NovelToon NovelToon
Blood & Oath

Blood & Oath

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Tentara / Perperangan / Fantasi Timur / Action / Fantasi / Balas dendam dan Kelahiran Kembali
Popularitas:547
Nilai: 5
Nama Author: Ryan Dee

Tharion, sebuah benua besar yang memiliki berbagai macam ekosistem yang dipisahkan menjadi 4 region besar.

Heartstone, Duskrealm, Iron coast, dan Sunspire.

4 region ini masing masing dipimpin oleh keluarga- yang berpengaruh dalam pembentukan pemerintahan di Tharion.

Akankah 4 region ini tetap hidup berdampingan dalam harmoni atau malah akan berakhir dalam pertempuran berdarah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ryan Dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Act 11 - The last stand for the silver sentinel

Greywind Beach

Sepuluh hari kemudian

Hujan deras menutupi langit Greywind Beach malam itu. Angin asin dari laut menerjang dinding batu yang baru saja selesai diperbaiki—bekas perang lama yang belum sempat sembuh. Gemuruh ombak menyatu dengan gelegar petir, seolah langit pun tahu bahwa malam ini tidak akan berakhir dengan tenang.

Seorang knight berarmor perak berlari menembus badai menuju tenda utama.

> “Komandan!” teriaknya seraya membuka tirai tenda.

“Ombak makin ganas—aku khawatir mereka akan menyerang malam ini!”

Sir Torren Droswain mengangkat wajahnya dari peta yang lembab oleh air hujan.

“Masih belum ada kabar dari surat bantuan yang kukirim?”

> “Belum, Komandan.”

Torren menarik napas panjang. “Baik. Kembali ke posmu. Jika ada kabar, aku harus tahu seketika.”

Knight itu memberi hormat dan menghilang di balik hujan.

Keheningan menyergap. Torren menatap meja di depannya—peta lusuh, pena patah, lilin yang hampir padam.

> “Jika bantuan tak datang malam ini… maka Greywind Beach akan jatuh.”

Ia berdiri dan keluar dari tenda. Air hujan memukul wajahnya, tapi ia tetap menatap tembok luar yang retak di sana-sini. Knight-­knight berjaga di atasnya, mata mereka sulit menembus tirai hujan.

Tiba-tiba, langkah cepat terdengar di belakangnya.

> “Sir Torren!”

“Erick? Ada apa?”

Knight muda itu berhenti dengan napas tersengal.

> “B-bantuan datang! House Zarimeth dari Sunspire! Mereka mengirim pasukan pemanah berkuda dan javelin darat!”

“Mereka membawa surat dari Lord Veyran!”

Torren segera membuka surat bersegel biru keemasan itu.

> ‘Kami dari Sunspire takkan membiarkan kalian bertarung sendiri. Aku juga telah mengirimkan surat pada rumah-rumah lain untuk menyusul bantuan. —Lord Veyran Zarimeth, Sunspire Dominion.’

Begitu ia selesai membaca, teriakan penjaga terdengar dari menara:

> “Gerbang kedua terbuka! Pasukan Sunspire datang!”

Derap kuda memenuhi benteng. Cahaya obor menembus kabut hujan, memantul di pelat baja dan tombak yang berkilau. Di barisan depan, seorang knight berhelm khas Sunspire menunggang kuda hitam yang gagah.

> “Salam hormat, Sir Torren Droswain,” katanya lantang.

“Aku Sir Balon Osvarn, pemimpin pasukan dari Sunspire. Lima ratus pemanah berkuda dan lima ratus prajurit javelin siap berada di bawah komandomu.”

Torren menunduk dalam hormat. “Kau datang di waktu yang tepat, Sir Balon.

Istirahatkan pasukanmu sebentar sebelum fajar—malam ini mungkin kita takkan tidur.”

Belum sempat hujan reda, suara terompet lain menggema.

> “Pasukan dari Heartstone telah tiba!”

