang. Pantesan kamu dipecat, Bren. Ternyata Sean takut karier istrinya terancam karena kamu saingan terberatnya, ya?" celetuk Natalia, membuat Livia ingin tertawa keras.
Klien Livia tampak terkejut. Ia menatap Brenda lama, seperti mengenali wajah itu.
"Ya, saya ingat sekarang. Bukankah dulu kamu pernah kami tunjuk sebagai konsultan fashion untuk butik kami?" ucap klien itu pelan.
"Tapi ide-ide kamu tidak sesuai dengan konsep kami. Semua revisi ditolak. Akhirnya kerja sama, kami hentikan." lanjut sang klien.
"Kamu dengar Natalia?" Livia balik tertawa mengejek.
Brenda terdiam kaku. Wajahnya sontak memerah
Karena malu. Melihat temannya sudah mati kutu, Natalia langsung menyela,
"Setidaknya dia pernah ditunjuk. Tidak seperti kamu yang cuma bisa numpang nama suami untuk tampil lagi."
Livia berdiri, membalas tatapan mereka berdua.
"Yang numpang nama seseorang, tidak akan duduk di sini sebagai konsultan utama. Apalagi dipanggil langsung oleh klien. Kalian datang ke sini untuk apa? Bikin malu diri sendiri?"
Brenda mendesis, "Kami cuma lewat. Nggak nyangka tempat ini jadi panggung come back istri bos."
"Sayangnya, aku nggak butuh panggung," jawab Livia tajam. "Beda dengan kalian yang cuma bisa berdiri sambil ngomong kosong karena nggak ada tempat lagi buat orang-orang seperti kalian!"
Natalia ingin membalas, tapi klien Livia angkat tangan, memotong.
"Cukup. Ini pertemuan bisnis, bukan tempat debat orang-orang gagal."
Brenda melotot, tapi akhirnya berbalik. Natalia mengikutinya. Keduanya melangkah pergi tanpa berkata apa-apa lagi.
Tapi baru saja beberapa langkah, mereka kembali tertegun.
Di ambang pintu seorang pria tampan melangkah
Masuk. Kaki panjangnya bergerak mantap dengan gaya elegan. Meski hanya mengenakan stelan santai, tapi tak mengurangi pesonanya yang di atas rata-rata.
Yang membuat Natalina dan Brenda tertegun, lelaki yang mereka kenal dengan nama Sean itu. Tidak datang sendiri. Tapi tangannya menuntun seorang batita yang ikut melangkah meski dengan sedikit sempoyongan.
Mulut mungilnya terus berceloteh menggemaskan.
"Bren, anak kecil itu siapa?" Tanya Natalia. Keduanya saling bertatapan dengan mata melotot saat terlintas pikiran buruk di kepalanya.
"Jadi ini jawabannya?"
Brenda mengangguk. Lalu mengeluarkan ponselnya dan mengaturnya ke mode kamera.
Cello mempercepat langkahnya saat dia melihat sosok ibunya.
"Mommy... mommy..." Teriaknya sambil ingin melepaskan pegangan sang ayah di tangannya. Tapi alih-alih melepaskan, Sean malah menggendong anak itu dan mempercepat langkahnya menuju Livia.
Livia sangat terkejut, apalagi dilihatnya Natalia dan Brenda masih ada di situ. Tapi dia sudah tidak perduli.
"Sayang..." Livia berdiri menyambut sang putra. Untung saja meeting dengan kliennya sudah berakhir.
Barusan mereka hanya mengobrol santai.
Dia mengambil alih putranya dari gendongan Sean.
Tak perduli dua pasang mata menatapnya penuh rasa penasaran.
Sean langsung mengecup pelipis istrinya di depan mereka dengan sayang. Natalian memalingkan wajahnya. Hatinya begitu sakit.
"Putra anda? Tampan sekali..." Puji kliennya pada Livia. Wanita itu tersenyum bangga sambil mengangguk.
"Berapa tahun?"
"16 bulan." Bisik Livia nyaris tak terdengar. Dan syukurlah, sepertinya Natalia dan Brenda tak mendengarnya.
"Baiklah Bu Livia, pembicaraan kita sudah selesai. Terimakasih atas ide-ide cemerlang anda. Saya sangat puas. Saya permisi." Kata sang klien sambil berdiri dan berjabatan tangan dengan Livia.
"Sama-sama, terimakasih atas kepercayaan anda pada perusahaan kami, terutama pada saya. Senang bekerja sama dengan anda." Jawab Livia ramah.
Sementara Natalia dan Brenda pun sudah pergi
Sepeninggal mereka, Sean duduk di sebelah Livia dengan Cello di pangkuannya.
"Kamu dan Cello mau makan dulu?" Tanya Livia tanpa menoleh pada suaminya, karena diapun asyik mengajak Cello bercanda.
"Tidak usah. Kami sudah makan. Nanti saja sekalian kita makan malam bersama. Tapi aku sudah minta Elis untuk tidak masak. Kita makan di luar saja, sekaligus merayakan kembalinya kamu ke sini."
Livia terkekeh sambil mengusap lembut pipi Sean.
"Duh, suamiku romantis juga."
Sean melengos tapi kembali menatap istrinya, serius.
"Tadi sepertinya aku melihat Natalia dan Brenda?"
Livia mengangguk. "Aku ingin tahu, gosip apa yang akan mereka hembuskan saat tadi melihat Cello."
