NovelToon NovelToon
Mengasuh Putra Pewaris Sang CEO

Mengasuh Putra Pewaris Sang CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Pengasuh / Menikah Karena Anak / Ibu susu
Popularitas:88.1k
Nilai: 5
Nama Author: Mommy Ghina

Dua minggu yang lalu, Rumi Nayara baru saja kehilangan bayi laki-lakinya setelah melahirkan. Lalu, seminggu kemudian suaminya meninggal karena kecelakaan. Musibah itu menjadi pukulan berat bagi Rumi. Hingga suatu ketika ia bertemu dengan bayi laki-laki yang alergi susu botol di rumah sakit, dan butuh ASI. Rumi pun menawarkan diri, dan entah mengapa ia langsung jatuh cinta dengan bayi itu, begitu juga dengan bayi yang bernama Kenzo itu, terlihat nyaman dengan ibu susunya.

Tapi, sayangnya, Rumi harus menghadapi Julian Aryasatya, Papa-nya baby Kenzo, yang begitu banyak aturan padanya dalam mengurus baby Kenzo. Apalagi rupanya Julian adalah CEO tempat almarhum suaminya bekerja. Dan ternyata selama ini almarhum suaminya telah korupsi, akhirnya Rumi kena dampaknya. Belum lagi, ketika Tisya— istri Julian siuman dari koma. Hari-hari Rumi semakin penuh masalah.

“Berani kamu keluar dari mansion, jangan salahkan aku mengurungmu! Ingat! Kenzo itu adalah anak—?”

Siapakah baby Kenzo?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2. Berapa Harganya?

“Siapa namamu?” Suara bariton Julian begitu dingin hingga mampu menyergap sukma wanita muda yang duduk di hadapannya.

“Rumi Nayara.” Suara wanita itu masih terdengar lembut di telinga Julian, tapi baginya seperti suara yang menusuk-nusuk. Ia amat membenci suara itu, seakan-akan sedang meniru suara istrinya yang masih terbaring koma.

“Usia?”

“21 tahun.”

Mata Julian kembali menelisik penampilan Rumi. “Berapa harga yang kamu minta untuk asi-mu itu?”

Kening Rumi mengernyit, merasa aneh dengan pertanyaan pria yang begitu garang raut wajahnya, padahal rupanya begitu tampan.

“Maksudnya?”

Pria itu berdecak kesal melihat reaksi Rumi dengan wajah polosnya. “Katakan berapa yang harus saya bayar agar kamu mau mendonorkan asi-mu untuk anak saya?”

“Oh ... maksudnya itu. Maaf kalau saya sempat tidak paham. Jika memang Bapak berkenan menerima donor asi buat anaknya, saya ikhlas. Tidak perlu membayar. Hanya saja, bukankah tadi saya dengar ... kalau Bapak ingin menyeleksi ibu yang akan mendonorkan asi untuk anaknya? Sebaiknya, Bapak melakukannya terlebih dahulu. Mungkin, nanti ada ibu yang lebih baik kondisinya untuk mendonorkan asi-nya ketimbang dengan saya,” balas Rumi, sangat lembut tapi tegas.

Lagi-lagi, pria itu berdecak dengan dagunya yang terangkat. “Bisa-bisanya dia membalikkan kata-kataku barusan.”

“Ya, memang seharusnya seperti itu ... demi menjaga kondisi kesehatan anak saya. Walau saya membutuhkannya, tapi harus lebih cermat dalam memilih. Dari pada kedepannya menimbulkan sesuatu yang tidak diinginkan.”

“Mmm.” Rumi mengangguk paham, lalu beringsut dari duduknya. Ia tidak mau berlama-lama di ruang laktasi bersama pria tersebut, apalagi hanya berdua saja.

“Kalau begitu saya permisi,” pamit Rumi seraya melangkah.

“Pembicaraan kita belum selesai?” cegahnya dengan matanya menyipit.

Langkah Rumi tertahan. “Pikir saya sudah selesai Pak. Lagi pula saya ingin segera pulang, agar bisa cepat  beristirahat. Saya sedang tidak enak badan,“ ungkapnya jujur.

Julian berdiri sembari mengibaskan ujung jasnya. Aura sebagai bos begitu kental di hadapan Rumi, pesona dan wibawanya pun mampu meluluh lantahkan wanita mana pun. Tapi, sayangnya tidak dengan Rumi, ia terlihat biasa saja, bahkan matanya yang sendu terlihat dingin ketika beradu pandang dengan Julian.

“Saya akan membayar lima juta untuk donor asi-mu selama seminggu ini, sebelum saya menemukan ibu susu untuk anak saya. Berikan nomor ponselmu, saya akan memberikan alamat di mana kamu harus segera antarkan.” Dengan gaya bossy-nya Julian memberikan ponselnya.

Tanpa berdebat, Rumi menyimpan nomor ponselnya.

“Nanti kirimkan saja orang atau kurir untuk mengambil di rumah saya. Saya permisi, Pak—“

“Julian ... nama saya Julian.”

“Mmm.”

Tanpa senyuman, Rumi kembali berbalik badan dan keluar dari ruang laktasi.