Pasukan berarmor hitam masuk dengan gagah, membawa bendera bergambar singa perak. Di depan mereka, seorang pria tinggi berwajah tegas turun dari kudanya.

> “Aku Sir Edgar Velholt dari Heartstone! Raja Rowan Arendale mengutus kami untuk membantumu!”

Torren menyalaminya dengan hangat.

> “Greywind Beach berhutang besar pada kalian.”

Sir Edgar menyerahkan tiga surat—satu dari Raja Rowan, dua lainnya dari Lord Varic Draemir dari Frostmarch dan Lord Draco Morwyne dari Duskrealm, keduanya menyatakan penyesalan karena tak dapat mengirimkan bala bantuan tepat waktu.

Namun sebelum Torren sempat menjawab—

Langit meledak.

> DUAR!

Tembok luar berguncang keras, dan sebagian dinding batu pecah menjadi hujan serpihan. Suara ledakan itu bukan sekadar merobohkan tembok—ia merobek dada setiap orang yang mendengarnya.

Sir Torren menoleh dengan mata membelalak.

Dari balik kabut laut, muncul bayangan-bayangan besar yang menggeliat di antara gelombang—monster raksasa, tubuhnya bersinar kehijauan, dan dari mulutnya keluar semburan cahaya yang memanaskan udara.

> “Mereka… sudah di sini.” gumam Torren.

Jeritan pertama terdengar dari atas tembok. Thal’kren mulai menerobos, tubuh mereka licin, matanya bersinar merah dalam hujan. Mereka datang seperti ombak hitam—tak berujung.

Torren mengangkat pedangnya tinggi ke langit.

> “KNIGHTS OF THARION!” suaranya menggelegar di tengah badai.

“INI MALAM KITA! MALAM KETIKA KITA BUKTIKAN—MANUSIA TIDAK DILAHIRKAN UNTUK TAKUT!”

“BIARKAN DUNIA MENGINGAT MALAM INI, SAAT KITA BERDIRI—DAN TIDAK MUNDUR!”

Pasukan menjawab dengan teriakan perang.

Sir Balon berteriak kepada barisannya,

> “KNIGHTS OF ZARIMETH! TUNJUKKAN KEKUATAN SUNSPIRE!”

Sir Edgar mengacungkan pedangnya dan menunggang kuda di sisi Torren,

> “KNIGHTS OF HEARTSTONE! PASTIKAN TAK SATUPUN DARI MEREKA KEMBALI KE LAUT!”

Malam itu, badai, hujan, dan darah menjadi satu.

Tiga rumah besar Tharion berdiri bersisian—Greywind, Heartstone, dan Sunspire—melawan pasukan yang tak terhitung jumlahnya.

Dari atas menara, bendera Tharion berkibar terobek-robek oleh angin.

> 1.000 prajurit Sunspire.

1.000 prajurit Heartstone.

250 penjaga Greywind.

13 Silver Sentinels.

Menghadapi ribuan Thal’kren dan lima monster laut sebesar menara.

Dan di tengah semua itu, Sir Torren Droswain memacu kudanya ke depan, memimpin serangan pertama sambil berteriak:

> “UNTUK THARION!”

Pedangnya berkilau di antara hujan dan kilat, seperti satu-satunya cahaya yang tersisa di dunia yang sedang runtuh.

---

Suara teriakan dan langkah kaki saling bersahutan, curah hujan dan kilat terasa semakin deras membasahi armor para knight yang melangkahkan kaki mereka menuju kematian.

Disisi lain pasukan Thal'kren yang terlihat tidak terhitung terus berlari dengan cepat menuju kearah mereka, dibelakang pasukan Thal'kren itu, monster besar bertubuh seperti kepiting raksasa mengikuti dengan langkah kaki yang menggetarkan tanah.

Semakin dekat jarak antara kedua pasukan ini, semakin berat juga perasaan yang mengganjal di dada Sir torren.

