[UPDATE 2–3 CHP PERHARI]
Liu Xian, seorang anak yatim piatu yang sejak kecil dirawat oleh Liu Long, pemimpin Sekte Naga Langit. Meski tidak memiliki bakat dalam kultivasi, Liu Xian menyimpan mimpi besar: menjadi seorang kultivator yang mampu membawa kedamaian bagi dunia.
Namun, kenyataan berkata lain. Semua orang percaya bahwa Liu Xian hanyalah pemuda biasa tanpa masa depan. Hingga suatu hari, ketika sedang menjalankan sebuah tugas sederhana di hutan, ia tanpa sengaja menemukan sebuah kristal misterius yang tiba-tiba menyatu dengan tubuhnya.
Apa sebenarnya benda itu? Dan jalan seperti apa yang akan terbentang bagi Liu Xian setelah pertemuan takdir tersebut?
Ikuti perjalanan Liu Xian menapaki jalannya menuju puncak kekuasaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Y. Septra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16: Kelompok Misterius
BAB 16: Kelompok Misterius
Gao Yang dan teman-temannya kemudian berjalan menelusuri kota untuk mencari penginapan. Saat mereka melewati sebuah penginapan bernama Bulan Perak, samar-samar Gao Yang melihat sosok yang dikenalnya tengah berada di dalam penginapan tersebut.
"I-itu... saudara Qing Long!" ucap Gao Yang sambil menunjuk ke arah penginapan Bulan Perak.
"Benarkah? Di mana?" tanya tetua sekte.
"Itu, di sana!" kata Gao Yang, lalu langsung berlari masuk ke penginapan Bulan Perak.
"Saudara Long!" sapa Gao Yang.
Liu Xian yang awalnya ingin membuka topeng segera mengurungkan niatnya setelah melihat kedatangan Gao Yang. Tentu saja Liu Xian sama sekali tidak ingin identitasnya diketahui oleh orang lain.
"Oh, saudara Gao Yang, silakan duduk," jawab Liu Xian ramah.
Gao Yang langsung duduk di meja tersebut. Tak lama kemudian, tetua sekte Teratai Salju dan murid lainnya datang dan ikut bergabung di meja itu.
"Tuan, sebelumnya terima kasih karena telah menyelamatkan murid-muridku. Oh ya, perkenalkan, namaku adalah Xu Liang, salah satu tetua sekte Teratai Salju," ucap Xu Liang memperkenalkan diri.
"Salam, tetua Xu. Namaku Qing Long, aku hanya pengembara biasa," jawab Liu Xian ramah.
"Saudara Long, berapa lama kau akan berada di kota ini?" tanya Gao Yang.
"Aku hanya singgah selama dua hari. Setelah itu aku akan segera pergi dari sini," jawab Liu Xian.
"Tuan Long, jika Anda berkenan, bagaimana jika Anda mampir ke sekte kami?" ajak Xu Liang dengan sopan.
"Maaf, tetua Xu. Bukan aku menolak, hanya saja perjalananku masih sangat jauh," jawab Liu Xian, menolak ajakan itu dengan ramah agar tidak menyinggung perasaan Xu Liang.
"Kalau begitu tidak apa-apa, tuan Long. Aku bisa mengerti," ucap Xu Liang.
Tanpa mereka sadari, percakapan tersebut menarik perhatian para pengunjung lainnya. Siapa yang tidak tahu sekte Teratai Salju, sekte terkuat setelah sekte Naga Langit? Dan saat ini, tetua sekte tersebut tengah berbicara dengan seseorang yang mengenakan topeng dan terlihat sangat misterius.
Tidak hanya itu, bahkan mereka semua dapat merasakan tekanan samar yang berasal dari pemuda bertopeng tersebut. Meskipun dia tampak santai dan tidak melakukan apa pun, aura itu terasa nyata dan menekan. Bukan hanya para pengunjung, bahkan tetua Xu Liang pun dapat merasakan hal yang sama.
"Ini aneh, kenapa aku bisa merasakan aura yang sangat dahsyat dari orang ini? Padahal dia terlihat santai, bahkan jika diperhatikan, dia sama sekali tidak memiliki tingkatan kultivasi," batin Xu Liang.
Tekanan yang dirasakan oleh semua orang memang berasal dari Liu Xian, namun ia melakukannya tanpa sepengetahuannya sendiri. Hal itu disebabkan oleh dua hal: pertama, darah Liu Xian jauh lebih tinggi dibandingkan mereka semua, dan kedua, adanya energi Kristal di dalam tubuhnya.
Liu Xian menyadari banyak tatapan aneh para pengunjung yang mengarah padanya, dan hal itu membuatnya merasa sangat tidak nyaman.