***

Julian kembali ke ruang ICU, Mama Liora sejak tadi tampak menunggu dengan Kenzo yang tertidur di stollernya.

“Bagaimana, Julian? Kamu sudah putuskan? Dia mau jadi ibu susunya Kenzo?” cecarnya.

Pria itu menyugar rambut tebalnya dengan tarikan napasnya dalam-dalam. “Sudah aku katakan barusan Mah, aku akan menyeleksi terlebih dahulu wanita yang akan menjadi ibu susunya Kenzo. Dan, aku tidak menawarkan dia untuk jadi ibu susu Kenzo, aku hanya minta ia mendonorkan asi-nya saja,” tegasnya.

Bibir Mama Liora menipis, menahan rasa kecewa. “Keras kepala kamu, disangka mudah mencari ibu susu. Dia itu janda, dan setidaknya dia bisa sepenuhnya menjadi ibu susu Kenzo. Anakmu itu tidak bisa minum susu formula!”

Julian melengos, ia terlihat tidak ingin berdebat dengan ibunya.

“Istrimu sendiri aja tidak tahu akan siuman, sedangkan anakmu butuh ibu susu. Apa kamu mau lihat ... tubuh anakmu kekurangan gizi lalu akhirnya meninggal!”

Pria itu menatap kembali mamanya. “Jangan main-main sama nyawa anakmu, Julian. Apalagi, butuh lima tahun anakmu baru hadir.”

“Aku segera mencarinya. Mama tidak perlu khawatir ... aku sangat menyayangi anakku, dan tak mungkin aku sebagai papanya sekejam itu.”

“Terserah kamu lah, Mama angkat tangan. Sebaiknya Mama pulang saja,” balasnya sembari menatap baby sitternya Kenzo.

Julian meraup wajahnya dengan perasaan gusar. Sebelum anaknya dibawa pulang, ia menyempatkan mengecup putranya. “Doakan Mama cepat siuman ya, Kenzo. Dan, Papa akan segera cari ibu susu yang terbaik buat kamu.”

***

Waktu pun bergulir, tak terasa sudah jam 14.00 wib. Rumi baru saja bangun dari tidurnya, lalu menuju meja makan untuk menikmati makan siang yang tertunda. Namun, baru saja mau buka tudung saji, pintu rumah yang dibeli oleh almarhum suaminya ada yang mengetuk. Mau tidak mau ia harus ke depan.

“Ya, tunggu sebentar!” sahut Rumi mendengar ketukan pintunya semakin keras.

“Permisi selamat siang, benar ini dengan kediaman Pak Bisma?” tanya salah satu pria bertubuh tegap.

“Iya Pak, saya istrinya ... tapi—“

“Ya, saya tahu kalau Pak Bisma telah meninggal. Kami adalah utusan dari tempat kerjanya. Bisa kita bicara di dalam saja.” Salah satu wanita berucap dengan tenangnya.

Rumi yang tampak bingung mempersilakan ketiga orang tersebut masuk dengan perasaan was-was.

“Jadi begini Bu ... saya Lista dari pihak legal di mana Pak Bisma bekerja. Di sini ... saya ingin menyampaikannya bahwasanya semasa hidupnya Pak Bisma telah melakukan tindakan yang merugikan perusahaan. Beliau telah menggelapkan beberapa aset serta uang sebanyak satu milyar. Dan, kasus ini baru ketahuan beberapa hari sebelum Pak Bisma mengalami kecelakaan, dan sudah ditahap penyelidikan,” jelas Lista.

“A-Apa!” Bibir Rumi menganggap, matanya pun semakin melebar.

“Su-suami saya ... korupsi?” Rumi bertanya.

“Ya Bu. Dan ... ini bukti yang kami miliki, dan kami pun menyimpan video interogasi Pak Bisma jika Ibu ingin melihatnya.”

Tubuh Rumi yang sedang sakit semakin lemas mendengar kabar buruk tersebut.

“Lalu, Ibu dan Bapak datang ke sini, untung menagih? Atau b-bisakah saya menemui atasan suami saya?” tanyanya terbata-bata.

Pria bertubuh tegap itu menatap rekan kerjanya. “Kami datang ingin menyita asset atas nama Pak Bisma, serta barang-barang berharganya jika Ibu tidak bisa menggantikan uang perusahaan.”

Rumi menggeleng, dadanya terasa sesak. Mana ada ia menyimpan uang sebanyak satu milyar di tabungannya. Paling hanya beberapa juta saja.

“Bu ... Pak, suami saya belum ada 40 hari meninggal, dan saya juga baru kehilangan anak saya. T-tolong berikan saya waktu untuk berpikir ... tolong Bu, kasihani saya ....” Suara Rumi bergetar, menahan rasa sesak yang semakin menghimpit dadanya.

 “Ya Allah, Mas. Kenapa kamu tinggalkan aku seperti ini.”

Sementara itu, baby Kenzo yang sudah di mansion menangis kencang, asi Rumi yang sempat ia pumping di rumah sakit untuk dibawa pulang, tidak mau diminum baby Kenzo dari botol susu.