Dengan mengendarai kudanya dia terus maju sambil terus memikirkan apakah ini akan menjadi akhir bagi dirinya atau malah akhir dari para Thal'kren itu.

Dia terus larut dalam pikirannya dan mulai tidak fokus pada pertarungan didepan matanya.

DUAR!!!

Tabrakan antara kedua pasukan ini pun terjadi, Sir torren yang masih larut dalam pikirannya terkejut ketika kuda yang dia tunggangi menabrak seekor Thal'kren yang menyebabkan kudanya terperosok dan dia jatuh terpental.

Dia pun berguling dan menghunus pedangnya untuk bertahan dari serangan apapun yang akan dia terima.

Meskipun dia terlihat siap untuk bertarung tapi pikirannya masih tidak fokus dan terus memikirkan bagaimana nasib dari keluarga para knight yang dia pimpin jika pasukannya kalah malam ini.

Tanpa dia sadari salah satu Thal'kren datang menyerangnya dari samping dan Darg..

Thal'kren itu menarik kepalanya sehingga helm nya lepas dan menendang nya sehingga dia terjatuh ke pasir yang dibasahi air hujan.

Thal'kren itu pun lalu melanjutkan serangannya menggunakan pedang yang dia bawa.

Tink...tink....tink...

Suara pedang mereka beradu, Sir torren berusaha menahan serangan Thal'kren itu meskipun dia dalam keadaan terjatuh.

Dari kejauhan Erick melihat Sir torren yang sedang kesulitan lalu berlari kearahnya untuk mencoba membantu sir Torren.

Tapi belum sempat dia melangkah tiba tiba seekor Thal'kren datang menerjangnya sehingga dia terjatuh.

Thal'kren itu mencoba untuk menusuk Erick dengan dagger yang dia bawa.

Duark...

Suara benturan dagger dengan helm Erick menggema, meskipun dagger itu mengenai helmnya tapi Erick berhasil menahan tangan Thal'kren dengan tangannya agar dagger itu tidak menembus helmnya.

Dengan cepat Erick membelokan dagger itu sehingga tertancap ke tanah dan menendang Thal'kren itu kesamping.

Sring.....

Erick dengan cepat menebas Thal'kren itu sebelum dia bisa bangun dari tendangan Erick sebelumnya.

Erick lalu bangkit dan bergegas bergerak kearah Sir torren yang masih kesulitan.

Dengan pedang ditangannya Erick pun menusuk Thal'kren itu dan menjatuhkannya kesamping.

"Anda tidak apa apa?" Ucap Erick sambil menjulurkan tangannya untuk menolong sir Torren yang masih tergeletak ditanah.

"Yaa" ucap Sir torren sambil meraih tangan Erick.

Mereka berdiri saling membelakangi dan melindungi satu sama lain dari serangan para Thal'kren.

Langit dipenuhi kilat yang saling bersahutan dan darat di warnai oleh darah merah dan biru yang bercampur menjadi satu, membasahi armor dan tubuh kedua pasukan ini.

Meskipun kalah jumlah pasukan tharion tetap tidak menunjukan rasa takut sama sekali, dengan support dari pasukan pemanah berkuda dari Zarimeth yang menyerang musuh dari luar area pertempuran dan juga pasukan javelin mereka yang menghalangi para Thal'kren agar area pertempuran tidak meluas, pasukan ini berhasil menahan para Thal'kren untuk tidak terlalu jauh melewati tembok pertama.

Tapi ketika semuanya terlihat berada dalam kendali, tiba tiba tanah bergetar hebat diikuti oleh suara auman hebat di udara yang dingin.

DUAR!!!

Tembok kembali di runtuhkan oleh monster besar itu dengan jarak yang hanya beberapa ratus meter dari pertarungan ini.

Para Thal'kren berhamburan masuk dari lubang yang baru saja dibuat oleh monster itu dan dengan sigap sir Balon membawa pasukan javelin dan pemanah berkudanya untuk menahan Thal'kren yang masuk dari lubang baru itu.

