"Persahabatan adalah ikatan yang tak terpisahkan, hingga cinta datang dan menjadikannya sebuah pilihan."
Kisah ini berputar di sekitar dinamika yang rapuh antara dua sahabat karib yang datang dari kutub kehidupan yang berbeda.
Gabriella, gadis kaya raya dengan senyum semanis madu, hidup dalam istana marmer dan kemewahan yang tak terbatas. Namun, di balik sampul kehidupannya yang sempurna, ia mendambakan seseorang yang mencintainya tulus, bukan karena hartanya.
Aluna, gadis tangguh dengan semangat baja. Ia tumbuh di tengah keterbatasan, berjuang keras membiayai kuliahnya dengan bekerja serabutan. Aluna melihat dunia dengan kejujuran yang polos.
Persahabatan antara Gabriella dan Aluna adalah keajaiban yang tak terduga
Namun, ketika cinta datang mengubah segalanya
Tanpa disadari, kedua hati sahabat ini jatuh pada pandangan yang sama.
Kisah ini adalah drama emosional tentang kelas sosial, pengorbanan, dan keputusan terberat di antara cinta pertama dan ikatan persahabatan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon JM. adhisty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KEPUTUSAN
Kontrakan Aluna dan Justin. Larut malam.
Justin duduk di sofa kecil, memegang gitar usangnya. Pikirannya dipenuhi oleh tawaran Ariana—uang dalam jumlah besar, kesempatan untuk didengar, dan di atas segalanya, bantuan finansial yang sangat dibutuhkan. Ia tahu, menolak tawaran itu berarti ia telah mengabaikan kesempatan untuk meringankan beban Aluna.
Pintu kontrakan terbuka pelan, dan Aluna masuk. Meskipun berusaha keras untuk bersikap normal, wajahnya terlihat sangat lelah. Matanya sedikit merah dan sembap, efek dari konfrontasi emosional dengan Yoga dan rasa malu di tempat kerjanya.
Justin langsung menyadari perbedaan itu.
Justin: "Kakak! Kenapa baru pulang? Sudah sangat larut."
Aluna Memaksakan senyum "Ada sedikit lembur, Dek. Jangan khawatir." Aluna meletakkan tasnya, berusaha berjalan lurus ke kamar mandi.
Justin Berdiri dan menghampiri kakaknya "Tunggu, Kak. Wajah Kakak... kenapa matanya merah? Apa Kakak habis menangis?"
Aluna tersentak. Ia tidak menyangka adiknya sepeka itu. Ia tidak mungkin menceritakan tentang pelayan kafe, pelanggan yang memarahinya, dan yang paling parah, Yoga yang melihatnya dalam kondisi paling rendah.
Aluna Menggeleng cepat "Tidak, Dek, tidak sama sekali! Hanya... hari ini pekerjaannya sangat banyak. Kakak harus mengangkat banyak barang berat di kafe, jadi mata Kakak sedikit iritasi dan berair karena debu. Itu saja."
Aluna mengusap matanya, berusaha meyakinkan adiknya. "Kamu sudah makan dengan baik, kan?"
"Sudah, Kak. Tapi aku tidak suka melihat Kakak seperti ini. Aku tahu Kakak berusaha sangat keras." ucap Justin
Melihat kondisi Aluna yang benar-benar kelelahan, dan menyadari betapa jauhnya kakaknya harus pergi demi uang, semua keraguan di hati Justin hilang. Harga dirinya kini tidak sepenting kesejahteraan Aluna.
Aku tidak bisa membiarkan Kakak terus berjuang sendiri. Pikir Justin. Uang ini bisa membuat Kakak tidak perlu lembur selama sebulan.
Justin memutuskan untuk menerima tawaran Ariana.
"Kak, pergilah istirahat. Aku akan memastikan Kakak tidur nyenyak malam ini. Aku akan memainkan sedikit melodi baru untukmu."
Aluna tersenyum, lega adiknya tidak mendesak lagi. "Terima kasih, Dek. Kamu yang terbaik."
Setelah Aluna masuk ke kamar, Justin kembali duduk. Ia mengambil ponselnya dan mengetik pesan singkat untuk Ariana
"Aku terima tawaranmu. Aku akan tampil di pestamu."
