Viona mendapati sang mama yang tiba-tiba menikah lagi tanpa persetujuan darinya, membuat gadis itu menolak tegas dan menentang pernikahan itu. Ia yang awalnya sangat membenci ayah barunya karena usia sang ayah tiri jauh lebih muda dari ibunya, kini justru kepincut ayah tiri nya sendiri. Yuk kepoin bagaimana ceritanya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arish_girl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menolong Viona dan Sisil
Fiona dan Sisil terlihat tergeletak di atas kasur bagaikan ikan yang terlepas dari habitat aslinya. Mereka tampak seperti ikan yang kehausan, meracau tak jelas sehingga membuat Candra semakin bersemangat untuk menyentuh kedua Gadis Remaja tersebut.
Chandra melepas kemejanya, dengan bertelanjang dada pria paruh baya itu mendekat ke arah Fiona. Penampilan Fiona lebih mendominasi pikiran Chandra daripada Sisil. Fiona yang terlihat begitu menggoda dengan belahan dada yang bulat dan menonjol besar, apalagi pakaian yang dikenakan Fiona sudah hampir terlepas separuhnya. Candra menggigit bibirnya, bayangan liar bermain panas dengan gadis itu memenuhi otaknya.
Dengan langkah lebar, Chandra segera mendekati Fiona yang terlentang di atas ranjang. Mata besarnya menatap liar tubuh Viona dari atas hingga ke bawah. Kemudian dengan tidak sabar tangan besarnya meremas lembut gundukan dua bola sintal milik Fiona. Viona meringis menikmati sentuhan tangan Candra. Akibat dari dosis obat perangs4ng yang ia minum terlalu tinggi, Viona mendesah.
Sementara Sisil yang melihatnya menggigit bibirnya, ia mendekati Chandra. "Aku juga mau Om!" desisnya juga ingin diperlakukan sama seperti Fiona.
"Sabar, sayang! gantian dulu! aku masih mau bermain dengan temanmu dulu! baru setelah itu giliranmu!" ucap Chandra menyeringai lebar. betapa senangnya hati pria itu karena dua wanita cantik telah menemani malamnya.
"Om Kemarilah! aku sudah tidak sabar!" racau Viona.
Chandra dengan keperkasaannya langsung menjatuhkan tubuhnya di atas tubuh Fiona, Dia ingin menuntaskan hasratnya, namun bersamaan dengan itu pintu kamar hotel itu di dobrak oleh seseorang.
BRAK... BRAK...
Seketika Chandra terkejut, ia menoleh. Terlihat dua orang pria berdiri dengan gagahnya, layaknya seorang Arjuna yang hendak menyelamatkan Dewi Sinta dari cengkraman Rahwana.
Dengan tergesa-gesa Chandra memasang kembali resleting celananya yang sempat ia buka, kemudian dengan wajah merah penuh amarah dia berdiri dan mendekati dua pria itu. "siapa kalian? berani-beraninya masuk ke kamar ini? kamar ini adalah kamar VIP, kalian tidak boleh sembarangan masuk atau kalian akan aku laporkan pada security hotel ini.
plak plak plak
Tanpa ada jawaban ataupun sahutan, pria itu langsung melemparkan pukulan telak ke wajah Chandra, Candra terhuyung-huyung. Ia yang sedang panik dan tidak siap langsung terjengkang ke belakang. "berani-beraninya Kau bermain dengan gadis-gadis ini, hah??!!" Apa kau tidak tahu malu sampai harus merusak gadis-gadis ini!" teriak pria itu yang tak lain adalah Steven.
"apa urusanmu melarangku untuk membawa gadis-gadis ini, hah?!! mereka ikut denganku dengan sukarela, aku akan membayar mereka setelah ini, itu adalah kesepakatan kami." balas Candra membela diri.
"Cuih!! omong kosong! dasar pria hidung belang! bi4dab. Apa Kau pikir aku akan percaya dengan omonganmu!!" bentak Steven dengan telunjuk menunjuk ke arah hidung pria itu. "Dengarkan Aku pria hidung belang!! aku tahu siapa dirimu. ingat apa yang akan kulakukan setelah ini padamu, aku akan membatalkan kerjasama dengan perusahaan Soraya Group milikmu." ancam Steven.
Chandra menelan ludahnya kasar, Ia baru menyadari bahwa pria yang sedang di depannya ini adalah pemilik perusahaan besar yang sedang ia dekati. "Maafkan saya Tuan Steven, Saya tidak tahu jika gadis-gadis ini adalah milik anda. Tolong jangan batalkan kontrak kerja sama kita." kata chandra dengan nada memohon, akan tetapi Steven tidak peduli, dia justru mengangkat kakinya dan menendang Candra hingga terjengkang.
