Keinginan besar Rere untuk memiliki anak dari suaminya sendiri memaksa dirinya menjebak seorang wanita cantik yang bekerja sebagai cleaning service di sebuah hotel mewah tempat ia menginap.
"Kau harus mengandung bayi dari suamiku jika tidak ingin masuk penjara...!" titah Rere pada Aleta yang cukup terkejut dengan permintaan gila wanita kaya di depannya.
"Ikuti cerita seru kedua wanita yang memperebutkan Fahri dan Aleta harus merelakan anaknya untuk bersama pria yang telah mencuri hatinya...!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19. Selamat Dari Maut
Setelah melepaskan kerinduan mereka dengan bercinta, kini Revan menceritakan apa yang terjadi dengan dirinya. Awalnya ia agak takut istrinya syok karena baru kehilangan sang bunda, namun dia tidak ingin Aleta akan bertanya terus apa yang terjadi padanya. Dengan selimut membalut tubuh polos mereka, di mana Aleta menyadarkan punggungnya pada sang suami, Revan mulai menceritakan kisahnya.
"Begitu aku mendapatkan pesan darimu, aku segera ke bandara. Awal berangkat semuanya terlihat baik-baik saja. Pesawat terbang dengan aman hingga akhirnya memasuki salah satu negara pesawat mulai kehilangan kontrol pada mesinnya. Sementara cuaca di luar sangat bagus. Co-pilot memberitahukan kepadaku agar kami akan mendarat di salah satu bandara terdekat. Namun pesawat itu tidak sampai ke tujuan karena mesin yang tiba-tiba mati," ucap Revan lalu terdiam sebentar.
"Apakah pesawatmu langsung jatuh? dan bagaimana kamu bisa selamat tanpa luka?" tanya Aleta.
"Demi keamananku sang pilot meminta aku untuk turun dengan parasut. Tubuhku sudah terpasang pelampung dan aku turun melalui pintu darurat. Aku mengenakan ransel yang berisi makanan yang sudah disiapkan pramugari agar aku tidak kelaparan. Mereka juga melakukan persiapan yang sama denganku sebelum kami melakukan terjun payung di malam hari."
"Lalu di mana kamu mendarat? di laut, hutan atau di pemukiman warga?" cecar Aleta.
"Di sebuah hutan. Kami terpisah dan harus bisa menolong diri sendiri. Rupanya pesawat ku masih bisa bertahan dan akhirnya jatuh dengan jarak titik jatuh yang cukup jauh denganku," ucap Revan.
"Lalu bagaimana kamu bisa keluar dari hutan dan sampai ke sini? kenapa tidak mengabari aku maupun Reno?" tanya Aleta.
"Karena aku ingin mengetahui siapa dalang dari semua ini. Aku harus menemukan pengkhianat nya terlebih dahulu sebelum aku bertemu denganmu. Aku ingin musuh dalam selimut tahu bahwa aku sudah mati dalam kecelakaan pesawat itu. Dengan begitu mereka bisa menikmati kesuksesan mereka setelah bisa menyingkirkan aku.
"Apakah kamu sudah menemukan pengkhianat itu?" tanya Aleta.
"Sudah, namun sayangnya saat aku tiba di apartemennya justru dia sudah mati terbunuh. Rupanya ponselnya sudah di sadap oleh orang yang menyuruhnya. Permainan mereka akan aku telusuri sampai ke sumber penyakitnya. Aku masih menyelidikinya dan alhamdulillah Reno bersih dari tuduhan ku," ucap Revan.
"Alhamdulillah ya Allah. Engkau sudah menyelamatkan suamiku. Lantas kapan mas menyeret orang itu ke kantor polisi?" tanya Aleta.
"Sepertinya hukuman penjara terlalu ringan baginya. Mungkin ada cara lain yang lebih sakit daripada penjara itu sendiri," ucap Revan yang sampai saat ini belum tahu siapa yang menginginkan kematiannya.
"Ngomong-ngomong apakah kamu sudah menemui Rere?" tanya Aleta tanpa ingin menceritakan sebenarnya pada Revan.
"Entahlah. Kalian berdua sama pentingnya bagiku. Hanya saja aku harus lebih mengutamakan mu karena sebentar lagi kamu akan melahirkan," ucap Revan.
"Jadi mas belum tahu di mana Rere saat ini?" tanya Aleta.
"Sudah sayang. Aku mengerti perasaannya sampai dia nekat mempermalukan dirimu. Tolong bersabarlah sedikit...! jika kamu ingin salahkan, salahkan aku saja," ujar Revan yang tidak ingin memperkeruhkan masalah.
"Jadi kematian bundaku mas anggap biasa saja?" Aleta mulai kehilangan kendali.
"Aleta. Tidak semua masalah disikapi dengan emosi. Hanya orang lemah yang hanya bisa menggonggong. Dan orang kuat hanya menggunakan akalnya untuk menjatuhkan lawan," ucap Revan membuat Aleta makin bingung.
