Di sudut sebuah toserba 24 jam yang sepi, seorang pemuda berdiri di balik kasir. Namanya Jin Ray.
Ray bukan pemuda biasa. Di balik seragam toserba berwarna oranye norak yang ia kenakan, tubuhnya dipenuhi bekas luka. Ada luka sayatan tipis di alis kirinya dan bekas jahitan lama di punggung tangannya. Tatapannya tajam, waspada, seperti seekor serigala yang dipaksa memakai kalung anjing rumahan.
“Tiga ribu lima ratus won,” ucap Ray datar. Suaranya serak, berat, jenis suara yang dulu membuat orang gemetar ketakutan saat ia menagih utang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ray Nando, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Love School: Skandal Ketua OSIS dan Murid Pindahan
Dunia berputar, pecah menjadi piksel, lalu tersusun kembali dengan warna-warna pastel yang cerah dan menyakitkan mata.
Jin Ray mengerjap. Bau udara digital yang apek menghilang, digantikan oleh aroma kapur tulis dan lantai kayu yang dipoles.
"Ray-kun! Kau tidur lagi di jam pelajaran?!"
TAK!
Sebatang kapur melayang dan menghantam dahi Ray dengan akurasi 100%.
Ray tersentak bangun. "Aduh! Siapa yang melempar?!"
Dia melihat sekeliling. Dia tidak lagi berada di lobi menara server. Dia duduk di bangku kayu di dalam sebuah kelas yang bermandikan cahaya matahari sore yang terlalu estetik. Di depannya, seorang guru NPC dengan wajah rata sedang memarahinya.
Ray melihat tubuhnya sendiri. Jaket kulit dan sarung tangan taktisnya hilang. Dia kini mengenakan seragam SMA ketat: blazer biru tua, dasi longgar, dan kemeja putih yang kancing atasnya dibuka (gaya Bad Boy klise).
Sebuah kotak dialog merah muda muncul di depan wajahnya.
[SIMULASI DIMULAI: "MY DANGEROUS LOVE"]
[Peran Anda: Murid Pindahan Pemberontak.]
[Misi: Dapatkan "Happy Ending" dengan Heroine sebelum jam sekolah berakhir.]
[Hukuman Gagal: Format Data Permanen.]
"Apa-apaan ini?" Ray berdiri, menendang kursinya (secara tidak sengaja karena ruangnya sempit).
"Oh, dia marah! Keren sekali!" bisik siswi-siswi NPC di sekitarnya dengan mata berbinar hati.
Pintu kelas terbanting terbuka.
Seorang gadis berlari masuk dengan napas terengah-engah. Dia mengenakan seragam pelaut, rambutnya dikuncir dua, dan—tentu saja—ada sepotong roti panggang yang menggantung di mulutnya.
"Maaf saya terlambat! Alarm saya mati!" seru gadis itu.
Ray melongo. Itu Choi Hana.
Tapi Hana tidak terlihat seperti dirinya sendiri. Dia dipaksa oleh sistem untuk berakting sesuai skrip. Tubuhnya bergerak sendiri, menabrak Ray dengan gaya kikuk yang sempurna.
BUK!
Roti panggang itu terbang ke udara. Hana jatuh ke pelukan Ray. Musik romantis mendayu-dayu mulai berputar dari langit-langit.
"A-apa kau baik-baik saja?" tanya Hana, pipinya merona merah secara otomatis (efek visual).
Ray menahan Hana agar tidak jatuh. "Hana? Kau sadar?"
Mata Hana berkedip, mencoba melawan program. "Ray... ssi? Tolong... ini memalukan sekali... kakiku bergerak sendiri..." bisiknya panik di sela-sela dialog game.
"Ehem."
Suara dehaman yang elegan memecah momen itu.
Seluruh kelas terdiam. Siswi-siswi berteriak histeris. "Kyaaa! Ketua OSIS!"
Di ambang pintu, berdiri Kang Min-Ho.
Di dunia ini, dia adalah dewa visual. Rambutnya berkibar meski tidak ada angin. Seragamnya putih bersih tanpa cela, dengan ban lengan bertuliskan "PRESIDENT". Di belakangnya, bunga mawar bermekaran entah dari mana.
"Ada keributan apa ini?" tanya Min-Ho dengan senyum mematikan. Dia berjalan mendekati Ray dan Hana.
"Lepaskan dia, Murid Pindahan," kata Min-Ho, menarik tangan Hana dengan lembut namun posesif. "Di sekolah ini, dilarang berpacaran di koridor. Hana-chan, kau harus ikut ke ruanganku untuk... hukuman pribadi."
Ray merasakan darahnya mendidih. Bukan karena skrip, tapi karena dia benar-benar kesal melihat wajah sok ganteng itu lagi.
"Hana tidak akan ke mana-mana denganmu, Ketua Palsu," Ray menepis tangan Min-Ho.
Min-Ho tersenyum miring. Di atas kepalanya muncul status: [RIVAL: LEVEL 99 CHARISMA].
