NovelToon NovelToon
World Without End. Final Re:Make

World Without End. Final Re:Make

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Isekai / Light Novel / Fantasi / Anime / Solo Leveling / Mengubah Takdir
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Ady Irawan

Keyz berpetualang di Dunia yang sangat aneh. penuh monster dan iblis. bahaya selalu datang menghampirinya. apakah dia akan bisa bertahan?

Ini adalah remake dari novel yang berjudul sama. dengan penambahan alur cerita.

selamat membaca

kritik dan saran di tunggu ya. 😀

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ady Irawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

The Beginning Of The Adventure 2. Hound Of Forest

Survival Lessons: Between Silly Peanuts and Giant Chickens!?

Petualangan pertama Keyz dimulai dengan musuh yang paling tidak terduga: kacang. Monster pertamanya menyerupai biji pohon ek yang besarnya seukuran ban mobil. Mereka mantul-mantul cepat seperti bola karet, gerakan mereka konyol sekaligus mengganggu, tetapi Keyz berhasil mengalahkan mereka dengan mudah.

“Yah, mereka memang cukup lemah,” kata Riss, menyarungkan pedangnya dengan anggun. “Ayo, kita lanjut ke tempat yang lebih dalam.”

Di area yang lebih tersembunyi, monster kacang itu masih ada, tetapi mengalami evolusi yang menggelikan. Kini, mereka mengenakan helm mini dari kayu, dihiasi rumbai daun di atasnya—versi konyol dari pasukan Romawi. Serangan mereka tetap sederhana: melompat dan menggigit, sebab mereka memang tidak memiliki tangan.

Setelah salah satu monster kacang tumbang, tubuhnya menghilang, meninggalkan satu biji kacang berkilauan di tanah. “Lihat,” ujar Riss, menunjuk ke item tersebut. “Itu item. Bisa dijual, atau kamu makan.”

Keyz menatap biji kacang itu dengan bingung. “Dijual? Dimakan?”

“Rasanya mirip kacang biasa, kok,” jawab Riss santai. “Kalau kamu mau jual, satuan memang nggak laku. Tapi kalau kamu kumpulkan beberapa kilo, baru bisa dijual dengan harga lumayan. Biasanya di toko kelontong kota.”

“Satu monster, satu item?” tanya Keyz.

“Kadang dapat beberapa. Kadang juga zonk. Tapi kalau beruntung, kamu bisa dapat item langka.”

“Oh, bisa gitu ya?” Keyz bergumam, menyerap aturan baru dunia ini.

Unexpected Power

Setelah beristirahat sejenak, mereka kembali bersiap. Dari kedalaman hutan, terdengar suara ranting patah, disusul oleh langkah kaki yang cepat dan berat. Tak lama kemudian, muncul seekor monster yang menyerupai ayam—tetapi ukurannya sebesar pria dewasa. Bulunya abu-abu tebal, kakinya berwarna kuning keemasan, dan paruhnya tajam seperti elang. Tatapan matanya liar, penuh amarah yang tersembunyi.

“Daging dari monster itu lumayan enak,” kata Riss sambil tersenyum kecil, matanya menaksir sang monster. “Dan bisa dijual juga.”

Keyz menggenggam pedangnya, merasakan energi baru mengalir dalam dirinya. “Baik,” jawabnya. “Akan aku kalahkan dia.”

“Tapi hati-hatilah,” tambah Riss, nada suaranya berubah menjadi peringatan. “Dia cukup kuat.”

Bahkan sebelum Keyz sempat berdiri tegak, ayam raksasa itu sudah berlari menukik ke arah mereka. “Ah, iya,” ujar Riss, mendengus kesal. “Aku lupa bilang, mereka cukup agresif.”

Ayam itu melompat tinggi, sayapnya mengepak keras, lalu menukik langsung ke arah Riss. Namun, dengan gerakan cepat yang tak terduga, Riss menahan serangan itu dengan tangan kosong, mencekik leher ayam sambil berteriak, “Keyz, ini!”

Ia melempar monster itu ke arah Keyz. Secara refleks, Keyz mengayunkan pedang untuk menebas. Namun, ayam itu lebih cepat. Ia menendang dengan kaki yang tiba-tiba bersinar terang.

Serangannya begitu kilat; embusan anginnya hampir menggores wajah Keyz. Ia beruntung bisa menghindar tepat waktu.

“Wow! Apa itu barusan?” tanya Keyz sambil mundur beberapa langkah, jantungnya berdebar kencang.

“Skill,” jawab Riss singkat. “Monster juga bisa melakukannya.”

“Apakah aku juga bisa melakukan hal yang seperti itu?” Keyz bertanya, merasakan dorongan aneh dari dalam dirinya.