"Sebenarnya kamu ini bela siapa sih mas. Duka ku belum berlalu sehari pun tapi mengapa kamu terlihat tenang saja padahal sudah jelas-jelas Rere bersalah. Jika dia menutup mulutnya, bundaku belum tentu meninggal hari ini," ucap Aleta lalu beringsut turun dari tempat tidur lalu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Revan merasa serba salah saat ini. Ditambah ia belum menemukan titik terang dari kecelakaan pesawatnya yang merupakan human eror ( kesalahan manusia) entah sengaja maupun tidak.
...----------------...
Keesokan harinya, Revan sengaja tidak ingin menemui Rere di sel tahanan. Ia ingin memberikan istrinya itu pelajaran agar tetap berhati-hati dalam bertindak. Ia ingin datang ke perusahaannya.
Revan datang ke perusahaannya dengan menggunakan mobil milik Aleta sehingga tidak ada yang mengenalinya. Desas desus di perusahaan tentang kecelakaan pesawat yang menimpa Revan telah di ketahui hampir semua karyawan. Namun kabar itu belum pasti adanya membuat mereka memilih diam. Ditambah lagi berita tentang pernikahan siri Revan dan Aleta yang tersebar di media menjadi topik utama di perusahaan milik Revan itu.
"Bagaimana menurut kalian setelah melihat wajah Aleta?" tanya salah seorang karyawan pada rekannya.
"Memang sih lebih cantik Aleta daripada nyonya Rere. Tapi yang saya tidak menyangka mengapa seorang Aleta yang kaya raya tega merebut suami orang?" sahut yang lainnya.
"Iya juga ya. Apakah dia kekurangan lelaki hingga gigih ingin mendapatkan perhatian bos kita yang tampan itu," timpal yang lainnya.
"Tapi dengannya pernikahan mereka karena anak semata. Jika hanya seorang anak yang dibutuhkan bos, saya rela ko melahirkan anak untuknya. Tidak dibayar sih tidak apa-apa yang penting bisa bercinta dengan tuan Revan oh, sesuatu banget itu," ucap salah satu wanita cantik yang ada di kantor itu.
"Emangnya kamu doang, kita juga mau," ucap yang lainnya dan mereka kemudian terkekeh bersama.
Langkah tegap dengan postur tubuh yang mempesona dilengkapi ketampanan yang luar biasa seorang Revan kini sedang berdiri di belakang para karyawannya yang sedang ngerumpi.
"Ehhmm....!" satu deheman Revan membuat semuanya langsung menoleh ke sumber suara dengan mata terbeliak hampir tidak percaya.
"Tu...Tuan Revan....!" ucap mereka terbata-bata seakan sedang melihat hantu saat ini. Semuanya langsung berlari kocar-kacir menuju kabinet kerja mereka masing-masing.
Kantor itu yang awalnya terlihat santai tiba-tiba mendadak jadi tertib dan rapi.
Revan melanjutkan langkahnya dan berhenti sebentar saat melihat asisten Reno yang juga ikut berhenti.
"Tuan....?" Reno seakan tidak percaya dengan penglihatannya sendiri. Revan melangkah perlahan mendekati dirinya.
"Apakah kamu mengira aku sudah mati?" Revan menepuk pundak Reno yang terlihat sangat terharu.
"Mengapa tidak mengabariku tuan? bagaimana tuan bisa tiba di sini? siapa yang menemukan tuan?" tanya Reno.
"Sebaiknya kita ke ruang kerjaku, Reno. Ada yang ingin aku bicarakan denganmu..!" ajak Revan dan kedua pria tampan itu saling bicara satu sama lain.
"Menurutmu siapa yang membunuh asisten Gerry sebelum aku ingin bertemu dengannya?" tanya Revan pada Reno setelah menjelaskan apa yang menimpa padanya.
"Entahlah tuan, aku tidak ingin menyimpulkan apapun sebelum menyelidiki dengan benar. Takutnya jadi fitnah," ucap Reno yang tidak mau gegabah menuduh seorang tersangka kasus yang menimpa Revan.
"Baiklah. Tolong selidiki siapa pun yang dekat denganku termasuk Aleta...!" titah Revan membuat Reno mengernyitkan keningnya.
"Apa kepentingan nona Aleta tuan?" tanya Reno.
"Entahlah, aku tidak bisa berpikir apapun saat ini pada kedua istriku. Entah itu Rere ataukah Aleta. Yang penting aku tidak mau dibutakan oleh cinta keduanya," sahut Revan.
"Baiklah, satu-satunya yang bisa menjawab pertanyaan tuan adalah rekening kedua istri tuan saat melakukan transaksi," ucap Reno bijak.
apalah daya bunda x menjaga dr singa betina