NovelToon NovelToon
Sistem Menjadi Miliarder

Sistem Menjadi Miliarder

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik / Action / Romantis / Sistem / Anak Lelaki/Pria Miskin / Balas Dendam
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: Quesi_Nue

Suatu hari, Rian, seorang pengantar pizza, melakukan pengantaran di siang hari yang terik.

Namun entah kenapa, ada perasaan aneh yang membuat langkahnya terasa berat saat menuju tujuan terakhirnya.

Begitu sampai di depan pintu apartemen lokasi pengantaran itu, suara tangis pelan terdengar dari dalam di ikuti suara kursi terguling.

Tanpa berpikir panjang, Rian mendobrak pintu dan menyelamatkan seorang gadis berseragam SMA di detik terakhir.

Ia tidak tahu, tindakan nurani itu akan menjadi titik balik dalam hidupnya.

Sistem memberi imbalan besar atas pencapaiannya.

Namun seiring waktu, Rian mulai menyadari
semakin besar sesuatu yang ia terima, semakin besar pula harga yang harus dibayar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Quesi_Nue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18 - KATAKAN!

“JANGAN MAKAN ITU!” serunya, lebih keras dari yang ia maksud, napasnya tersengal.

"ITU, BERACUN!"

Sekedipan mata kemudian,

BRAK!

Pintu terbuka dengan kasar dari luar.

Para pengawal yang berjaga langsung bereaksi begitu mendengar teriakan kata “beracun”.

Suara gesekan kursi, teriakan, dan langkah kaki sontak memenuhi ruangan.

“Cepat! Tahan mereka! Jangan biarkan dia kabur!!” teriak kapten pengawal.

Dalam hitungan detik, satu pelayan yang sempat mencoba melompat jendela sudah di tangkap dan diseret ke lantai.

Sementara pelayan satunya lagi terdiam kaku, memudahkan menangkap mereka.

Tangan mereka berdua dipelintir dan diikat ke dinding.

Ruangan makan yang tadinya hangat dan penuh suasana keluarga berubah total menjadi arena interogasi keluarga.

Ayah Aurelia berdiri setengah, tatapannya tajam jauh berbeda dari sikap santainya tadi.

“Hm.. Nak. Jangan bercanda. Dari mana kamu tahu makanan nya tadi beracun?”

Rian langsung kaku.

Ya… masa aku bilang ‘Ada notifikasi sistem, Om’? Nanti di sangka orang gila ini.

Ia menarik napas cepat, berusaha menyatukan napas dan logika.

Akhirnya ia bicara dengan alasan yang, setidaknya, masuk akal.

“Ehm… saya tadi lihat tangan pelayan yang bawa penutup makanan itu gemetar." Sambil menunjuk salah satu pelayan yang kaku saat penangkapan.

"Kayak… gemetar ketakutan gitu, beda dengan gemetar orang sakit.” lanjutnya.

Ia mengangkat telunjuk, menunjuk arah hidangan yang sudah diamankan.

“Terus mereka keringetan, padahal ruangan ini dingin banget. Biasanya itu tanda ada yang disembunyikan.

Rian menelan sedikit kecemasan, lalu menambah kebohongan nya dengan nada seakan-akan ia benar-benar pernah belajar itu.

“Teman saya dari jurusan psikologi pernah ngejelasin soal bahasa tubuh, gerakan kecil gitu. Jadi… saya nggak mau ambil risiko Aurelia kenapa-kenapa.”

Aurelia perlahan menunduk, kedua tangannya meremas gaun nya.

Ada sesuatu yang hangat muncul di dadanya rasa aman, rasa dijaga.

“Rian… padahal tadi aku udah ga sopan di jalan… tapi kamu masih mau nyelamatin aku…”

Suaranya pelan dan sedikit bergetar..

"Jadi... begini ya... rasanya...

Rian kembali duduk seperti biasa, seolah adrenalin barusan cuma angin lewat.

Ia bahkan sempat menyendok sedikit nasi ke kerongkongan nya.

“Kalau om, masih ragu… suruh mereka makan sendiri yang dia antarkan.”

Semua mata langsung menoleh ke kedua pelayan itu.

Ayah Aurelia hanya butuh satu detik untuk memerintahkan pengawal menyuapi mereka.

“Suruh mereka makan.”

Instruksi itu menggema seperti palu godam di ruangan yang sudah mencekam.

Salah satu pelayan langsung pucat seputih kain meja.

Tubuh nya gemetar makin keras sampai lutut nya kehilangan tenaga. Ia jatuh berlutut, tangan nya terangkat gemetar.

“Maaf… maaf, Pak…” suaranya pecah, napas tersendat.

