Setelah bertahun-tahun hidup sendiri membesarkan putrinya, Raisa Andriana seorang janda beranak satu, akhirnya menemukan kembali arti cinta pada Kevin Wibisono duda beranak dua yang terlihat bijaksana dan penuh kasih. Pernikahan mereka seharusnya menjadi awal kebahagiaan baru tapi ternyata justru membuka pintu menuju badai yang tak pernah Raisa sangka
Kedua anak sambung Raisa, menolak kehadirannya mentah-mentah, mereka melihatnya sebagai perebut kasih sayang ayah nya dan ancaman bagi ibu kandung mereka, di sisi lain, Amanda Putri kandung Raisa, juga tidak setuju ibunya menikah lagi, karena Amanda yakin bahwa Kevin hanya akan melukai hati ibunya saja
Ketegangan rumah tangga makin memuncak ketika desi mantan istri Kevin yang manipulatif, selalu muncul, menciptakan intrik, fitnah, dan permainan halus yang perlahan menghancurkan kepercayaan.
Di tengah konflik batin, kebencian anak-anak, dan godaan masa lalu, Raisa harus memilih: bertahan demi cinta yang diyakininya, atau melepas
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queen_Fisya08, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1 Tamu tak di undang
"Saya terima nikah dan kawinnya Raisa Andriana Binti Alm Dedi Raharja dengan maskawin lima belas gram kalung emas dan seperangkat alat shalat dibayar tunai," ucap kevin dengan lantang sambil berjabat tangan dengan penghulu..!!
"Sah, sah," ucap para saksi dan orang-orang yang menyaksikan...!!
"Sial, aku terlambat untuk menggagalkan pernikahan mereka," ucap seorang wanita yang tiba-tiba datang tanpa diundang...!!
Wanita itu adalah Desi, mantan istri dari Kevin, ia melangkah ke tepi aula dengan wajah yang masih menyisakan bekas amarah dan dendam, kedatangannya seperti duri di antara bunga mencolok, tanpa diundang..
namun tak bisa diabaikan, mata orang-orang sejenak tertuju padanya, bisik-bisik kecil mengikuti langkahnya, tapi aku gak perduli, tujuan utamaku jelas menghancurkan momen yang seharusnya menjadi momen paling bahagia untuk Kevin dan Raisa..!!
Kevin dan keluarganya tersentak, melihat keberadaan Desi, keringat dingin muncul di pelipisnya, di balik senyum polosnya tersimpan ke khawatiran yang tidak bisa Kevin bayangkan, karena Kevin tahu Desi tidak akan membiarkan dirinya bahagia dengan wanita lain...!!
"Siapa yang memberi tahu wanita itu kalau aku akan menikah" gumam Kevin heran
"Keluargaku, tidak mungkin mereka memberitahu kepada Desi sedangkan kedua anakku saja tidak aku kasih tahu" ucapnya lagi dalam hati
"Mas Kevin, kenapa bengong, siapa wanita yang berdiri di sana, kenapa dia lihat kita berdua seperti tidak suka, siapa wanita itu mas?" Tanyaku
"Sudahlah sayang, aku juga tidak tahu siapa wanita itu, aku kira teman kamu sayang" ucap mas Kevin seperti mengelak akan sesuatu, lalu ku berjalan mengikuti langkah suamiku...!!
Desi berdiri di pintu keluar aula dengan selendang yang berkibar pelan, Desi menatap Kevin dan Raisa dengan kepastian yang dingin...
"Tapi aku tidak akan menyerah begitu saja Kevin," gumamnya pelan, suaranya nyaris tak terdengar kecuali oleh dirinya sendiri....
"Ku pastikan kau dan istri barumu itu tidak akan pernah bisa hidup bahagia." Gumamnya lagi...
Ibu mertuaku, Bu Arum, ku lihat menghampiri Desi dan menarik lengan nya..
"ikut aku wanita iblis" ucap ibu mertuaku dengan nada sinis
"lepaskan aku Bu" bentak Desi, lalu ibu mertuaku membawa Desi ke halaman belakang yang jauh dari para tamu..
"kenapa kamu bisa datang kesini dan siapa yang memberi tahu mu tentang pernikahan Kevin" ucap Bu Arum geram
"ibu pasti takut kan, kalau aku akan mengacau disini... hahaha,, seharusnya aku datang lebih awal, pasti aku sudah menggagalkan pernikahan putra mu itu... hahaha, tapi tenang saja, mantan ibu mertuaku, aku tidak akan melakukan hal itu sekarang, akan ku pastikan pernikahan putra mu ini tidak akan bertahan lama, Kevin pasti akan kembali kepada ku Bu Arum karena kedua anakku pasti dipijak ku" Desi tertawa sangat menakutkan dan melangkah pergi meninggalkan Bu Arum yang masih terlihat mematung..