“Bisa,” jawab Riss sambil melangkah mundur, memberikan ruang yang dibutuhkan. “Coba konsentrasi. Fokuskan energi ke salah satu bagian tubuhmu.”

Keyz mengangguk. Ia memusatkan seluruh tenaga yang ia rasakan mengalir—energi yang terasa seperti arus listrik—ke kaki kanannya. Tubuhnya terasa hangat. Ia memposisikan pedang di samping kaki kanannya, siap untuk menebas.

Langkah pertama, ia menghentakkan kakinya ke tanah. Langkah kedua, ia mengayunkan pedang sekuat tenaga, membiarkan energi itu menyalur.

“Syuhhh!!”

Gelombang angin yang tajam dan tak terlihat keluar dari ujung pedangnya, melesat lurus ke depan. Jarak antara Keyz dan monster ayam itu sekitar sepuluh meter, tetapi gelombang itu menembus udara dan menghantam tubuh monster itu dengan keras. Dalam sekejap, monster ayam itu terbelah dua.

“Woaaah,” seru Riss kagum, suaranya dipenuhi keterkejutan. “Gelombang anginnya bisa sampai sepuluh meter lebih!”

Keyz menatap pedang di tangannya, tak percaya dengan kekuatan yang baru saja ia keluarkan. “Hahaha. Aku hebat juga, ya.”

“Kamu bisa memberinya nama,” kata Riss.

“Ha? Memberi nama?”

“Skill-mu barusan,” jelas Riss. “Biasanya, para petarung memberi nama pada serangan mereka. Biar keren.”

“Oohh… begitu.” Keyz tertawa canggung. “Tapi aku kurang pandai memberi nama.”

“Hahaha, nggak harus sekarang juga,” jawab Riss sambil menunduk, memeriksa bangkai monster. “Lagi pula, nama skill cuma buat gaya-gayaan.”

Ia mengambil bagian paha dan dada ayam raksasa itu, memotongnya dengan rapi dan efisien. “Lumayan buat makan siang, kan?” katanya sambil tersenyum.

Keyz mengangguk, menatap hasil buruannya dengan rasa bangga yang bercampur keheranan.

“Yuk, kita lanjut,” ujar Riss sambil mengikat potongan daging di sabuknya. “Kita lanjut ke dalam hutan. Sepertinya di sana ada monster yang lebih kuat.”

Resting Under the Ripples of the Waterfall

Setelah dua jam penuh Keyz latihan cara bertarung, Riss dan Baf akhirnya mengajaknya beristirahat. Mereka berhenti di samping sebuah air terjun tinggi, yang gemericiknya menggaung lembut di antara pepohonan. Pemandangan itu seharusnya sangat indah, jika saja bukan karena begitu banyak monster berkeliaran di area sekitar.

“Kita dapat banyak item,” kata Baf sambil menurunkan karung besar dari punggungnya. Ia menoleh ke Keyz. “Keyz, bawa ini semua. Untukmu”

“Lho? Kok aku?” tanya Keyz sambil menunjuk dirinya sendiri.

“Kamu yang membunuh para monster liar tadi. Jadi, itemnya buat kamu saja,” jawab Riss sambil tersenyum santai.

Keyz terkejut. “Ha? Ga bisa begitu, dong? Kalian kan sudah mengajariku. Aku nggak bisa menerima semua ini.”

“Ahahaha. Semua ini barang yang gampang banget didapat,” kata Baf, mengibaskan tangannya seolah menyingkirkan debu. “Lagipula, harganya juga nggak seberapa. Jual saja nanti untuk biaya hidupmu. Kami nggak bisa selamanya bantu kamu.”

“Baiklah,” kata Keyz akhirnya, menyerah pada kemurahan hati mereka. “Aku ambil semuanya.”

Karung itu berisi sekitar lima kilogram biji pohon ek—sisa-sisa monster kacang yang sudah dikalahkan. Lalu ada juga beberapa potong kayu manis, dua kilogram daging ayam, dan beberapa paruh ayam. Semua itu, katanya, bisa dijual di toko kelontong kota.

“Ngomong-ngomong, monster tadi namanya apa?” tanya Keyz sambil memeriksa isi karung.

“Yang mana?” balas Riss.

“Semuanya.”

“Colon, monster kacang,” jelas Riss. “Dan Picco, monster ayam. Nih, ini katalog monster liar,” lanjutnya, menunjuk sebuah buku tebal di tangan Baf.

Baf mengangguk, lalu menyerahkan katalog itu pada Keyz. “Di dalamnya ada panduan lengkap: kelemahan monster, wilayahnya, dan item yang bisa kamu dapat dari mereka.”