“Saya… saya nggak bermaksud meracuni nona… saya di ancam… saya takut… anak saya… kalau saya nolak… mereka bilang anak saya yang di ambil…”

Air mata menetes bebas, ketakutan murni memelintir wajahnya.

Berbeda total dengan pelayan satunya.

Yang itu justru menatap hidangan beracun di depannya dengan tatapan yang aneh campuran putus asa, fanatisme, dan… penerimaan.

Tanpa menunggu disuapi, ia meraih makanan itu sendiri.

Pengawal sontak menahan, tapi ia menepis tangan mereka.

“Aku…” ia menatap lurus ke depan, mata berkaca tapi tidak goyah,

“AKU… TAK AKAN MEMBOCORKAN… RAHASIA…”

Dan sebelum siapa pun sempat menghentikannya, ia memasukkan makanan itu ke mulut.

Pengawal menjerit memperingatkan,

"HEI, JANGAN DIMAKAN!

Keluarga Aurelia terbelalak, dan ruangan kembali hening yang lebih berat dari sebelumnya.

Tubuh pelayan itu bergetar keras, napasnya tersengal, lalu

BRUGH

Ia ambruk ke lantai, busa putih meletup dari sudut mulutnya.

Seorang pengawal langsung berlutut, jari menekan nadi di leher pelayan itu memastikan.

Sesaat kemudian ekspresinya mengeras.

“Dia udah nggak ada… racun nya terindikasi berat. Reaksi langsung. Kemungkinan besar… 100% fatal hanya dalam 12 detik.”

Aurelia menutup mulut dengan tangannya.

Tubuhnya limbung melihat seseorang mati tepat di depan matanya membuat kepalanya berputar hebat.

“Ugh… pusing…” bisik nya. Kursinya bergeser ke samping ketika ia goyah, terjatuh.

Rian, yang bahkan masih memegang sendok beberapa detik lalu, langsung menghentikan gerakannya.

Sendok itu jatuh dari tangannya.

Tanpa sempat berpikir, ia menangkap Aurelia sebelum tubuh gadis itu menyentuh lantai.

BRANG!!

Kursi terjatuh ke lantai tetapi Aurelia jatuh dengan Rian memposisikan dirinya sebagai bantalan, membuat Aurelia mendarat aman di atas dadanya.

“Huh… untung sempat nangkep,” ucap Rian di antara napas yang sedikit memburu.

“T-tenang aja. Ada aku di sini.”

Aurelia memejam sejenak, mencoba mengatur kembali napasnya yang tak beraturan. Dadanya naik turun cepat, efek syok masih terasa.

Dengan suara kecil, hampir seperti bisikan, ia berkata,

“Iya… makasih rian…”

Perlahan, tangannya terangkat, meraih Rian dan memeluknya.

Ia hanya tahu satu hal saat ini, di tengah kekacauan yang baru saja terjadi, Rian adalah orang yang paling bisa ia andalkan.”

Rian diam dan tidak bergerak.

Satu tangannya tetap menyangga punggung Aurelia agar gadis itu tidak jatuh lagi, sementara yang lain menahan tubuhnya sendiri.

Ia hanya membiarkan Aurelia bersandar. Dalam situasi seperti ini, rian merasa hanya itu satu-satunya hal yang benar untuk dilakukan oleh diri nya.

Ayah Aurelia menoleh dan memperhatikan Rian yang sudah menyelamatkan putrinya dan kini, dengan matanya sendiri, ia melihat putrinya memeluk pria lain selain dirinya.

“Ah… nih bocah,” gumam nya pelan, nyaris tak terdengar,

“ternyata bukan sembarang bocah. Menarik juga… semoga dia bisa menjaga putriku selalu, seperti hari ini.”

Sudut bibirnya terangkat tipis, senyum pengakuan.

Di balik wibawa tegangnya, matanya memancarkan satu hal yang jelas,

Keyakinan.

Keyakinan bahwa Aurelia tidak salah memilih calon suami.

Setelah menatap cukup lama, Ayah Aurelia kini mengepalkan tangan, buku jarinya memutih.

“Katakan! Siapa yang mengancam?” bentaknya ke pelayan yang masih hidup. Suaranya bergetar.

Pelayan itu menangis makin keras.

“S-saya nggak bisa bilang, Pak… kalau saya sebut nama mereka… anak saya akan mati di tangan mereka…”

1
ALAN
lanjut Thor 😍💪
Gege
mantul
Gege
lepaskan semua thorr 10k katanya.. jangan di cicil cicil... gassss
Gege
lanjooottt thorr💪
Raihan alfi Priatno
lanjutin updatenya sampai tamat
Eli: Okeii syap
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!