“Nyonya, bagaimana ini, Tuan muda tidak mau minum susunya? Sepertinya Tuan muda maunya minum langsung.”

 

Bersambung ... ✍️

 

 Assalammualaikum, alhamdulillah kemarin banyak yang tinggalkan komentarnya jadi tambah semangat. Bismillah ya, insyallah lanjut di sini dengan catatan seperti biasa mohon dukung karya ini dengan meninggalkan jejaknya, no skip bab, karena tetap saja penentu akhirnya adalah retensi. Jika retensi tidak lolos, ya berarti tidak bisa lanjut di sini. Maka dari itu, dukungan dari Kakak semuanya sangat diharapkan dalam setiap babnya. Dan, bukan berarti memaksakan, jika tidak suka dengan jalan ceritanya bisa ditinggalkan saja.

Serta berhati-hati ya saat mau kasih rate bintang 5 ya, sangat berpengaruh masalahnya. 🥺 Mohon jangan kasih rate 1/2/3/4 selama karya masih on going.

Terima kasih sebelumnya ya, Lope-lope sekebon jeruk.

Visual MC hanya untuk pemanis aja 🤗

Rumi Naraya, 21 tahun, janda dan mahasiswa tingkat 3.

Julian Aryasatya, 35 tahun, CEO Grup Sentosa Jaya

 

1
cha
adik istri tersayang elu itu panJuuul...
cha
Kenzo bayinya Rumi yang ditukar...

tapi Kenzo juga bayi kandungnya Julian...? gimana ceritanta masi misteri...

Bagaimana Rumi terpaksa harus menikah disaat kuliah yg sudah sedikit lagi skripsi.. karena hamil...dan siapa sebenarnya yang menghamili...

Lalu Tisya.. apakah benar wanita yang sangat disayangi dan dicintai Julian?? knp dengan ipar dan mertuanya?
cha
Napa pulaa sama bapaknya juga harus diurus keperluan pribadi..macam apa contohnya keperluan pribadi teh ..yg menjurus jurus ranah pribadikah.😁😁🤭..

Jadi ibu susunya Kenzo aja dah luar biasa mana nyusu langsung lg... walaupun sebenarnya itu anak kandungnya Rumi sih...tp kan kondisinya skrg tidak asa yg tau
cha
Tertekan banget yaa..beban yang ditanggung Rumi..apa tidak bersama secara psikologis, sementara dia ibu menyusui...
nyaks 💜
owww salah satu pelaku ya sus hmmm
ataw tau ttg baby Kenzo?? 🤔🤔
cha
orang baru aja abis pingsan...dah harus nenenin bayik...kasihan kamu Rum... bertubi-tubi di sakiti orang2 gilak... padahal kamu baik banget.
Kasih Bonda
next Thor semangat
sryharty
posesif amat tuan dingin sedingin saljuuuu
Ir
haisss habis sudah wassalam Rum, kamu yg tanda tangan aku yg lemes 🥴
Hafifah Hafifah
kayaknya suster ini tau sesuatu deh.jangan" dia yg udah nuker bayinya rumi dan bersekongkol dengan mertuanya julian
Bunda Aish
gak ada jalan lain Rumi, lumayan masih digaji....licik nya itu plus jadi pelayan pribadi...modus... sudah mulai jatuh cinta sebenarnya 🤨
Nar Sih
begitu berat ujian mu ya rumi,sabar ya rumi ,semoga akan ada pelangi setelah hujan begitu pun dgn mu semoga ada kebahagian setelah kesedihan ,semagat rumi ,dan semagat juga buat momy💪💪🥰
hasatsk
itu perawat bisa jadi kunci rahasia baby Kenzo....
Naufal Affiq
dengar kan rumi omongan julian,nanti dia marah-marah terus tanpa arah
Jeng Ining
dugaan klo Kenzo anak Rumi semakin jelas, dn mulai samar timbul pertanyaan Kenzo jg anak kandung Julian🫣, tp entahlah🤭
Noor hidayati
kamu harus bisa bersikap tegas pada aulia jul,jangan biarkan dia seenaknya berbuat jahat sama rumi
Naufal Affiq
ada udang di balik batu rupanya pak julian,ada maksud terselubung rupanya.hahaha
Kar Genjreng
wahhh abislah riwayat Aulia dan ibunya,,itu belum ketahuan biologis orang tua Kenzo. suster tadi tau keliatan,,,,, semoga suster tidak ikut terlibat. Julian sudah membeku u. lihat tampang nya sudah ngeri,,,,ga kebayang murkanya Julian. ga ampun deh siap siap saja Aulia lapor sama mak mu. jus nya sudah ketahuan sama Rumi Julian,,,ngeri baru lihat raut wajah Julian saja Rumi pucet apa lagi Aulia nanti langsung semasfuuud, ,,, OK mommy di tunggu lanjutannya,,
Nanik Kusno
Hanya harus bicara baik dan sopan ....gitu aja kenapa sangat sulit???
Nanik Kusno
Duuuuhhh si Bos sombongnya...... semua diukur dengan uang....belum kepentok dia....😏😏😏😏😏😏😏😏😏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!