NovelToon NovelToon
Istri Kontrak Sang Duda Kaya

Istri Kontrak Sang Duda Kaya

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Cinta Paksa / Pelakor / Diam-Diam Cinta / Kaya Raya
Popularitas:5.9k
Nilai: 5
Nama Author: NurAzizah504

Demi melunasi utang ayahnya yang menumpuk, Rumi rela menikah kontrak dengan Radit, duda kaya raya yang kehilangan istrinya tiga tahun silam karena perceraian.

Bagi mereka, pernikahan ini tak lebih dari sekadar kesepatakan. Rumi demi menyelamatkan keluarganya, Radit demi menenangkan ibunya yang terus mendesak soal pernikahan ulang. Tak ada cinta, hanya kewajiban.

Namun seiring waktu, Rumi mulai bisa melihat sisi lain dari Radit. Pria yang terluka, masih dibayang-bayangi masa lalu, tapi perlahan mulai membuka hati.

Saat benih cinta tumbuh di antara keterpaksaan, keduanya dihadapkan pada kenyataan pahit, semua ini hanyalah kontrak. Dan saat hati mulai memiliki rumah, mereka harus memilih. Tetap pada janji atau pergi sebelum rasa itu tumbuh semakin dalam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NurAzizah504, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

2. Pertemuan yang Tak Direncanakan

Radit terdiam dan menatap Rumi sejenak. Sorot matanya berubah, dari ragu menjadi lembut. Seolah tawaran sederhana itu menyentuh sisi hatinya yang selama ini terkunci rapat.

"Lupakan." Radit tiba-tiba berkata.

Dipaksa bagaimanapun, mulut Radit seolah bungkam. Ia tidak bisa membiarkan perasaan nyaman mendekap dirinya.

Radit sudah pernah kecewa oleh cintanya di masa lalu. Rasa kecewa itu menjadi trauma terbesar untuk dirinya.

"Aku ... mau tidur dulu. Kamu juga jangan lupa istirahat."

Rumi menatap punggung tegap Radit yang perlahan menghilang dalam remang-remang. Bergegas ia menghabiskan makan malamnya dan bersiap untuk tidur juga.

.....

TK Pelangi Kecil, tempat yang sudah jadi rumah kedua bagi Rumi selama hampir tiga tahun. Di sana, semua orang sudah seperti keluarga.

"Kemarin kok nggak masuk, Rum? Kenapa, sih?" Novi mendekat sambil menyunggingkan senyum penuh rasa ingin tahu.

Rumi menoleh, wajahnya agak canggung. "Ah, aku cuma kurang enak badan, Nov. nggak apa-apa, kok."

Novi mengerutkan dahi, matanya tak percaya. "Kurang enak badan kok nggak bilang? Aku kan bisa jenguk kamu, lho. Masa sahabat sendiri nggak diurus?"

Rumi tertawa kecil, tapi dalam hatinya ada rasa bersalah. Ia memilih diam, menyimpan rahasia yang berat.

Tiba-tiba, mata Novi tertuju pada cincin emas yang berkilau di jari manis Rumi. "Eh, itu cincin dari mana, Rum? Sejak kapan kamu pakai?"

Rumi buru-buru menyembunyikan tangannya di balik tubuhnya. "Ah, ini cuma cincin biasa, Nov. Nggak ada apa-apa kok."

Novi maju selangkah, ekspresinya serius. "Bohong! Mana ada cincin biasa yang seindah itu? Lagian tadi aku lihat kamu diantar pakai mobil, biasanya kan motor sendiri."

Rumi menghela napas panjang, akhirnya menyerah. "Iya, Nov. Aku memang baru menikah."

Novi terkejut, matanya melebar. "Serius? Kok kamu nggak bilang-bilang?"

Rumi menunduk, suaranya pelan dan berat. "Ini pernikahan kontrak. Aku nggak mau semua orang tahu."

Novi mendekat, menatap mata Rumi penuh perhatian. "Pernikahan kontrak? Maksudnya gimana? Cerita, dong! Aku di sini buat kamu, Rum."

Rumi menggigit bibir, hatinya bergejolak. "Sebenarnya ... aku nikah sama seseorang yang aku nggak kenal baik. Ini semua karena keadaan."