Melihat hal ini Sir Edgar datang menghampiri Sir Torren.

"Torren! Kita harus mundur untuk menyusun formasi! Jika seperti ini terus pasukan kita akan dibantai habis!" Teriak Sir Edgar sambil masih menaiki kudanya.

"Edgar! Bawa pasukan untuk mundur, aku dan para silver sentinel akan menahan mereka untuk sementara sambil mundur perlahan" ucap Sir torren membalas.

Dengan sigap Sir Edgar mengangkat Warhammer ditangannya dan berteriak.

"Seluruh pasukan, ikut aba-aba ku!" Sambil mengayunkan Warhammer nya di udara dan melaju mundur.

Sir Torren, Erick dan pasukan silver sentinel terus bertarung dan saling melindungi sambil mencoba untuk mundur secara perlahan.

"Ugh... kita tidak bisa menahan mereka terlalu lama!" Ucap Erick sambil terus bertarung tanpa henti memotong Thal'kren yang ada dihadapannya.

"Balista! Catapult! Tembak!" Suara teriakan Sir Edgar menggelegar dari kejauhan diikuti oleh panah balista dan batu api yang di lemparkan oleh catapult.

DUAR...

Benturan balista dan catapult itu membuat puluhan Thal'kren langsung mati tertimpa dan lainnya terpental karena benturannya.

Tetapi hal itu tidak cukup untuk menghentikan langkah mereka dan terlebih lagi salah satu monster besar itu sudah berada di depan lubang pertama.

"Fokuskan serangan pada monster raksasa itu!" Teriak Sir Edgar.

Wush...

Suara balista dan catapult membelah angin dan langsung membentur monster besar yang terlihat tidak dapat dibunuh itu.

Namun meskipun tubuhnya dipenuhi kulit yang sangat keras, itu tidak dapat menghentikan batu besar yang di lemparkan oleh catapult dari atas tembok kedua.

Benturan batu itu memecahkan kulit keras dari monster itu dan balista langsung menembus bagian lunak dari kulit yang sudah pecah itu.

Darah biru mengalir dari tubuh besar monster itu dan tak butuh waktu lama akhirnya monster itu terjatuh ketanah dan tidak bergerak.

Tidak jauh dari sana di lubang yang baru saja dibuat oleh monster lainnya, Sir Balon sukses menahan para Thal'kren agar tidak menerobos masuk ke lubang itu.

Melihat hal itu Sir Edgar terlihat lega dan lanjut memimpin pasukannya untuk melakukan terjangan cavalry.

"Pasukan Cavalry! Bersiap untuk formasi tombak!" Ucap sir Edgar.

Pasukan berkuda itu pun lalu menyusun formasi segitiga seakan membentuk ujung dari sebuah tombak.

"Bersiap! Maju!" Teriak Sir Edgar sambil mengangkat Warhammer nya keudara.

Pasukan berkuda itu pun langsung berlari menerjang kearah para Thal'kren yang sedang mengejar para silver sentinel yang berusaha mundur.

"Torren berlarilah kesamping!" Ucap Sir Edgar dari atas kudanya.

Mendengar hal itu Sir torren memerintahkan pasukan silver sentinel nya untuk berlari kesamping untuk menghindari terjangan dari cavalry sir Edgar.

Dengan kecepatan tinggi, pasukan berkuda itu menghantam barisan Thal'kren dihadapannya dengan keras.

Para Thal'kren terpental karena benturannya dan dan beberapa dari mereka ada yang tersangkut di tombak yang dibawa oleh pasukan itu.

Setelah benturan itu, sir Edgar memerintahkan pasukannya untuk berputar dan bersiap untuk benturan kedua.

"Mundur dan atur formasi kembali!" Teriak sir Edgar.

Sir Torren dan pasukannya berhasil mundur dan bergabung dengan barisan  pasukan dari Heartstone.