Justin tahu bahwa menerima tawaran ini harus menjadi rahasia mutlak dari Aluna. Kakaknya akan merasa bersalah dan harga dirinya akan terluka jika tahu Justin melakukan ini demi uang.
Justin menghitung jadwalnya. Ulang tahun Ariana adalah dua hari lagi, pada hari Sabtu malam. Itu adalah malam yang sama di mana Aluna harus lembur di kafe.
Aku harus memastikan aku pulang sebelum Kakakku pulang kerja.
Justin menyadari ini akan menjadi perjuangan ganda baginya juga—menyembunyikan fee dari Ariana, dan memastikan ia tidak ketahuan oleh Aluna. Ia tahu, risikonya besar, tetapi imbalannya, yaitu senyum lega Aluna, sebanding dengan risikonya.
Justin memeluk gitarnya yang usang. Ia akan mengambil kesempatan ini, bukan untuk ketenaran, melainkan untuk cinta pada kakaknya.
Justin kini telah membuat keputusan. Akankah ia berhasil menyembunyikan pertunjukannya dari Aluna?
...
Kamar tidur Ariana di kediaman Pranatha.
Ariana sedang berbaring di tempat tidurnya, dengan gelisah menunggu balasan dari Justin. Ia tahu Justin adalah anak yang keras kepala soal harga diri, tetapi ia sangat berharap Justin mau menerima tawarannya.
Ponselnya bergetar. Ariana meraihnya cepat. Pesan dari Justin hanya berbunyi
"Aku terima tawaranmu. Aku akan tampil di pestamu."
Seketika itu juga, Ariana menjerit kegirangan. Ia melompat dari tempat tidurnya, berputar-putar di kamar, dan memeluk boneka beruang raksasanya. Ini adalah hadiah ulang tahun terbaik: ia mendapatkan musisi yang tulus dan berintegritas.
Tanpa membuang waktu sedetik pun, Ariana langsung berlari keluar dari kamarnya.
Di lantai bawah, Axel sedang sibuk merencanakan langkah-langkah untuk mencari 'Justin, sang musisi misterius' yang ia dan Jhonatan rencanakan untuk direkrut.
Pintu ruangan Axel terbuka dengan keras. Ariana masuk dengan wajah berseri-seri, napasnya tersengal karena berlari.
Ariana: "Kak Axel! Kak Axel! Berita bagus! Berita paling bagus!"
Axel Mengangkat kepala dari laporan "Ari? Ada apa? Pelan-pelan. Apakah Jhonatan sudah menemukan alamat anak yang kamu cari itu?"
Ariana Melompat kecil "Tidak perlu repot-repot mencari alamat lagi, Kak! Aku tidak perlu repot-repot lagi membujuknya!"
Axel: "Maksudmu?"
"Dia setuju, Kak! Justin sudah setuju untuk tampil di pestaku! Dia baru saja membalas pesanku, dia bilang dia akan datang dan bernyanyi live! Ya Tuhan, aku tidak percaya!" Jelas Ariana
Axel terdiam, kaget. Ia telah merencanakan langkah-langkah rumit untuk mendekati dan meyakinkan Justin, dan adiknya hanya dengan satu pesan singkat berhasil.
Axel: "Serius, Ari? Justin itu? Si anak yang selalu menolakmu? Kenapa tiba-tiba?"
Ariana tersenyum misterius "Mungkin dia akhirnya menyadari bahwa harga diri tidak sebanding dengan kesempatan. Atau mungkin dia hanya ingin membantuku, karena dia tahu aku menyukai musiknya."
Axel tersenyum. "Hebat, Ari! Kerja bagus. Aku tidak perlu lagi menggunakan koneksi Jhonatan. Oke, aku akan segera mengatur bayarannya dan memastikan semua peralatan sound system terbaik ada di sana untuknya."
Axel merasa lega. Masalah musisi untuk pesta Ariana sudah terpecahkan. Ia tidak tahu, bahwa kabar baik ini justru menjadi bom waktu yang akan meledakkan rahasia Aluna dua hari lagi.
Ariana senang karena ia akan mendapatkan live music yang ia impikan. Axel lega karena rencana sudah beres.