"Mark..! segera bawa Sisil! aku akan membawa Viona." titahnya pada sang asisten.
Mark mengangguk, kemudian memapah, Sisil.
"eh, lo siapa? gue mau di bawa kemana?" tanya Sisil sudah mulai sadar. "gue mau om Steven yang gendong gue!!" racaunya.
"sudah!! jangan banyak bicara! Ayoo ikut aku." kata Mark.
Sedangkan Steven langsung menggendong Viona dan membawanya keluar dari kamar hotel itu.
"om, ayoo main!!" racau Viona begitu Steven meletakkan Viona di samping kemudi.
Viona menatap Steven dengan bergairah. Tatapan mata gadis itu memelas, seakan meminta sesuatu agar terbebas dari belenggu yang bergelora di dadanya. "Tolong aku!!" Tangan Viona meremas kuat lengan Steven.
Steven menatap lekat mata Viona. pria itu mengikis jarak dirinya dengan Fiona, bibirnya menyentuh lembut bibir Viona yang merah muda. Viona memeamkan mata, ada sesuatu yang mendorongnya untuk merasakan sentuhan lebih dalam dari Steven Ayah tirinya. Akan tetapi belum sampai jauh Steven mendekatkan diri pada Fiona, dering ponsel tiba-tiba menghentikan aksinya.
Steven merogoh ponsel yang ada di atas dasbor mobil dan menatap layar. "Mark?"
"iya halo Mark?" ucapnya.
"bos, Saya harus bawa kemana gadis ini?" tanya Mark di telepon.
"Astaga!" Steven menepuk jidat, ia sampai lupa kalau dia sedang meminta Mark untuk mengamankan Sisil. "halo, Mark! kau bawa saja Sisil ke rumahmu." ucap Steven asal.
"waduh!! jangan, bos. ntar mak saya marah, jika bawa anak gadis orang." sahut Mark.
"ya sudah, kamu bawa saja ke hotel. Yang terpenting kamu harus pastikan Sisil aman terutama dari Chandra si hidung belang." kata Steven sudah tak tahu lagi, kemana Sisil harus di amankan.
Steven langsung mematikan panggilannya sepihak. Kini ia harus fokus pada Viona yang berada di sampingnya. Steven menatap Fiona penuh Iba, Viona membalas tatapan itu dengan menggigit Bibir bawahnya, baru saja dia Hampir berciuman dengan Steven Andai tidak terganggu oleh deringan telepon. Tangan Fiona menjulur meraba ke arah paha Steven kemudian merambat menuju sesuatu di tengah selangkangan. "tolong aku!" desahnya.
"sabar Fiona!" Aku akan segera membawamu pulang!" kata Steven sembari menarik pedal gas kemudian melaju menuju rumah dengan kecepatan tinggi menembus kegelapan malam.
Tak Butuh waktu lama, akhirnya Steven sudah sampai di rumah. Steven segera mengeluarkan Fiona dari mobil dengan cara menggendongnya. Sepertinya kesadaran Fiona belum stabil, Gadis itu selalu saja menatap ke arah Steven dengan menggigit bibirnya, jari-jari tangannya tidak berhenti meraba wajah hingga ke bibir Steven membuat even sendiri menjadi menggelora.
"Vio! tolong jaga sikapmu! aku akan menyembuhkanmu!" ucap Steven tidak ingin tergoda dengan sikap Fiona yang di luar kesadaran.
"Kenapa kamu selalu menolakku? sedangkan kamu mau sama mamaku? apa aku tidak secantik mama?" ucap Viona lirih.
"Dengar!! Kau sekarang di bawah pengaruh alkohol. Jangan memancingku untuk berbuat sesuatu yang tidak bisa aku lakukan padamu." ucap Steven menjelaskan.
"aku tidak perduli, aku mau kau menjadi milikku!" desah Viona sembari menarik kemejanya hingga sobek. Aku mendengarmu sedang main dengan mama. Aku juga mau!" keluhnya! Tangan Viona melepaskan kemejanya kemudian menunjukkan isi dari bulatan dadanya kepada Steven.
"cukup Vio!" pekik Steven tak tahan. Jantung Steven berpacu kencang, nafasnya memburu, Steven adalah pria normal, bukan suatu hal yang tak mungkin hasrat ke lela kiannya terpancing di saat seorang gadis cantik malah menggodanya.