Mereka bersiap untuk maju setelah pasukan Cavalry yang dipimpin oleh sir Edgar selesai melakukan serangan keduanya.

Pasukan berkuda itu pun kembali berbaris dan bersiap untuk melancarkan serangan kedua.

Hujan deras masih terus turun membasahi armor para knight dan juga tubuh kuda mereka,  kilat yang saling bersahutan pun masih terus muncul di langin tanpa henti.

"Bersiap! Serang!" Teriak Sir Edgar.

Duar....

Benturan kedua ini lebih hebat dibandingkan yang pertama, tubuh Thal'kren berterbangan kesana kemari di hiasi oleh darah biru yang membasahi tombak para knight dan juga tubuh mereka.

Sudah tak terhitung jumlah para Thal'kren yang tumbang dalam peperangan ini dan hal ini membuat pasukan menjadi semakin percaya bahwa mereka dapat memenangkan peperangan ini.

Tapi tiba-tiba dari arah pasukan Sir Balon.

DUAR....

Suara ledakan besar diikuti oleh guncangan hebat terjadi disana, terlihat tembok kedua dibelakang barisan knight yang dipimpin sir Balon hancur.

Dua catapult diatas tembok itu pun ikut hancur dalam ledakan itu menyisakan delapan dari sepuluh catapult yang tersisa di tembok kedua.

Dan tanpa aba-aba lanjutan monster besar itu kembali ingin melancarkan serangan serupa, dari mulut nya terlihat seperti ada air yang siap menyembur dan benar saja.

DUAR!

Meriam air bertekanan tinggi di tembakan dari mulut makhluk itu dan menghantam tembok yang menghancurkan beberapa catapult diatasnya lagi.

Melihat hal itu Sir Balon terlihat sangat terkejut, tangannya bergetar hebat dan mulut nya tidak dapat memberikan perintah yang jelas.

Pasukannya pun terlihat sangat terpukul ketika melihat serangan itu, jika sir Balon tidak memberikan perintah lanjutan pasukan ini bisa dipastikan tidak akan dapat bertahan.

Dari kejauhan sir Torren terlihat sama terpukulnya dengan sir Balon, tapi dia berusaha untuk menutupi perasaan itu agar tidak menggangu peperangan dihadapannya.

"Apapun yang terjadi, aku tidak dapat membiarkan kami kalah malam ini" gumam sir Torren.

1
Mr. Wilhelm
kesimpulanku, ini novel hampir 100 persen pake bantuan ai
Ryan R Dee: sebenernya itu begitu tuh tujuannya karena itu tuh cuma sejenis montage gitu kak, kata kompilasi dari serangan disini dan disana jadi gak ada kata pengantar buat transisi ke tempat selanjutnya, tapi nanti aku coba revisi ya kak, soalnya sekarang lagi ngejar chapter 3 dulu buat rilis sebulan kedepan soalnya bakalan sibuk diluar nanti
total 7 replies
Mr. Wilhelm
transisi berat terlalu cepat
Mr. Wilhelm
Transisinya jelek kyak teleport padahal narasi dan pembawaannya bagus, tapi entah knapa author enggak mengerti transisi pake judul kayak gtu itu jelek.
Ryan R Dee: baik kak terimakasih atas kritik nya
total 1 replies
Mr. Wilhelm
lebih bagus pakai narasi jangan diberi judul fb kek gni.
Mr. Wilhelm
sejauh ini bagus, walaupun ada red flag ini pake bantuan ai karena tanda em dashnya.

Karena kebnyakan novel pke bantuan ai itu bnyak yg pke tanda itu akhir2 ini.

Tapi aku coba positif thinking aja
perayababiipolca
Thor, aku hampir kehabisan kesabaran nih, kapan update lagi?
Farah Syaikha
🤔😭😭 Akhirnya tamat juga, sedih tapi puas, terima kasih, author.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!