Novi duduk di samping Rumi, menggenggam tangannya. "Kamu nggak sendirian, ya. Cerita aja sama aku, apapun itu."

Rumi menatap sahabatnya, air mata mulai menggenang. "Aku takut, Nov. Takut nanti orang-orang akan menilai aku. Aku nggak mau kehilangan pekerjaan juga."

Novi mengusap punggung Rumi lembut. "Kamu kuat, Rum. Aku percaya kamu bisa melewati ini. Tapi kamu harus ingat, aku ada di sini. Kita hadapi bareng-bareng."

Suasana jadi hening sejenak, sebelum akhirnya mereka bersiap untuk mulai mengajar. Novi tahu, suatu saat nanti Rumi akan membuka semuanya kepadanya. Dan dia siap menjadi pendengar terbaik.

.....

Ruangan itu terlihat begitu sunyi meski tiga orang dewasa tampak duduk di sana.

Rumi menunduk, menatap jari-jari tangan yang saling bergenggaman.

Di depannya, seorang wanita paruh baya menatap matanya dengan tajam.

"Capek-capek Mama menyekolahkan kamu hingga ke luar negeri, tapi lihat seperti apa pilihan kamu sekarang. Seorang perempuan miskin yang tak jelas asal usulnya."

Rumi semakin dalam menundukkan kepala. Hatinya perih mendengarkan hinaan langsung untuknya. Tapi jangankan menjawab dengan kalimat yang sama pedas, membalas tatapan mertuanya saja ia tidak bisa.

"Perempuan ini istriku, Ma. Namanya Rumi. Aku harap, Mama dapat memanggilnya dengan baik," bela Radit yang duduk tepat di sebelah Rumi.

"Mama pikir, kamu menolak Reva karena kamu punya calon yang lebih baik dari dia. Tapi kenyataannya apa? Bahkan asisten di rumahnya saja, tampak jauh lebih berkelas dari perempuan ini. Mama benar-benar kecewa sama kamu, Radit."

Rumi pikir, di dunia ini hanya bapaknya saja yang mempunyai mulut paling tajam. Ternyata tidak. Widya─berhasil memecahkan rekornya.

Auranya tampak begitu dingin dan mematikan. Gayanya berkelas dengan rambut pendek yang di-stylish rapi. Baju yang ia pakai jelas bernilai jutaan. Sepatunya berkilat. Menampakkan aura old money yang sesungguhnya.

"Ma, tolong hargai pilihanku. Hanya Rumi yang pantas menjadi istriku. Bukan Reva atau lainnya."

"Terserah kamu sajalah. Mama capek."

Widya memandangi Rumi yang sejak tadi hanya menundukkan kepala. Dia bertanya dengan dagu sedikit terangkat, "Lulusan apa kamu?"

"Ma, kenapa harus bertanya begitu? Rumi tidak sedang interview kerja," decak Radit kesal.

"Hah, baiklah. Kalau begitu, kerja apa kamu sekarang? Atau jangan-jangan, kamu seorang pengangguran? Makanya kamu bersedia menikah dengan anak saya agar bisa menguras hartanya."

Radit menyugar rambut dengan pasrah. Ibunya selalu mempunyai seribu satu cara untuk menjatuhkan lawan bicaranya.

"Saya bekerja sebagai seorang guru TK, Ma." Rumi akhirnya menjawab.

"Hanya itu?"

Rumi menganggukkan kepala.

"Hm, beruntunglah kamu karena mendapatkan suami sekaya Radit. Tapi, ingat. Jangan pernah kamu memanfaatkan kekayaan anak saya demi kesenangan kamu semata. Kamu adalah perempuan miskin dan selamanya akan seperti itu."

Tanpa pamitan, Widya bangkit dan berjalan keluar rumah. Meninggalkan Rumi dengan mata berkaca-kaca, juga Radit yang tampak tak tega melihatnya.

"Maaf. Ucapan Mamaku pasti menyakitimu," lirih Radit pelan.

Rumi mengangkat kepala dan tersenyum lemah. "Hm, aku sudah sering menerima hinaan semacam itu. Tapi kadang-kadang, hatiku belum terbiasa."

