Andini kesal karena sang ayah tidak menghadiri acara kelulusannya, ia memilih jalan sendiri dari pada naik mobil jemputannya
sialnya lagi karena keisengannya dia menendang sebuah kaleng minuman kosong dan tepat mengenai kening Levin.
"matamu kau taruh dimana?" omel Levin yang sejak tadi kesal karena dia dijebak kedua orang tua dan adik kembarnya agar mau dijodohkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon arfour, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berhenti Menjodohkan
Danu tersenyum mendengar perkataan istrinya. “ jadi jangan pernah kau paksakan lagi untuk menjodoh-jodohkan Anakmu dengan orang lain, bagaimana kalau wanita yang kau pilih itu ternyata tidak menyayangimu dia hanya menginginkan harta Levin. Apakah Levin akan sanggup membeli kamu berlian secantik yang kau inginkan itu? karena jujur saja jika aku membelikan barang mahal tersebut padamu maka anakmu tidak akan sekolah,” ujar Danu perkataannya membuat Ririn terdiam.
“Karena aku tidak ingin seperti David mencuri uang rakyat hanya untuk menyenangkan istrinya,” ujar Danu lagi yang langsung diacungkan jempol oleh Duna dan Dina.
“Aku kemarin ke kantor Levin dia mengatakan kalau calon istrinya itu bisa masuk di Universitas yang sama dengan Duna bukan melalui jalur mandiri, tetapi karena prestasi sekolahnya yang bagus sehingga dia bisa masuk universitas tanpa tes kalau saja, apa betul begitukan Duna?” Tanya Danu memastikan.
“Betul banget Pi, kan tadi Duna dah bilang,” ujar Duna mempertegas perkataannya.
“Artinya Dia sangat pandai, walaupun ayahnya kaya raya. Kau bayangkan jika Levin sudah menikah, mungkin kamu juga tidak akan bisa sekolah di sana karena masuk jalur mandiri seperti yang kau tau biayanya tidak murah,” ujar Danu membuat Duna juga terdiam, ia pernah salah karena mendukung usaha ibunya dengan membohongi Levin Dan mulai saat itu Duna bertekad untuk tidak lagi membohongi kakaknya tersebut apalagi sampai bersekongkol untuk menjodohkan dengan teman-teman ibunya.
“Iya betul Pi, dan aku menyesal dulu pernah membantu Mami untung membohongi abang,” ujar Duna merasa menyesal.
“Taaruf tidak salah Mam, tapi jika merasa terpaksa dan ternyata setelah dikenalkan tidak tidak cocok ya jangan dipaksakan juga,” ujar Dina mengingatkan kepada ibunya kalau selama ini yang dilakukan tidak sepenuhnya salah.
“Tapi tetap saja Mami merasa bersalah oleh karena itu Mami tidak akan lagi mencarikan jodoh untuk siapapun anak mami, kalaupun ada yang suka anak teman Mami mungkin Mami hanya akan mengatakan silahkan berkenalan saja dulu, “ ujar Ririn merasa bersalah ternyata selama ini pilihannya tidak selalu benar.
“Papi setuju dengan yang dikatakan Dina. Mencarikan jodoh tidak salah tapi mungkin caranya Mami yang terlalu memaksa, itu yang salah. Setiap anak memiliki hak untuk memilih pasangan hidupnya masing-masing karena nanti mereka yang akan hidup dengan pasangan mereka selamanya lho Mam,” ujar Danu menyetujui perkataan Dina. “Iya menua bersama seperti Mami dan Papi,” ujar Duna tidak ingin maminya merasa terlalu bersalah.
“Kita sebagai orang tua tentu menginginkan yang terbaik untuk putra-putri, kita tapi mungkin kita juga tidak boleh memaksa karena mereka pun sama dengan kita, memiliki keinginan. Semoga saja nanti jodoh anak-anak kita semuanya baik-baik dan mereka bisa hidup seperti kita, hingga tua bisa bersama. Apalagi Papi sebentar lagi juga pensiun, semoga saja Mami tidak melirik pria lain karena Papi sudah tidak bekerja “ ujar Danu sambil terkekeh membuat istrinya memeluk suaminya tersebut.
“Buat Mami Papi adalah pria terbaik dalam hidupku. Ingat tidak ketika ibu tiriku memperlakukan aku dengan tidak baik, hanya kamu yang percaya bahwa aku tidak pernah berbohong apalagi mencuri miliknya. Terima kasih ya sudah selalu percaya padaku Pi,” ucap Ririn sambil mempererat memeluk suaminya.
