Jiwanya tidak terima di saat semua orang yang dia sayangi dan dia percaya secara bersama-sama mengkhianatinya. Di malam pertama salju turun, Helena harus mati di tangan anak asuhnya sendiri.
Julian, pemuda tampan yang berpendidikan dibesarkan Helena dengan penuh cinta dan kasih sayang. Tega menghunuskan belati ke jantungnya.
Namun, Tuhan mendengar jeritan hatinya, ia diberi kesempatan untuk hidup dan memperbaiki kesalahannya.
Bagaimana kisah perjalanan Helena?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisy hilyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Diusir
"Kenapa harus Julian? Ada yang kalian sembunyikan dariku?"
Suara Helena yang tiba-tiba terdengar menyentak ketiga manusia dewasa di dalam kamar tersebut. Terutama Ferdinan yang seketika berubah pucat dan bergetar. Helena melangkah masuk, menatap Lusiana yang terduduk dengan kepala tertunduk.
Keadaannya sudah lebih baik, tapi berpura-pura menjadi sosok yang lemah. Helena tersenyum, ingin tertawa sekeras-kerasnya melihat reaksi suami dan ibu mertua. Dulu, mereka begitu angkuh dan sombong. Menyetir Helena semau mereka.
"Jangan salah paham, Nak. Ini tidak seperti yang kau pikirkan," ucap ibu mertua mencoba menjelaskan.
Helena tersenyum, melirik tajam pada wanita tua itu yang ingin terlihat bijaksana.
"Iya, sayang kau salah paham," timpal Ferdinan seraya beranjak dari ranjang dan mendekati Helena.
Tangannya dengan berani terjulur hendak menyentuh Helena, tapi ia sudah terlanjur merasa jijik terhadap suaminya sendiri. Helena menghindar, tak ingin bersentuhan dengannya. Ia menatap Ferdinan dengan mata tajam dan dingin, seolah-olah sedang mengulitinya.
"Kau pikir aku sudah setua ibumu itu? Tidak mendengar dengan baik apa yang kalian perbincangkan," sentak Helena dengan nada ditekan menahan geram.
Semakin dibuat serba salah perasaan Ferdinan, ia menatap ibunya meminta bantuan. Namun, memang tak ada kata untuk melakukan serangan balik terhadap Helena.
"Lusiana, katakan padaku kenapa harus Julian? Apakah dia anak kandungmu, kerabat mu? Atau anak hasil hubungan gelap antara kau dan suamiku?" ujar Helena.
Mereka bertiga terhenyak mendengar pernyataan terakhir Helena. Tepat sekali, Julian adalah anak hasil hubungan gelap mereka berdua. Ketiganya bungkam, ekspresi wajah mereka sama semua. Helena tersenyum puas melihat itu, tapi kemudian dia tertawa meralat ucapannya sendiri.
"Haha ... tak mungkin dia anak kalian. Bukankah kau hanya sekretaris suamiku, bukan simpanannya." Helena kembali tertawa, membuat lega mereka bertiga.
"Iya, itu sangat tidak mungkin. Dia hanya sekretaris ku tak mungkin aku menjadikannya simpanan, bukan?" ucap Ferdinan tersenyum dipaksakan.
Helena mendengus, tapi mengikuti alur yang dibuat Ferdinan.
"Oh, benarkah? Aku kira kau sama seperti yang lain. Menjadi seseorang yang lupa pada siapa yang menjadikan mu seperti ini. Seperti kata pepatah, kacang lupa pada kulitnya," sahut Helena sambil tersenyum.
Bodoh! Kalian membongkarnya sendiri. Sepandai apapun menyembunyikan bangkai, busuknya akan tetap tercium.
"Benarkah? Lalu, kudengar suamiku akan menghukum ku hari ini. Aku ingin tahu hukuman apa yang akan dia berikan kepadaku? Apakah akan mengurungku di ruang bawah tanah lagi seperti yang sudah-sudah?" Helena tersenyum, melangkah mendekati Ferdinan.
Ia mendongak, bersitatap dengan manik laki-laki itu yang terlihat gugup.
"Ada apa? Apakah itu juga hanya bergurau saja? Atau kau memang berani menghukum ku?" katanya lagi sembari meraba dada Ferdinan yang terasa berdegup.
Laki-laki itu diam seribu bahasa, mulutnya terkunci rapat. Tak mampu menjawab kata-kata Helena.