"Aku tau Mama memang keras. Tapi aku juga tau, kamu nggak layak diperlakukan seperti tadi. Bersabarlah. Setidaknya untuk enam bulan ke depan. Setelah itu, kamu akan bebas."

Rumi mengangguk samar. Matanya mulai basah.

.....

Di kantin sekolah, suasana tampak santai, tapi percakapan antara Rumi dan Novi justru mengandung ketegangan yang tak terlihat di permukaan.

"Jadi gimana, Rum? Apa saja yang kamu dapatkan dari suami kayamu itu?" tanya Novi dengan nada penasaran setelah Rumi menceritakan tentang pernikahan kontraknya.

Rumi menatap sahabatnya, ragu sejenak sebelum menjawab dengan suara pelan, "Aku sudah dapat apa yang aku mau sejak awal. Mas Radit sudah melunasi semua hutang-hutang Bapak. Bapak bahkan nggak jadi dipenjara. Dan aku? Aku hanya menjadi istri supaya mamanya berhenti mencarikan istri lain buat dia."

Novi menatap tajam, tak percaya. "Serius cuma itu? Apa nggak ada yang lebih?"

Rumi mengangkat bahu, "Memangnya harus apa lagi?"

Novi menggeleng, lalu berkata dengan nada kesal, "Bodoh, Rum. Kamu harusnya manfaatin dia! Suamimu itu CEO, perusahaannya besar banget bahkan udah masuk ke daftar top. Menguras hartanya bukan cuma mungkin, tapi harusnya kamu lakukan. Uang sebanyak itu nggak akan bikin dia miskin."

Rumi tertawa kecil, tak habis pikir dengan komentar temannya. "Nggak mau ah, Nov. Ngapain juga kan?"

Novi membalas serius, "Aku serius, Rum. Kesempatan kayak gini nggak datang dua kali. Jangan sia-siain."

Rumi menghela napas dalam-dalam, matanya menatap jauh ke luar jendela. "Pernikahan ini cuma enam bulan, Nov. Percuma aku nguras dia. Lagipula, aku juga punya gaji sendiri. Kebutuhan aku di sana sudah terpenuhi."

Novi mendekat, suaranya menurun jadi hampir berbisik, "Rum, kadang kita harus pilih jadi licik untuk bertahan. Jangan cuma jadi korban yang pasrah. Kamu bisa lebih dari itu."

Rumi menatap Novi, hatinya bergejolak. "Mungkin kamu benar. Tapi aku juga ingin ini selesai dengan damai. Aku nggak mau jadi bagian dari permainan yang kotor."

Hening sesaat mengisi ruang kecil kantin itu, sebelum keduanya akhirnya tersenyum kecil, sadar bahwa perjalanan Rumi masih panjang dan penuh lika-liku.

.....

Saat menjadi istri Radit, Rumi dilarang mengendarai motor ke sekolah. Pria itu mempekerjakan seorang supir pribadi untuknya. Awalnya Rumi menolak. Namun, Radit bukanlah orang yang suka dibantah.

Sembari menunggu jemputan yang akan membawanya pulang, Rumi membuka ponsel untuk mengecek beberapa notifikasi masuk.

Namun, Anwar mendatanginya dan dengan kasar menarik tangannya.

"Bapak?"

"Aku butuh uang," ucap Anwar tepat ke intinya. Dilihat dari keadaannya, sepertinya Anwar tidak baik-baik saja.

"Uang buat apa, Pak? Bukannya baru semalam ya Rumi transfer?"

"Jangan banyak tanya! Aku butuh uang!"

Anwar langsung menarik tas Rumi dengan paksa dan mengobrak-abrik isinya untuk mencari dompet anaknya.

Rumi berusaha menahan. Namun, Anwar mendorongnya hingga terjatuh.

Kepala Rumi terbentur pembatas jalan. Meninggalkan jejak luka di dahi hingga mengeluarkan darah yang cukup banyak.

"Nah, gini kan enak." Anwar tersenyum lebar kala menemukan sejumlah uang dari Rumi. Tanpa ucapan terima kasih, pria itu melenggang pergi.

Melihat itu, tanpa sadar air mata Rumi menetes. "Ya Allah, sampai kapan Bapak kayak gini terus?"