"Tetua dan saudara semuanya, aku pamit dulu. Aku ingin beristirahat," ucap Liu Xian ramah.
Liu Xian kemudian menghampiri penjaga penginapan untuk mengambil kunci kamarnya. Setelah mengetahui letak kamarnya, ia langsung menuju ke sana dan tak lupa memesan beberapa makanan untuk diantarkan ke kamarnya.
Setelah sampai di kamar, Liu Xian langsung membuka topengnya dan merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Beberapa menit kemudian, suara ketukan pintu membuat Liu Xian yang tadinya ingin memejamkan mata kembali terjaga dengan raut wajah sedikit kesal.
"Siapa?!" tanya Liu Xian.
"Saya pelayan, Tuan. Saya ingin mengantarkan makanan untuk Tuan. Maaf jika sudah mengganggu waktu istirahat," jawab suara dari luar.
Liu Xian bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju ke pintu. Saat pintu terbuka, pelayan penginapan itu tampak begitu kaget saat melihat wajah Liu Xian yang sangat tampan. Ia bahkan tidak menyangka bahwa wajah di balik topeng tersebut seindah itu.
"Wajar saja dia menutup wajahnya," batin pelayan tersebut.
"Ada yang salah?" tanya Liu Xian, membangunkan lamunan pelayan yang tengah terpukau.
"Ti-tidak ada apa-apa, Tuan. Ini makanan Anda," ucap pelayan itu gugup.
Setelah menyerahkan makanan kepada Liu Xian, pelayan tersebut segera pergi meninggalkan kamar dengan wajah berseri-seri dan pipi yang sedikit memerah. Ia tidak bisa berhenti memikirkan wajah tampan pemuda itu, bahkan dalam hatinya ia berjanji akan selalu mengingat wajah Liu Xian selamanya.
Liu Xian menutup kembali pintu kamarnya, lalu meletakkan makanan di atas meja dan menyantapnya dengan lahap. Setelah selesai makan, ia langsung menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Barulah setelah itu, Liu Xian berbaring dan bersiap untuk beristirahat.
**
Di tempat lain, sebuah kelompok berjumlah dua ratus orang berpakaian serba hitam dengan penutup wajah bergerak dengan sangat cepat menuju ke arah kekaisaran. Saat ini, mereka hampir sampai di kota Lampion; bahkan dari kejauhan, mereka sudah bisa melihat dinding besar yang mengelilingi kota tersebut.
"Di depan adalah kota Lampion. Sebaiknya kita beristirahat di sini dan memasuki kota saat malam hari," ucap pemimpin pasukan tersebut.
"Baik, Tetua," jawab mereka semua serempak.
Mereka kemudian berhenti tidak jauh dari kota Lampion, menunggu hingga malam tiba.
Waktu berlalu dengan cepat, dan kini matahari telah berganti dengan sang rembulan yang mulai menampakkan diri di langit malam. Kelompok misterius itu pun mulai bergerak secara berkelompok dan memasuki kota secara diam-diam.
Gerakan mereka sangat cepat dan gesit, membuat mereka dapat melewati para penjaga kota tanpa diketahui. Setelah berhasil masuk, kelompok tersebut segera menyebar ke seluruh penjuru kota, membentuk kelompok-kelompok kecil berisi sepuluh orang.
Sementara itu, Liu Xian yang sedang tertidur di kamarnya tiba-tiba terbangun. Ia merasakan aura membunuh yang mendekat ke arahnya. Dengan sigap, Liu Xian segera mengenakan topengnya dan menghilang dari kamar.
Ia muncul di atap penginapan, mengedarkan pandangan ke seluruh wilayah kota dengan penuh kewaspadaan. Dari sana, ia dapat melihat suasana kota yang tampak tenang, namun aura membunuh itu semakin jelas terasa.
Saat sedang mengamati, tiba-tiba Liu Xian menangkap bayangan hitam yang bergerak cepat ke sana kemari. Merasa curiga, ia langsung menghilang dari atap penginapan dan mengikuti arah gerakan bayangan tersebut dari kejauhan.
Bayangan-bayangan itu bergerak menuju ke sebuah rumah yang tampak sudah lama tak berpenghuni. Liu Xian tetap mengikuti mereka dengan waspada, menyadari bahwa bisa saja ini adalah jebakan, atau mungkin ada sesuatu yang belum ia ketahui.
Ketika sampai di lokasi, Liu Xian cukup terkejut, jumlah mereka ternyata sangat banyak. Ia hendak segera pergi untuk melaporkan hal itu kepada para prajurit penjaga kota, namun langkahnya tiba-tiba terhenti ketika mendengar seseorang di antara mereka berbicara.
"Ternyata kalian datang membawa tamu," ucap pemimpin kelompok tersebut sambil menatap ke arah langit.