Di luar riuh tepuk tangan dan musik pengiring resepsi, ada sudut yang terasing, sebuah kursi dekat jendela yang menghadap taman kecil di sisi ruang, di mana seorang gadis duduk sendiri, ia tidak mengangkat gelas, tidak tertawa, dan tidak ikut merayakan. Matanya kosong memandang halaman yang diterangi lampu-lampu kecil itu, seolah mencari sesuatu yang hilang..
Desi menyaksikan gadis itu saat ia hendak meninggalkan ruangan, ada sesuatu di wajah gadis itu yang menggerakkan hati Desi bukan karena iba, melainkan keuntungan, ia melangkah cepat ke arah kursi tersebut...
"Hai nak... Kenapa sendiri di sini? Bukankah di dalam sedang ada pesta?" tanya Desi sambil menunduk, menunjukkan senyum yang dibuat sehangat mungkin...!!
Gadis itu menoleh, matanya besar, hitam, penuh pertanyaan yang tak sempat diucapkan....
"Tante ini siapa? Aku tidak pernah melihat Tante sebelumnya, apakah Tante teman mama atau teman ayah sambung ku?" suaranya tegas, hampir menantang...
"Tante ini teman lamanya mama kamu, nak. Oh ya, nama kamu siapa dan kenapa kamu tidak terlihat bahagia atas pernikahan mama mu?" tanya Desi, nada suaranya penuh selidik..
Amanda menarik napas panjang, rambut hitamnya disibakkan ke belakang telinga. Matanya menatap Desi penuh curiga, tapi ada pula sesuatu yang terlindungi kecil, rapuh, dan sangat manusiawi...
"Namaku Amanda Azura, Tante, panggil saja Manda." Jawab nya
Desi mengangguk penuh kepalsuan ramah, ia duduk di kursi seberang Amanda, menepuk-nepuk pangkal tangan gadis itu seakan-akan menawarkan persahabatan...
"Manda, Tante mau tanya jujur ya. Kenapa kamu kelihatan sedih? Bukankah ini hari bahagia? Ibumu akan memulai hidup baru." Ucap Desi penuh selidik
Amanda memandang lurus ke luar jendela, tempat lampu-lampu taman berpendar...
"Aku... tidak setuju, Tante, kalau mama menikah lagi dengan om kevin, hidup mama tidak akan sama lagi, aku tahu dia itu jodoh nya mama, tapi om kevin... dia bukan orang yang baik untuk mama." Suaranya halus, namun setiap kata menyimpan kebencian yang membuat Desi tersenyum licik..
Informasi itu seperti emas. Desi menahan napas agar suaranya tetap lembut..
"Kenapa kamu berpikir begitu, Manda? Pernahkah ayah sambung mu itu melakukan sesuatu pada keluarga kalian?" Tanya Desi yang ingin mengorek informasi lebih banyak lagi dari Manda..
"Aku tidak tahu Tante, hanya hatiku bilang bahwa om Kevin itu bukan orang yang baik untuk mama karena mama belum lama mengenal om Kevin, aku takut om Kevin menyakiti mama" jawab Manda sambil menggigit bibirnya...
Desi mendengarkan dan menulis di benaknya cerita yang dilontarkan oleh Amanda, ya nantinya akan bisa dia manipulasi, Ia mulai merajut rencana yang sederhana namun sangat mematikan: memanfaatkan kebencian seorang anak terhadap ayah sambungnya untuk menyusup ke dalam kehidupan mereka, memancing konflik yang akan tumbuh menjadi jurang perpisahan. Ia tahu jalannya: bukan masuk dengan bom, tapi memasang duri halus, tak terlihat pada awalnya, namun menyakitkan lama kelamaan..
"Tante ini sebenarnya kasihan sama mama kamu, Manda. Ayah sambung kamu itu bukan orang yang baik, dia itu akan menyakiti mama kamu, Tante sudah pernah menasihati mama kamu, sebelumnya tapi mama mu itu susah untuk dibilangin," bisik Desi, suaranya serendah letupan api, ia sengaja membuatnya terdengar seperti nasihat prihatin, bukan konspirasi...
Manda menatapnya tajam. "Maksud Tante gimana?" tanyanya, waspada...
Desi mencondongkan diri, merapatkan bibirnya ke telinga Manda dan membisikkan sesuatu yang membuat tubuh gadis itu menegang...