Lusiana menatap geram, cemburu membakar hatinya melihat apa yang dilakukan oleh Helena terhadap Ferdinan. Helena mengalungkan tangannya di leher Ferdinan, sama seperti dulu saat ia menggodanya. Hanya saja sekarang berbeda, Helena tak lagi menginginkan Ferdinan.
"Kau salah dengar, sayang. Aku tidak mengatakan itu. Kau tidak melakukan kesalahan, mana mungkin aku menghukum mu," kilah Ferdinan merangkul pinggang ramping Helena yang selama ini ia abaikan.
Sial! Aku tidak pernah menduga Helena secantik ini. Dia bahkan jauh lebih menarik dari pada Lusiana.
"Eh, Helena. Apa kau membeli sesuatu untuk Julian? Dia sudah menunggumu dari tadi," ujar ibu mertua mencoba mengalihkan perhatian. Ia tak suka melihat kedekatan mereka.
Helena melirik, melepaskan tangannya dari Ferdinan dan menoleh padanya.
"Aku tidak ingat aku mengatakan akan membelikan Julian juga. Ibu, apakah aku melupakan sesuatu?" sahut Helena menatap ibu mertua dingin meskipun tersenyum.
Wanita tua itu berpaling, menghindari tatapan Helena.
"Tidak. Kau tidak mengatakan itu," jawab ibu mertua pelan.
Helena menghilangkan senyum di wajahnya, menegakkan tubuhnya, menatap Lusiana.
"Lancang! Siapa yang membawamu ke kamar ini? Bukankah kau tinggal di rumah belakang? Kenapa tidak di sana?" hardik Helena kembali menyentak tubuh mereka.
Lusiana mendongak dengan kedua belah bibir terbuka, begitu pula dengan Ferdinan. Suasana yang sempat terasa hangat beberapa saat, kembali membeku dan membuatnya tak dapat berkutik.
"Apa mungkin itu suamiku sendiri yang membawamu ke sini?" ucap Helena lagi, menatap tajam pada kedua manik Helena.
Lusiana menggeleng pelan.
"Bu Lina! Keluarkan barang-barangnya dari kamar dan buang keluar rumah! Aku tak ingin melihatnya ada di rumah ini!" perintah Helena seraya berbalik hendak pergi.
Ketiganya membelalak tak percaya, terlebih Julian yang menatap tak suka pada Helena.
"Tidak! Kau tidak boleh mengusirnya! Biarkan dia tinggal di sini!" teriak Julian yang berada di dekapan ibu mertua.
Helena kembali berbalik, tersenyum bibirnya melihat wajah polos anak itu.
"Maka silahkan kau juga keluar temani wanita itu pergi!" ketus Helena melayangkan tatapan tajam mematikan.
Ibu mertua terhenyak, memeluk Julian dengan cepat. Tak rela berpisah dengannya.
"Ibu, kau jangan menghalanginya untuk pergi. Bukankah dia selalu membela wanita itu? Kenapa tidak menjadi anaknya saja?" lanjut Helena yang tertawa melihat ekspresi wajah Julian dan Lusiana.
Helena menegakkan tubuh, tak ada lagi senyum ramah. Dia ingin menjadi penjahatnya untuk saat ini.
"Seret wanita itu keluar sekarang juga!" titah Helena tak terbantahkan.
"Tapi, Helena, dia baru saja keluar dari ruang bawah tanah," ucap ibu mertua membela.
"Dulu, kalian langsung memintaku mengerjakan ini dan itu setelah kalian hukum di ruang bawah tanah sana. Kenapa sekarang kalian membela orang luar? Siapa sebenarnya menantumu, Ibu? Aku atau dia? Atau kau akan menggantikan aku dengannya?" Helena berubah sendu, tapi detik berikutnya, dia kembali menjadi dingin.
Ibu mertua terdiam, apalagi Ferdinan. Keduanya tak berkutik saat Lina dan para pelayan menyeret Lusiana keluar dan melempar tubuhnya ke halaman yang dipenuhi salju.
"Helena, awas kau! Aku tidak terima diperlakukan seperti ini!" jerit Lusiana, tapi tak ada yang menggubris.
dan kekuatan sekali jika itu adalah ayah kandungnya si Keano 👍😁
Tapi kamu juga harus lrbih berhati” ya takutnya mereka akan melakukan sesuatu sama kamu dan Keano 🫢🫢🫢