"Berani sekali kau," desis Min-Ho pelan, hanya untuk didengar Ray. "Di simulasi ini, aku yang menulis naskahnya. Kau hanya karakter sampingan yang akan ditolak di akhir cerita."
"Kita lihat saja," tantang Ray.
Tiba-tiba, seorang siswi bertubuh besar dengan rambut dikepang dua dan pita besar di kepala menerobos masuk. Wajahnya... memiliki kumis tipis dan janggut yang dicukur rapi.
"Hana-chan! Kau tidak apa-apa?!" seru siswi itu dengan suara nge-bass yang familiar.
Ray dan Hana menoleh. Rahang mereka jatuh.
Itu Ujang.
Sistem glitch telah memasukkan Ujang ke dalam avatar "Sahabat Wanita Heroine yang Cerewet", tapi lupa mengubah wajah dan suaranya.
"Ujang...?" Ray menahan tawa sampai perutnya sakit.
"Jangan tertawa!" bentak Ujang sambil membenarkan rok pendeknya yang sesak. "Sistem sialan ini salah memindai genderku! Aku merasa sangat berangin di bagian bawah!"
Ujang (sekarang bernama U-Jang-Mi) berdiri di antara Min-Ho dan Hana.
"Jangan ganggu sahabatku, Ketua OSIS!" Ujang mendorong dada Min-Ho. Karena Stat Strength Ujang masih asli, dorongan "manja" itu membuat Min-Ho terpental menabrak papan tulis hingga retak.
GUBRAK!
"Ups," Ujang menutup mulutnya dengan gaya imut yang mengerikan. "Maaf, tenagaku kelebihan."
Min-Ho bangkit, membersihkan debu kapur dari jasnya dengan wajah merah padam. Skripnya mulai rusak.
"Baiklah," kata Min-Ho, matanya berkilat marah. "Kita selesaikan ini dengan cara jantan. Duel Pesona."
Min-Ho menunjuk ke luar jendela, ke arah Pohon Sakura Legendaris di tengah halaman sekolah.
"Nanti sore, sepulang sekolah. Di bawah pohon itu. Siapa yang berhasil membuat jantung Hana berdebar lebih kencang, dia yang menang. Yang kalah... akan dihapus dari Source Code."
[EVENT UTAMA DIBUKA: THE CONFESSION BATTLE.]
[Waktu Tersisa: 2 Jam.]
Min-Ho berbalik dan pergi dengan gaya dramatis, diikuti oleh para pengikut NPC-nya.
Ray, Hana, dan Ujang berkumpul membentuk lingkaran rapat.
"Ini buruk," kata Hana, wajahnya masih merah. "Sistem memaksaku untuk menyukai Min-Ho. Ada meteran Affection di sudut mataku yang terus naik kalau dia tersenyum."
"Lawan itu, Hana," kata Ray. "Kita harus memenangkan duel ini. Tapi aku tidak tahu cara merayu ala drama Korea. Aku biasanya memukul orang."
"Aku sudah nonton 500 judul Drakor saat jaga toko," kata Ujang (sambil memilin ujung rambut kepangnya). "Aku akan melatihmu, Ray. Kita akan mengubahmu dari preman menjadi Oppa idaman dalam 2 jam."
Montage Latihan: From Zero to Hero
Pelajaran 1: The Kabedon (Memojokkan ke Dinding)
Lokasi: Gudang Olahraga.
Adegan: Ray harus memojokkan Ujang (sebagai latihan) ke dinding.
Aksi: Ray memukul dinding terlalu keras. Tembok gudang jebol.
Komentar Ujang: "Kurangi tenaganya, Bodoh! Kau mau menciumnya atau membunuhnya?!"
Pelajaran 2: The Soft Gaze (Tatapan Lembut)
Lokasi: Atap Sekolah.
Adegan: Ray harus menatap mata Hana dengan lembut.
Aksi: Ray mencoba menyipitkan mata agar terlihat "intens", tapi malah terlihat seperti orang rabun atau sedang mencurigai musuh.
Komentar Hana: "Ray-ssi... kau terlihat seperti mau menagih utang."
Pelajaran 3: Item Pendukung
Ray dan Ujang pergi ke Kantin Sekolah. Mereka membeli "Roti Yakisoba Spesial" yang konon memberikan Buff Charisma. Tapi karena glitch, roti itu malah berisi Wasabi. Ray memakannya dan wajahnya jadi merah padam.
Ujang: "Bagus! Itu terlihat seperti rona cinta!"
The Showdown: Di Bawah Pohon Sakura
Matahari terbenam. Langit berwarna oranye keunguan. Kelopak bunga sakura berguguran secara digital (looping animasi yang sama).
Hana berdiri di bawah pohon, menunggu. Sistem memaksanya berpose manis dengan tangan di belakang punggung.
Kang Min-Ho datang lebih dulu. Dia membawa buket bunga mawar yang bersinar. Dia berlutut dengan satu kaki.
