Setelah sepuluh tahun menjanda setelah pernikahan kedua, Ratna dihadapkan oleh perilaku tak terduga dari anak tiri yang ia rawat. Setelah menikah dengan Dirli, Amora mengusir Ratna dari rumah peninggalan ayahnya (suami Ratna).
Suatu hari, ia bertemu dengan seorang pria tua memakai jaket ojek online. Pria bernama Robin itu melihat ketulusan Ratna yang menolong orang yang tak dikenal. Dengan lantang ia mengajak Ratna menikah.
Dalam pernikahan ketiga ini, ia baru sadar, banyak hal yang dirahasiakan oleh suami barunya, yang mengaku sebagai tukang ojek ini.
Rahasia apakah yang disembunyikan Robin? Apakah dalam Pernikahan yang Ketiga dalam usia lanjut ini, rumah tangga mereka akan bahagia tanpa ada konflik?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CovieVy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16. Full Service
Robin hanya tersenyum mendengar ocehan Amora.
"Tapi nggak apa sih, suamiku jadi nggak keluarin du—"
"Ekhem," terdengar suara pria yang mungkin berada di dekatnya.
"Mama Mertuaku bilang, ingin berkenalan dengan suami barumu yang tukang ojek. Tapi kau nggak usah pergi! Hanya bikin malu aja."
"Apalagi nanti orang tua Mas Dirli mengundang orang-orang penting dari kantor suamiku. Aku bisa malu jika mereka tahu ibu tiri yang tak muda lagi menikah untuk sekian kali, sama tukang ojek lagi? Huh?"
Panggilan ditutup tanpa Robin berkata apa-apa.
"Apa benar ada undangan dari keluarga suami si Amora? Tapi, aku tak mendapat kabar apa-apa."
Ia segera mengambil ponsel, menelepon Wirya.
“Yang kuminta tadi sudah kamu urus?” tanyanya langsung.
“Sudah, Pak. Motor yang Bapak minta sudah kami taruh di depan rumah. Surat-surat pernikahan juga sedang diproses,” jawab Wirya terdengar sibuk.
“Berarti surat nikahnya belum keluar?”
“Butuh waktu selama seminggu, Pak.”
“Baiklah. Lemari di sini kosong. Kenapa belum diisi?”
“Maaf, Pak. Saya belum sempat.”
“Sekarang juga, carikan pakaian terbaik untuk istri saya. Lengkap. Dari dalam sampai luar. Tidak hanya itu jangan lupa, carikan ponsel baru untuk istriku. Punya dia sudah usang tak layak pakai lagi. Saya ingin istri saya mendapat full service biar dia nyaman tinggal di rumah ini."
“Saya setuju sih, Pak ... Sangat setuju. Hanya saja, saya kurang paham masalah pakaian wanita, Pak.”
"Tapi kamu kan udah menikah? Masa tak tahu bagaimana cara berpakaian istrimu?"
"Bener sih, Pak. Jika melibatkan istri saya, pasti sangat merepotkan, Pak. Anda tahu sendiri bagaimana istri saya."
Sejenak hening menggantung di antara mereka berdua.
“Kalau begitu, suruh Dona saja yang mengurus pakaian istri saya. Pastikan semua dikirim ke rumah. Buat Ratna mau menerimanya.”
“Siap, Pak. Saya juga akan ke mansion untuk ambil pakaian Bapak yang paling kasual. Saya minta ART di sana bantu pilih.”
“Cepat sebelum dia pulang,” ujar Robin pendek, lalu menutup telepon.
Robin, pun keluar dari kamar. Seketika hidungnya menangkap aroma lezat yang datang dari nasi goreng yang telah dingin. Bibirnya seketika terulas senyuman dan di bawah mangkuk kaca besar, wadah nasi goreng, ada selembar kertas catatan dari Ratna.
Bang, aku pulang ke kontrakan dulu sebentar ya. Tadi kamu terlihat terlalu lelah, makanya tidak aku bangunkan. Kemarin kamu ingin sarapan pakai nasi goreng kan? Semoga nasinya masih hangat saat kamu menikmatinya.
—Ratna
Senyuman di bibirnya terulas semakin lebar. "Meskipun dingin sekalian, tetap akan aku lahap sampai habis, Sayang," gumamnya dengan semangat memindahkan nasi tersebut ke dalam piring.
Di saat itu pula, ia baru menyadari sesuatu yang tak pernah ia rasakan selama ini. "Ternyata, memiliki istri itu memang seindah ini. Jika tahu semenjak dulu, ada Ratna yang menjanda semenjak itu, pasti akan langsung kuajak menikah," gumamnya mulai menyuapi makanan satu per satu.
Sejenak, ia teringat Nancy, seorang di masa lalu yang membuatnya memutuskan untuk tidak akan menikah karena perbuatan wanita itu.
"Ratna yang menyadarkanku bahwa tak semua wanita gila harta. Tak semua wanita memandang status laki-laki. Apalagi, dia adalah wanita pekerja keras."
Tok
Tok
Tok
Terdengar ketukan pintu yang sangat cepat. Robin segera membuka pintu dan Wirya segera memasukan koper yang cukup besar ke dalam rumah.
"Semua sudah lengkap, Pak."
Robin mengangguk, memberi isyarat agar Wirya segera pergi. Ia menarik koper masuk, lalu melihat motor baru yang diparkir di depan rumah.
“Ini motor siapa?” suara Ratna terdengar dari belakang.
Robin menoleh. Ratna sudah berdiri di depan pintu, menatapnya curiga. Ia langsung mengangkat koper, melemparkannya asal ke kamar sebelah.
“Akhirnya kamu balik juga, Sayang,” ucap Robin dengan senyum kikuk. Wajahnya bersiap menghadapi banyak pertanyaan.
"Bang, kok diam aja? Ini motor siapa? Tadi, ada bapak-bapak pakai jas, rapi dan bersih banget baru keluar dari halaman rumah kita, siapa dia?"
"Permisi ...."
Kepala mereka berdua serempak menatap ke arah sumber suara. Di sana, ada wanita cantik bersahaja, rapi ala-ala kantoran, yang membawa beberapa bungkusan paperbag di tangannya.
Wajah Ratna mengernyit bergantian menatap Robin dan wanita cantik itu.
'Sial, apa yang harus aku jawab? Kenapa semua datang secara bersamaan begini?'
*Mohon bantuan buat besok ya pembaca yang semua, jika ada vote buat besok, sedekah buat aku ya 🙈🙏 memohon dengan lembut 🥰 komen juga ya, biar popularitasnya naik dengan cepat*