Satu kesalahan ku yang sangat aku sekali dalam kehidupan ini. Yaitu memaafkan sebuah pengkhianatan. Pengkhianatan yang akhirnya membawa ku jatuh menjadi wanita yang hidup pada masa lalu karena sakitnya sebuah pengkhianatan.
Suami ku adalah dalang dari rasa sakit ini. Dengan alasan anak aku mencoba untuk bertahan. Namun pada akhirnya aku tak sanggup lagi hidup dalam bayang-bayang rasa sakit dikhianati,dan diam-diam aku membuat sebuah keputusan besar yang tak pernah disadari oleh suami ku.
Ingin tahu keputusan besar apa yang akan diambil ? hai readers tercinta,silahkan membaca kelengkapan alur cerita ini sampai selesai ya ? Aku yakin kalian pasti akan terhibur. Selamat membaca 😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kinly Secret, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16 Hilda Memberikan Bukti
Tak butuh waktu lama,akhirnya putri kecil ku langsung tertidur. Satu hal yang patut aku syukuri,karena tak sulit untuk menidurkannya. Sambil tetap menemani Kinara tidur,aku pun langsung menghubungi teman ku Hilda via WhatsApp.
'Halo,selamat malam Hil,maaf mengganggu waktunya,kalau nggak sibuk ada yang ingin aku tanyakan.' Send.
Tak lama kemudian langsung di balas oleh Hilda.
'Halo Key,kebetulan sekali kamu menghubungi ku. Ada yang ingin aku tanyakan juga.' Balas Hilda.
"Degh!" Perasaanku langsung tak enak. Aku bisa merasakan bahwa Hilda pasti mengetahui sesuatu hal tentang Mas Dani. Jika bukan itu apa lagi ? Karena tak ada kemungkinan lain yang diketahui Hilda untuk dijadikan bahan pembicaraan.
'Iya Hil,apa itu ?' Balasku tak butuh waktu lama.
Cukup lama aku menunggu balasannya dari Hilda. Sampai bolak-balik membuka tutup aplikasi WhatsApp. Dan lima menit kemudian masuklah sebuah balasan dari Hilda.
'Ini tentang suami mu. Bukankah Asna itu mantannya dulu ? Kenapa Dani datang ke tempat pesta bersamanya ? Apakah kamu yang mengizinkan ?'
Lihat saja,Hilda sendiri pun mempertanyakan hubungan antara Asna dan Mas Dani. Tapi suami ku itu tanpa rasa malu menggandeng mantannya dan tak memikirkan perasaan ku sebagai istrinya.
'Inilah yang ingin aku tanyakan pada mu Hil. Aku sebenarnya tak tahu sama sekali jika Mas Dani menghadiri acara tersebut dengan mengajak Asna. Aku pun mengetahuinya ketika melihat status WhatsApp mu." Balas ku dengan cepat.
'Wah,ini nggak bener. Apa kamu ingin aku memberikan beberapa foto dan Video sebagai bukti? Menurut ku ini tak wajar. Maaf ya ? bukannya ingin ikut campur dengan rumah tangga mu Key. Aku hanya tak suka dengan kelakuan suami mu yang tampak mesra dan berbohong pada mu.'
Tawaran dari Hilda langsung ku setujui tanpa berpikir panjang. Aku justru merasa sangat bersyukur karena teman ku itu mau membantu tanpa di minta.
Seorang istri yang setia tidak akan pernah di biarkan Tuhan untuk selalu dibohongi. Sang kuasa selalu punya cara untuk menyingkapkan kebohongan tersebut. Seperti saat ini yang aku rasakan,siapa yang menyangka jika Hilda dengan sukarela mau membantu ku. Dan lewat dirinyalah aku mengetahui kebohongan suami ku.
"Ting!ating!Ting!" Pesan dari Hilda masuk beruntun. Sebuah Video yang diambil sedikit jauh dari tempat Mas Dani dan Asna. Dan dua buah foto di mana Mas Dani menggandeng mesra tangan mantan kekasihnya itu dan memeluk pinggang wanita itu.
Dada ku terasa sesak karena hati yang sakit. Begitu tega suami ku di saat sedang tak bersama ku. Tak ada sedikitpun hatinya untuk memikirkan putrinya meskipun tak memikirkan perasaan ku. Tanpa sadar air mata ku jatuh dengan derasnya. Mengurangi rasa sakit yang menyiksa.