"Tenang saja, aku tak akan tinggal diam."
Livia tersenyum bahagia.
"Kita beruntung punya Daddy Sean, sayang..."
Katanya. Diciuminya pipi gembul Cello yang tertawa cekakakkan.
Lalu ketiganya berdiri dan pergi dari restoran itu.
Keesokan paginya, akun gosip @highlight_hotnews, yang dulu memberitakan tentang Sean dan Natalia, tapi terus diminta Sean untuk men-takedown unggahannya dengan peringatan keras, kini kembali mengunggah berita menghebohkan ke media sosial. Rekaman video 95 detik menampilkan sosok Sean yang memasuki resto dengan menuntun Cello, menghampiri Livia. Terlihat sambutan Livia begitu hangat.
Kali ini Sean dan Livia mencoba membiarkannya. Toh mau disangkal bagaimanapun, ini adalah kabar yang membahagiakan, meski mereka membuat caption yang berusaha memojokkan Livia.
> "Setelah menghilang selama lebih dari dua tahun, ternyata ini jawabannya."
"Sayang, apa aku harus bertindak lagi?"
Livia menggeleng sambil tersenyum lembut.
"No worries, I'm just proud they know Cello now."
"You sure?"
"Yeah. I mean it - I've never been this sure."
"Baiklah, aku tak akan menyuruh mereka men-takedown unggahan mereka. Tapi bagaimana kalau Alex sampai tahu?"
"Tinggal jawab saja, itu putramu. Dan memang saat Cello lahir, di akte hanya tercantum namaku. Lalu setelah menikah, kamu sendiri yang urus, supaya nama kamu yang tercantum di akte Cello, sebagai ayahnya."
"Kamu memang pintar, sayang." Sean memeluk tubuh istrinya. Dan tak lupa membubuhkan ciuman mesra di bibir Livia.
Sebagai pengusaha muda berparas tampan, Sean sudah sejak lama dikenal luas. Popularitasnya nyaris menyaingi selebriti. Maka tak heran jika video berdurasi 95 detik itu dengan cepat tersebar di berbagai akun gosip, bukan hanya diunggah oleh @highlight_hotnews.
Komentar membanjir, sebagian besar memuji sisi humanis Sean sebagai ayah sekaligus suami yang hangat.
Tanpa sengaja, video itu muncul di feed media sosial Wulan, yang masih doyan main sosial media meski usianya sudah termasuk lansia. Jempol Wulan tiba-tiba berhenti men-scroll, lalu matanya membelalak.
"Itu Livia. Dan anak itu... anak itu jelas memanggil Livia dengan sebutan, Mommy."
Tubuh Wulan menegang. Seketika emosinya meledak.
"Tidak mungkin... tidak mungkin!" bisiknya tergagap, lalu mendesis marah.
"Dia itu wanita mandul! Bukankah dulu dia tak bisa memberi Alex, anak?! Atau... selama ini dia berbohong?! Pura-pura tak bisa memberi anak agar bisa bercerai dari Alex karena ingin segera menikah dengan lelaki itu? Dasar perempuan tidak bermoral!"
Berbagai umpatan dan tuduhan keji terlontar dari bibirnya yang tebal tapi maut.
"Atau mungkin anak itu hasil adopsi? Atau Livia menggunakan donor? Tapi... wajah anak itu terlalu mirip. Sorot matanya, bentuk dagunya... sangat bisa saja kalau bocah itu memang anak kandung."
Tangannya gemetar saat meraih ponsel. Ia langsung menelepon Alex.
"Alex, kamu buka Instagram sekarang juga!" suara Wulan meninggi.
"Itu Livia! Dia punya anak! Laki-laki. Dia bersama suaminya yang sekarang dan seorang anal laki-laki di gendongan."
Di ujung sana, Alex terdengar bingung. "Maksud Mama apa?"
"Anak itu... anak itu bisa saja hasil perselingkuhan dia dengan lelaki yang sekarang jadi suaminya."
Alex menatap layar ponselnya tanpa berkedip. Video berdurasi singkat itu terus berulang.
Wajah Livia.
Sean yang menggandeng tangannya.
Dan... seorang bocah laki-laki yang memanggil Livia
dengan sebutan "Mommy".
Kepalanya terasa penuh, serasa mau pecah. Nafasnya berat. Otaknya menolak, tapi matanya terus menatap.
"Mommy..."
"Anak itu memanggil Livia dengan sebutan Mommy?" Dan Sean terlihat begitu menyayanginya.
"Gila..." desisnya pelan.
Di balik telepon, suara ibunya masih mengoceh.
Menuduh Livia pembohong. Menyebut anak itu hasil selingkuh. Tapi Alex tak langsung menelan semuanya. Dia
Kenal Livia. Atau... setidaknya dulu dia pikir begitu, Livia istri setia!
"Dia nggak mungkin punya anak..." gumamnya. Suaranya nyaris tak terdengar. "Atau... selama ini aku yang salah?"
Dada Alex sesak. Jantungnya berdentum keras, terasa menyakitkan.
Sejuta penyesalan menyiksa sanubari Alex. Kontras dengan apa yang tengah dialaminya sekarang, Livia malah terlihat begitu bahagia. Bersama Sean dan... bocah laki-laki itu!
AKU MERINDING GUYYYSS... 🤭🤭🤭