Setelah itu, Baf pamit lebih dulu, kembali ke perkemahan. Sementara Riss, setelah memastikan Keyz baik-baik saja dan siap, mengajaknya melangkah lebih dalam ke hutan.

Lord of the Forest. Hound Of Forest

Setelah melewati air terjun, langkah mereka terhenti. Suasana tiba-tiba diselimuti keheningan yang mencekam, hanya suara dedaunan yang bergoyang pelan tertiup angin yang terdengar. Riss mengangkat tangannya, memberi isyarat agar Keyz diam.

Samar-samar, terdengar suara langkah berat yang berderap dari balik pepohonan di depan mereka.

“Kita sembunyi di balik batu itu,” bisik Riss cepat, menarik Keyz ke belakang batu besar. Ia mengintip dengan hati-hati ke arah depan.

“Wauuhhh!!!”

Lolongan panjang dan serak menggema, membuat bulu kuduk Keyz berdiri. Dari balik bayangan pepohonan, muncul seekor anjing raksasa. Tubuhnya berotot, berbulu hitam legam dengan garis-garis merah menyala di sepanjang punggungnya. Napasnya berasap, matanya tajam berkilat seperti bara api. Makhluk itu berjalan santai ke tengah tanah lapang, menguasai seluruh tempat dengan aura predatornya.

“Astaga… itu penguasa hutan ini,” bisik Riss, suaranya sedikit gemetar karena keterkejutan. “Dan sialnya, Baf sudah balik ke perkemahan.”

“Apakah dia sangat berbahaya?” tanya Keyz pelan.

“Tidak juga, sih,” jawab Riss, berpikir sejenak. Kemudian, sebuah senyum tipis muncul di wajahnya, penuh tekad. “Ah! Ini waktu yang tepat untuk menguji semua yang sudah aku ajarkan.”

“Hee? Maksudmu aku harus—”

“Melawannya? Bukan kamu,” potongnya cepat. “Tapi kita!!”

Tanpa aba-aba, Riss langsung melesat keluar dari balik batu. “Seal Break!!” serunya.

Gelombang energi biru muda meledak di sekitar Riss, gelombangnya menghantam anjing hutan itu dan membuatnya bergidik ngeri.

“Swits! Keyz, serang dia dengan skill-mu tadi! Jangan lupa kasih nama, biar keren!”

Keyz, terdorong oleh adrenalin dan seruan Riss, menerjang ke depan sambil mengayunkan pedangnya. “Air Bender!!” ia berteriak.

Begitu ia menebas, gelombang angin besar yang baru saja ia ciptakan keluar dari bilah pedangnya, menghantam tubuh anjing raksasa itu.

“Kaing! Kaing! Kaing!!” makhluk itu menjerit kesakitan. Luka di tubuhnya dalam sekali, darahnya memercik ke udara.

“Wooh! Hebat, Keyz!” seru Riss kagum, senyumnya kini benar-benar lebar. “Lihat? Kalau serangannya dikasih nama, efeknya juga bertambah kuat, kan?”

“Benar, Riss!” Keyz berseru penuh semangat. “Aku akan ciptakan beberapa skill baru lagi!”

“Hahaha! Semangat Keyz!!” Riss mengangkat pedangnya tinggi-tinggi, siap memberikan serangan penutup. “Slash Break!!”

Gelombang energi kedua menghantam tubuh anjing itu. Makhluk itu meringkuk, tubuhnya bergetar hebat. Keyz tidak menunggu instruksi lagi. Ia melompat tinggi ke udara, berputar di atas kepala anjing, lalu menukik turun dengan kecepatan yang mengerikan.

“Meteor Break!!!”

“Blarrr!!”

Ledakan besar terjadi. Tanah bergetar hebat. Angin panas menerpa wajah Riss. Tubuh anjing raksasa itu terbelah dua, dan tanah di bawahnya retak, membentuk jurang sedalam lima meter dan terbakar dimana-mana.

“Riss!” Keyz menoleh sambil tersenyum lebar, napasnya terengah-engah. “Lihat serangan ku barusan! Lihat juga efeknya!”

Riss menatap Keyz dengan mata membulat. Wajahnya adalah perpaduan antara kekaguman, ketakutan, dan ketidakpercayaan. “Ha… ha… haaa…" Riss tertawa kecut. "Aku yang berlatih bertahun-tahun pun nggak bisa melakukan hal yang seperti itu.”

1
Surya
keren ini transmigrasi ke dunia game kah?
PiaPia_PipiOlipia
woh ada cerita tambahannya 💪💪💪
PiaPia_PipiOlipia
wuih. puluhan bab sekaligus. ini mah setara dengan satu buku.😍😍😍😍
PiaPia_PipiOlipia
Bagus
Ady Irawan
Kritik dan saran di tunggu ya gess
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!