"Hana," suara Min-Ho lembut, diiringi filter sparkle. "Sejak pertama kali aku melihatmu (di database), aku tahu kau adalah Variable yang hilang dalam hidupku. Jadilah ratuku, dan kita akan menguasai server ini selamanya."
Panel sistem muncul di atas kepala Hana.
[Min-Ho Score: 85/100]
[Hana Heart Rate: 110 BPM (Dipaksa Sistem)]
"Giliranmu, Ray!" bisik Ujang dari semak-semak.
Ray melangkah maju. Dia tidak membawa bunga. Dia tidak berlutut. Seragamnya sedikit berantakan karena latihan tadi.
Ray berdiri di depan Hana. Dia melihat Min-Ho yang tersenyum menang.
"Aku tidak punya kata-kata manis," kata Ray kaku. Dia menggaruk pipinya. "Dan aku benci seragam ini. Celananya terlalu ketat."
Hana menahan tawa kecil. Detak jantungnya turun sedikit, menjadi lebih rileks.
"Tapi," lanjut Ray. Dia menatap mata Hana. Tatapan yang bukan hasil latihan. Tatapan jujur yang sama seperti di Toserba saat hujan.
"Di dunia nyata, aku hanyalah kasir yang gajinya pas-pasan. Aku punya masa lalu buruk. Aku bukan ketua OSIS, dan aku jelas bukan pangeran."
Ray mengambil langkah mendekat. Dia mengulurkan tangannya—tangan yang penuh bekas luka digital.
"Tapi aku tahu satu hal. Saat kau dalam bahaya, aku akan selalu datang. Entah itu melawan naga, mesin cuci, atau ketua OSIS narsis."
Ray tersenyum tipis. "Aku tidak ingin menguasai server bersamamu. Aku cuma ingin makan mie instan di toserba bersamamu saat hujan turun. Itu saja."
Hening. Angin digital bertiup.
Mata Hana berkaca-kaca. Kali ini bukan karena sistem. Tapi karena hatinya sendiri.
"Mie instan terdengar enak," bisik Hana.
Hana mengabaikan tangan Min-Ho yang memegang bunga, dan meraih tangan Ray.
TING! TING! TING!
Panel sistem meledak.
[Ray Score: ERROR/100 (Melampaui Batas)]
[Hana Heart Rate: 150 BPM (Cinta Sejati)]
[Pemenang: The Delinquent Transfer Student!]
"TIDAK MUNGKIN!" teriak Min-Ho. Wajah tampannya mulai glitch. "Algoritmaku sempurna! Wanita suka bunga dan kekuasaan!"
"Wanita suka kejujuran, Bung," sahut Ujang yang keluar dari semak-semak. "Dan mie instan."
Dunia sekolah itu mulai runtuh. Langit pastel robek, menampakkan kode biner hitam di baliknya.
[SIMULASI GAGAL.]
[PENGHAPUSAN PROGRAM DIMULAI.]
"Kita berhasil!" seru Hana. "Kita keluar!"
Min-Ho berteriak saat tubuh avatarnya terhapus. "Ini belum berakhiiiirrr...!"
Ray menarik Hana dan Ujang. "Ayo lompat ke retakan itu!"
Mereka bertiga melompat ke dalam void hitam saat sekolah itu hancur lebur menjadi data.
Dunia Nyata - Ruang Server KT
Ray, Hana, dan Ujang tersentak bangun di lantai dingin ruang server. Mereka kembali ke tubuh asli mereka. Ujang segera meraba wajahnya.
"Oh, terima kasih Tuhan," desah Ujang lega, mengelus janggut kasarnya. "Aku laki-laki lagi. Rok itu mimpi buruk."
Di depan mereka, rak server utama berasap. Lampu indikatornya mati.
"Aplikasi Love War..." Hana mengecek tabletnya. "Offline. Semua pengguna di luar sana sudah sadar kembali."
"Kita menyelamatkan kota," kata Ray, berdiri dan meregangkan punggungnya. "Lagi."
Ujang menepuk bahu Ray. "Dan kau menyelamatkan kencanmu. Pidato yang bagus tadi, Nak. 'Mie instan saat hujan'? Klasik."
Wajah Ray memerah. "Diamlah, Bos."
Hana tersenyum, menggenggam tangan Ray. "Aku serius soal mie instan itu. Aku lapar."
Ray tersenyum balik. "Ayo pulang. Aku yang traktir."
Saat mereka berjalan keluar dari menara, sebuah email masuk ke tablet Zero yang dipegang Ujang.
[Pengirim: UNKNOWN]
[Subjek: Permainan Baru]
[Pesan: Menarik. Level Tutorial selesai. Sekarang, mari kita mainkan Level 1 yang sebenarnya. - The Architect]
Ujang berhenti membaca, wajahnya pucat. "Teman-teman... kurasa Min-Ho bukan bos terakhirnya."
Tapi Ray dan Hana sudah berjalan jauh di depan, tertawa di bawah sinar bulan, tidak menyadari bahwa bayangan di belakang mereka bergerak sendiri.