Clarissa, yang terikat oleh sistem terpaksa harus menjalani dua kehidupan lagi agar dia bisa mati dengan tenang.
Setelah dalam kehidupan sebelumnya, suskses sebagai wanita karir yang dicintai oleh keluarga dan semua orang, kini dia terlempar ke jama di era 80 an yang terlahir sebagai bayi dari keluarga buruh tani miskin yang tinggal di desa Sukorejo.
Misi kali ini adalah mengentaskan keluarganya dari kemiskinan dan menjadi wanita suskse seperti sebelumnya.
Mampukah Clarissa yang kini bernama Lestari,seorang bayi dengan otak dan pemikiran wanita dewasa,yang sudah pernah jatuh bangun dalam menjalankan usahanya mampu menyelesaikan misinya?
Kehidupan di era 80 an tidaklah mudah, keterbatasan alat dan juga masih tingginya praktek KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) membuat hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi Lestari yang dalam kehidupan sebelumnya banyak ditunjang oleh kemajuan teknolgi dan percepatan informasi.
Penasaran...
ikuti terus kisa Lestari dalam cerita ini!
HAPPY READING...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julieta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PERGI KERUMAH NENEK
“Pak, besok guru-guru disekolah ada rapat sehingga kami diliburkan. Bagaimana jika besok bapak membayar pegawai pagi saja dan meliburkan mereka. Kita bisa pergi menjenguk ibu dan adik dirumah kakek dan nenek”, ucap Gito memecah kesunyian malam.
Mendengar ucapan sang kakak, Aan dan Narto pun terlihat sangat bersemangat. “Benar itu pak, ayo kita jenguk ibu dan adik”, ujar keduanya kompak.
Supardi yang sejak sore sudah merasa bersalah terhadap istrinya karena sempat terpedaya oleh Jumilah pun segera mengangguk setuju.
“Baiklah. Sekarang kalian segera tidur. Besok setelah membayar para pekerja, bapak akan mengajak kalian kerumah kakek dan nenek di kota”, jawab Supardi.
“Yey...besok kita akan bertemu adik!”, teriak Aan dan Narto heboh.
Ketiganya segera berjalan cepat menuju kamar mandi, menyikat gigi dan mengambil air wudhu. Hal yang sudah menjadi kebiasaan yang harus mereka lakukan ketika hendak tidur.
Setelah ketiga anaknya masuk kedalam kamar, Supardi yang masih duduk diruang tamu, hanya bisa menatap kegelapan malam dari balik jendela yang masih belum tertutup gorden, ditemani secangkir kopi yang tinggal setengah.
Hatinya merasa sangat bersalah kepada istrinya atas apa yang terjadi siang tadi. Jika saja tak ada kejadian yang membuat Jumilah kehilangan kesadaran hingga berguling-guling dilantai, entah apa yang akan dia katakan nanti kepada Srikandi mengenai perilakunya yang tak terpuji itu, meski semua yang dilakukannya berada dibawah alam bawah sadarnya akibat pengaruh susuk pemikat yang Jumilah miliki.
Untuk menenangkan diri, Supardi mengambil sebatang rokok yang dia selipkan diatas buffet yang ada diruang tamu, dan dihisapnya dalam-dalam agar kegundahan hatinya bisa sedikit reda.
Supardi bukan perokok, dia hanya akan menghisap gulungan tembakau tersebut jika benar-benar sedang pusing dan suntuk seperti ini. Jika tidak, dia sama tak akan menyentuhnya agar tindakannya tak diikuti oleh anak-anaknya.
Setelah menghabiskan satu batang rokok, Supardi pun masuk kedalam kamar untuk beristirahat karena besok dia harus menempuh perjalanan yang lumayan jauh.
***
Keesokan harinya, para pekerja yang datang langsung diberi upah merasa terkejut karena tak menyangka jika hari ini mereka akan diliburkan.
Meski terkejut, mereka juga memaklumi sikap Supardi yang ingin segera pergi kerumah mertuanya yang ada dikota untuk menjemput istri dan anaknya karena apa yang terjadi kemarin sudah menyebar keseluruh desa dan semua orang pun sudah mengetahuinya.
“Iya Pardi, ajak istri kamu pulang karena kita tak tahu hal nekat apalagi yang akan Jumilah lakukan terhadap kamu dan keluargamu, mengingat dia tampaknya begitu terobsesi denganmu”, ucap budhe Sumiati mengingatkan.
“Benar yang dikatakan Sumiati le, orang yang sudah gelap mata akan menghalalkan segala cara. Dengan adanya istrimu dirumah, hal ini bisa mengurangi kesalahpahaman yang ada”, ucap mbah Nah menimpali.
“Enggeh budhe, mbah. Terimakasih atas nasehatnya. Saya juga berencana akan membawa Srikandi dan Tari pulang hari ini agar saya dan anak-anak bisa lebih tenang”, ucap Supardi.
Setelah membayar para pegawainya, Supardi pun mengunci semua tempat, termasuk tempat usahanya sebelum dia tinggal pergi kekota.
Tak lupa, dia menitipkan rumah ke tetangga kanan dan kirinya karena takut jika dia baru akan pulang keesokan harinya.