Kata-kata itu bukan ancaman, melainkan janji kepalsuan dan pembalasan yang akan datang dalam bungkus kebenaran yang palsu....
Amanda hanya terdiam, mata berkaca-kaca namun ada sesuatu yang keraguan dihatinya untuk, memutuskan...
"Kalau kamu setuju, kamu hubungi Tante. Ini nomor Tante, tolong kamu simpan, tante pergi dulu," kata Desi sambil menyerahkan selembar kartu kecil yang dicetak rapi, nomor ponsel yang disisipkan untuk memancing komunikasi yang akan datang...
Amanda menerima kartu itu dengan tangan gemetar, ada perlawanan di wajahnya, tetapi juga rasa lega yang aneh, seolah menemukan sekutu di tengah kebingungan besar....
Desi bangkit, menusuk pandangan singkat pada Kevin dan Raisa yang sedang berbincang ringan, memamerkan kebahagiaan yang baru dibina, Raisa menatap sekeliling, matanya menyapu sejauh auditorium; ia kemudian bertemu pandang singkat dengan Amanda...
Ada rasa bersalah di sana yang tak pernah padam, sebuah penyesalan karena ia tahu, meski hatinya tulus, bukan semua orang bisa menerima kebahagiaan barunya, terutama anak yang kehilangan figur lama seorang ayah...
Desi melangkah keluar, namun bukan tanpa meninggalkan bekas, di luar udara malam menampar wajahnya, namun ia tak peduli, karena malam ini baru saja memberi panggung untuk rencananya, di balik napas panjangnya ada kemarahan dan penyesalan yang mendalam di masa lalu nya..!!
Sementara itu, di sudut lain aula, Radit teman lama yang selalu memperhatikan keadaan, menatap Desi pergi, ada rasa curiga di hati Radit dengan kedatangan Desi...
Ada lebih dari sekadar penyesalan di hati Desi; ada motif, dan Radit yang tahu fragmen-fragmen masa lalu Kevin dan Desi,
Radit merasa ada sesuatu yang harus diwaspadai, lalu ia melangkah mendekati Amanda
"Manda, tunggu sebentar. Siapa wanita itu?" Tanya Radit dengan suara rendah
Amanda menoleh, ia buru-buru menyembunyikan kartu di lipatan dompetnya...
"Dia Tante Desi, om dan dia bilang dia teman lama mama." Jari-jari Amanda menggenggam kartu itu agar tidak diketahui oleh Radit
Radit duduk, menarik napas panjang, lalu menatap Amanda dengan lembut...
"Kamu jangan terlalu percaya pada orang asing, yang baru kamu kenal ya manda, kadang orang datang bukan untuk menolong, tapi untuk keuntungan dirinya sendiri, kamu paham kan maksud dari ucapan om" ucap Radit
Amanda menggigit bibir, di antara desakan hatinya untuk melindungi mama nya, dan rasa takut bahwa langkahnya bisa meretakkan menghancurkan kepercayaan sang mama..
Amanda dilema antara senyum dan janji-janji dan masa depan yang belum pasti yang masih menggantung di kepalanya..
keputusan kecil seorang anak akan membuka pintu besar: pintu yang bisa membawa bahaya, atau justru membawa kebahagiaan...
Di ruangan utama, pesta berlanjut, tawa, sambutan, dan ucapan selamat mengalir seperti arus, Raisa tersenyum pada tamu, tetapi di matanya ada bayang-bayang wajah seorang perempuan yang tidak dikenalnya hari ini...
suaminya Kevin juga merasakan sesuatu yang aneh dengan kedatangan Desi, walau ia tak tahu apakah ini hanya paranoid atau kenyataan....
Ia melihat Desi dari kejauhan, merasakan jantungnya berdetak lebih cepat, namun mencoba menenangkan diri...
"Jangan biarkan dia meruntuhkan momen ini," pikirnya sambil menjaga senyum pada istrinya...
Desi, yang kini sedang duduk di halaman, mengeluarkan ponsel dari tasnya, ia menyimpan foto pasangan itu, mengingatkan dirinya pada apa yang hilang darinya...
bukan harta, bukan status, tetapi pijakan emosional yang dulu dianggap miliknya, ia menekan tombol, menulis pesan singkat yang tidak akan terkirim seketika; rencananya belum rampung, ia masih harus menggoreskan kata-kata yang tepat agar luka yang ia tanam bisa bertumbuh perlahan, namun pasti...
"Aku juga akan memberitahu photo pernikahan mu ini kepada kedua anak kita kevin, lihat saja reaksi mereka Kevin" ucapnya dalam hati dan berlalu dalam kegelapan malam...!!
--- Bersambung ---