Di tengah tangis yang pilu,aku segera tersadar. Aku tak boleh larut dalam kesedihan. Nanti penyakit ku kambuh lagi. Segera ku tarik nafas yang panjang dan perlahan-lahan ku hembuskan. Sedikit terasa lega. Sekuat tenaga berusaha melepaskan rasa sakit itu dan menenangkan diri,hingga akhirnya aku berhasil.
Sedikit was-was ku nantikan reaksi tubuh ku pasca rasa stres yang ku alami. Namun untuk beberapa menit tak ada tanda-tanda yang menakutkan. Bersyukur. Tuhan memberikan kekuatan pada ku untuk melewati ujian ini.
Tak ingin wajah terlihat sembab,segera aku ke kamar mandi dan membasuh wajah. Aku tak ingin terlihat lemah di depan Mas Dani. Pria itu harus aku beri pelajaran padanya tanpa memperlihatkan sisi lemah dari ku.
Ku lirik jam di dinding,sudah pukul sepuluh malam. Mas Dani belum juga pulang. Dan tetap ku nantikan. Sungguh pria brengsek. Entah apa yang dilakukannya di tempat pesta hingga jam sepuluh malam. Berlaku muda padahal sudah memiliki seorang putri. Dasar pria tak berperasaan!
Pukul sebelas malam akhirnya Mas Dani pulang. Aku membukanya pintu dan menyambutnya seperti biasa. Wajah ku yang sembab sudah tak terlihat lagi.
"Maaf ya sayang,tadi asik sama teman sehingga lupa waktu. Sekali-kali boleh lah ya ?" Ujarnya sambil tersenyum manis. Senyum yang menurut ku sangat menjijikkan yang ditunjukkan oleh buaya darat sepertinya. Katanya asik sama teman. Dia pikir aku tak mengetahui apa yang telah ia lakukan. Dirinya pasti telah menghabiskan waktu bersama mantannya itu. Dalam hati aku berjanji tak akan pernah lagi melayaninya di ranjang. Aku sangat jijik membayangkannya bersama wanita lain.
"Oh ya ? Asik sama teman ya Mas ?" Ulang ku lagi sambil mengikutinya dari belakang setelah menutup pintu.
"Iya sayang. Kenapa ? Kamu marah aku pulang terlambat ?" Tanyanya dengan nada lembut.
"Oh,nggak lah mas. Ngapain marah. Kecuali kamu lagi sama wanita lain baru aku marah." Jawab ku dan terlihat ekspresi wajahnya langsung terkejut.
"Mas,kenapa baju mu aromanya kayak ada aroma parfum wanita ya ? Manis sekali ....tunggu ...sepertinya baunya aku kenal." kali ini,wajah Mas Dani semakin pucat.
"Oh ini,tadi terlalu berdempetan sama tamu-tamu undangan lainnya waktu salaman sama pengantin. Jadi nempel deh aroma parfum. Kebetulan di samping aku tadi seorang wanita." Alasan Mas Dani sungguh masuk akal. Dasar buaya banyak akalnya. Aku hanya tersenyum sinis padanya.
"Bisa jadi Mas." Balas ku malas. Dan kini aku segera naik ke ranjang.
"Ada makanan nggak ? Aku lapar sayang." Tiba-tiba saja permintaan Mas Dani membuat ku kesal dan tak ingin mengikuti kemauannya itu.
"Nggak ada Mas. Emangnya tadi nggak makan di tempat pesta ? Kok bisa lapar lagi ?" Tanya ku heran.
"Makan sayang,tapikan itu di tempat umum nggak bisa makan banyak-banyak. Malu di liat sama orang-orang. Nanti dikira aku rakus."
"Emang kamu rakus. Rakus wanita." Namun aku hanya berani berkata dalam hati.
"Aku capek Mas. Nggak bisa masak lagi. Tahan saja laparnya sampai besok pagi." Ujar ku dan langsung berbaring tanpa menghiraukan suami ku itu yang kelaparan. Enak saja mau aku urus,dirinya saja makan enak di luar tanpa memikirkan ku dan Kinara apakah kami punya lauk atau tidak. Giliran lapar baru kembali mengingat istrinya. Dikira aku bodoh ? Pergi sana cari Asna mu itu biar dia masak.
"Kamu kok gitu ya ? Suami mu lapar malah tidur." Mas Dani terlihat kesal namun aku tak takut dengan wajah kesalnya itu.
"Aku capek Mas, bekerja seharian ngurus anak tanpa ada yang bantu. Besok harus bangun pagi-pagi. Mas kan bisa masak sendiri. Sana masak,aku mau istirahat." Tanpa sedikit rasa iba dalam hati,aku pun langsung tidur memunggungi nya dan tertidur pulas hingga pagi hari.