Sementara itu di kediaman Anton, karena hari sabtu semua orang pun libur beraktivitas dan memilih untuk menghabiskan waktu bersama karena sebentar lagi Tari akan pulang.
Ketika tengah berkumpul dihalaman depan setelah sarapan, tiba-tiba Tari berteriak “Ibu, ayah dan kakak akan datang sebental lagi!”.
Teriakan Tari tentu saja membuat atensi semua orang yang tengah bercakap-cakap santai langsung mengarah kepadanya.
“Oh, ayah dan kakakmu sudah dalam perjalanan kemari ya...”, ucap Sulastri sambil membantu Tari yang beberapa kali terjatuh ditanah ketika sedang belajar berjalan.
Lestari dengan tubuh gemuknya yang putih berjalan terhuyung-huyung. Meski beberapa kali terjatuh ketika berjalan menuju Srikandi, bayi kecil itu menolak untuk dibantu berdiri oleh Sulastri.
“Nenek! Aku bisa sendili! Jika nenek telus membantuku, kapan aku bisa belali kealah ibu”, ucap Tari protes.
Melihat ekpresi serius dan ucapan penuh ketegasan dengan nada cadel, bahu Sulastri bergetar hebat berusaha menahan tawa yang sudah hampir tersembur keluar.
Tak ingin cucunya ngambek, Sulastri pun berusaha menahan diri. “Ya, cucu nenek memang hebat. Ayo semangat Tari”, ucapnya sambil mengepalkan satu tangannya disamping tubuhnya memberi semangat.
“Semangat Tari!”, teriak Arjuna menimpali.
Melihat Tari tampak sangat bersemangat, semua orang pun bertepuk tangan sambil mengeluarkan kata-kata semangat untuk bayi mungil itu.
Beberapa orang yang lewat, mendengar keramaian yang tak biasa dari rumah Anton pun berhenti untuk melihat.
Ditengah halaman dapat semau orang lihat ada balita mungil bertubuh gemuk putih tampak tengah belajar berjalan menuju kearah ibunya. Sementara semua anggota yang lainnya tampak menyemangatinya dari sisi taman.
Melihat hal itu, hati semua orang yang lewat dan mengintip keseruan itupun merasa hangat sekaligus geli sehingga mereka tertawa kecil melihat Tari terjatuh namun kembali bangkit untuk melanjutkan perjuangan berjalan menuju ibunya.
Selama berada di rumah neneknya, perkembangan tubuh Tari mengalami kenaikan yang pesat akibat susu formula yang mulai dikonsumsinya sehingga orang tak akan menyangka jika yang tengah belajar berjalan itu adalah bayi yang baru berusia lima bulan karena bentuk tubuhnya hampir mirip dengan balita berusia satu tahunan.
Lestari yang diberikan suntikan semangat oleh anggota keluarganya pun berusaha menunjukkan hal yang terbaik dari dirinya.
Duumm... Duumm... Duumm...
Supardi dan ketiga anaknya yang baru saja berbelok menuju rumah Anton, melihat kerumunan yang ada didepan pagar rumah mertuanya, dia mengernyitkan keningnya heran.
“Ada apa? Kenapa didepan rumah ayah mertua ramai sekali?”, batinnya bingung.
Karena banyak orang didepan rumah, Supardi memarkirkan motornya diluar. Bersama ketiga anaknya, dia menerobos kerumunan.
“permisi...”, ucap Supardi.
Begitu Supardi dan ketiga anaknya masuk, berbarengan dengan Tari yang tiba dipelukan Srikandi setelah berhasil menyelesaikan berjalan setengah halaman.
Sorak soraipun terdengar, bukan hanya suara anggota keluarga saja yang terdengar nyaring, bahkan para penonton dadakan pun juga ikut bergembira melihat bayi montok cantik itu menyelesaikan misinya.
Medengar suara yang riuh, Anton dan keluarganya menoleh kearah pintu pagar dimana beberapa tetangganya datang melihat, juga ada menantu dan ketiga cucu lelaki yang tampaknya baru saja tiba.
“Eh, kenapa tiba-tiba banyak orang?”, batin semua orang terkejut.
Anton dan keluarganya terlalu fokus kepada Tari sehingga mereka tak menyadari jika aksi heboh keluarganya menarik minta para tetangga yang lewat untuk datang melihat.
“Ini cucunya ya bu Lastri? Cantik sekali”, sapa tetangga dengan antusias.
“Iya, hebat tidak nangis meski terjatuh beberapa kali”, ucap yang lainnya menimpali.
“Wah, habis ini bu Lastri tak akan bisa kemana-mana karena cucunya pasti tak bisa ditinggal sebentar saja jika sudah mulai berjalan seperti ini”, celetuk yang lainnya.
Sulastri pun menanggapi sapaan para tetangganya sementara Lesatri kini sudah bermain dengan ketiga kakaknya yang langsung datang mengerubunginya.
rupanya kelahiran clarissa x ini bener2 di pelosok makanya blm ada listrik di th 80an ...
wowww..jualannya laris manis..pasti bakal ada yg iri tu...
jahat banget ya tu orang katanya mau meringankan padahal dia mau uang tuk sendiri...
hayu anak2 buat budhemu kelimpungan...bair nyahok
tp siapa tu yg nguping di balek pohon ya