“Wah… Din kita dikacangin nih,” ujar Dona mencolek adik kembarnya itu.
“Hahaha… sini sini semua Papi peluk,” ujar Danu sambil melebarkan tangannya untuk memeluk dua putrinya tersebut.
***
Sementara itu di perusahaan milik Kevin semua karyawan sibuk mengerjakan pekerjaannya masing-masing. Karena itu hanya di waktu jam istirahat saja mereka memiliki waktu senggang untuk berbincang atau sedikit bergosip, sambil menikmati makan siang. Sedangkan hari ini Levin tidak ke kantor, dia harus menghadiri seminar sebagai pembicara disalahkan satu perusahaan milik Benny Mulyawan.
“Serius katanya kemarin pacarnya Pak Levin datang ke kantor ya?” ujar seorang wanita yang sedang duduk di meja kantin bersama lima orang teman lainnya.
“Iya, gua lihat sendiri gue satu lantai sama si Bos, dia ngelewatin ruangan kita cantik banget, spek Bidadari pokoknya. Langsing, tinggi, cantik rambutnya hitam. Wah pokoknya kayaknya cocok banget tuh dengan Pak Levin, “ ujar perempuan tersebut yang entah sengaja dia mengeraskan suaranya karena tidak jauh dari tempat dia duduknya ada Anya bersama gengnya ada disana.
“Jangan didengerin Nya paling mereka lagi bikin gosip murahan biar kamu ama si Bos berantem,” ujar teman Anya yang percaya kalau Anya calon suami Levin.
“Lagian kemarin Levin ke rumahku Kok,” ucapnya pelan.
“Tuh apa lagi begitu, sudah jelas dia cuma pengen bikin kamu berantem,” ujar Temannya yang lain. Anya dan teman-temannya ada di bagian HRD setiap sabtu minggu dia libur berbeda dengan divisi yang lain, sehingga dia tidak tahu apa yang terjadi.
“serius cantik banget orangnya?” Ujar seorang karyawan yang baru saja duduk tidak jauh dari meja Anya dan geng nya berada.
“Iya, gue kan masuk hari minggu kemarin,” ujarnya karena dia bagian customer service pelayanan.
“Gimana orangnya denger-denger kata si Ica resepsionis, cakep banget anaknya spek Bidadari, “ ujar salah satu yang baru saja datang tak lama pesanan mereka datang.
“Penasaran gue,” ucap salah satu dari mereka sambil melirik ke arah Anya.
“Eh Anya, gimana na tu, lu kan pacarnya si Bos, dia bawa cewek kemarin kekantor,” seorang pria yang lemah gemulai tiba-tiba saja menghampiri Anya membuat dia kesal dengar perkataan pria itu.
“Eh banci lu gak usah sebar isu yang gak bener deh, orang kemarin si Bos ada dirumah Anya juga,” ujar salah satu teman Anya sambil mendorong tubuh pria tersebut karena kesal.
“Dih… orang gue lihat ama mata kepala gue sendiri Kok, ngapain gue bohong. Si Bos juga keluar barengan ama tuh cewek. Jangan-jangan selama ini lu bohong gak ada hubungan apa-apa ama si Bos,” ujar pria tersebut kesal karena didorong dan dibentuk.
“Udah Fan jangan diterusin gak enak ribut, emang kenyataannya kita ngeliat kok si Bos ama tuh cewek, cakep pake banget, mana langsing lagi,” ujar salah satu temannya Fandi berusaha memisahkan keributan di antara mereka.
Anya memang berbudi gempal, bokongnya besar dia juga hanya memiliki tinggi 150 cm, namun tingkat pedenya tinggi dia merasa kalau dia menganggap dirinya seksi bukan gendut.
“Ya jadi lu sama temen-temen mau percaya syukur gak juga gak apa-apa, dan kalau emang dia bener cowok lu seperti yang lu bilang ama kita-kita hanya karena dia udah nolong lu waktu pingsan ya lu labrak aja dia, walaupun lu bilang kalian ngejalaninnya diam-diam karena Pak Levin gak pengen lu dianggap istimewa. Kalau jadi gue sih ogah,” ujar perempuan yang tadi ikut mendengarkan keributan di antara mereka.
“Eh bubar, bubar lu mau di omelin pak Rendy ama bu ayu? Noh dia baru duduk buat makan,” ujar salah satu diantara mereka sambil melirik kearah Ayu dan Rendi yang sedang menunggu pesanan.
Otomatis mereka bubar, karena peraturan di kantor ini tidak boleh ada keributan apalagi membully sesama karyawan jika sampai ketahuan mereka bisa di skor bahkan dipecat.