Larut malam saat semuanya terlelap, Rumi terjaga sendirian. Ia merasa sangat haus.

Sebelum melangkah turun, Rumi melihat ke arah kamar Radit. Tak ada cahaya lampu yang menjalar di bawahnya. Menandakan bahwa pria itu mungkin belum pulang.

Di dapur, Rumi langsung mengisi gelasnya dengan air putih. Ia sempat melamun. Sampai tak sadar jika Radit berada tepat di belakangnya.

"Sedang apa?"

Rumi terperanjat hingga nyaris menjatuhkan gelas. Cepat-cepat ia mengelus dada dengan napas berembus lega.

"Kaget. Kirain siapa tadi," gumam Rumi. "Aku cuma mau minum. Haus banget soalnya. Mas Radit udah makan?"

"Belum. Dahi kamu kenapa?"

Rumi refleks menyentuh dahinya yang ditutupi perban. "Jatuh, Mas."

"Lain kali hati-hati," ucap Radit.

Rumi tersenyum dan mengangguk singkat.

"Aku mau mandi dulu."

Selepas kepergian Radit, Rumi bergegas menyiapkan makan malam. Ia melakukan tugasnya dengan baik. Tugas sebagai seorang istri di atas kertas.

Kesendirian Rumi terusik oleh getaran ponsel dari atas meja. Rupanya Radit tak sengaja meninggalkan benda itu di sana.

Saat Rumi hendak menyusul Radit untuk mengembalikan benda tersebut, sebuah pesan masuk menarik perhatiannya.

Tidur yang nyenyak ya, Sayang. Love you.

"Mas Radit punya pacar?" Rumi bergumam, matanya menatap dalam pada sederet nomor tanpa nama.

"Apa yang sedang kamu lakukan, Rumi? Mengecek ponselku tanpa izin?"

"Mas Radit ...."

Rumi gemetar ketakutan. Ia tertangkap basah walaupun kenyataannya tidak seperti itu.

"Ingat poin pentingnya. Jangan mencampuri urusan pribadi. Kamu sangat tidak sopan," ucap Radit dengan tegas.

1
Muliana
Semoga Rumi gak merasa tertekan dengan perhatian yang Radit berikan.
NurAzizah504: semoga saja ya. terlalu diperhatikan begitu jg ga enak rasanya
total 1 replies
Muliana
Dan dokter juga mengatakan jika kehamilan kamu butuh dijaga dengan ekstra
NurAzizah504: nah, benerr
total 1 replies
Tanz>⁠.⁠<
wah seru juga jadi guru TK, bisa sekalian main sama bocil bocil 🤭
NurAzizah504: iya nih. tp bocil2 kebanyakan bandel2 tuh, wkwk
total 1 replies
Tanz>⁠.⁠<
hemm...awas nanti jatuh cinta kamu loh 🤭
NurAzizah504: siap, kak /Joyful/
Tanz>⁠.⁠<: oke ku liatin ya 🤭
total 3 replies
Tanz>⁠.⁠<
cepat ninggoy aja gak sih 😆✌🏻
NurAzizah504: heh, bentr duluu /Facepalm/
total 1 replies
Tanz>⁠.⁠<
nada nga ngusir banget ya pak 😏
NurAzizah504: engga. baik hati itu lhoo /Facepalm/
total 1 replies
Tanz>⁠.⁠<
gak kebayang sekencang apa detak jantung Rumi saat itu 🥲
NurAzizah504: iya lagi /Sob/
Tanz>⁠.⁠<: pasti lagi berdisko detak jantung nya waktu itu 😭
total 3 replies
R 💤
cieee Novi...
NurAzizah504: cie cieeee
total 1 replies
R 💤
hahahahah
NurAzizah504: biasa, pak bidan /Joyful/
total 1 replies
R 💤
senangnya di perhatikan suami 😍
NurAzizah504: jdi pengen punya suami /Facepalm/
total 1 replies
R 💤
ikutt terharuu.....🥺🥺🥺
R 💤: semoga setelah ini mereka selalu diberi kebahagiaan thorr... titip Rumi ya Thor wkwk
NurAzizah504: akhirnyaa. setelah badai yang panjang /Sob/
total 2 replies
R 💤
separah itu fitnahnya, Astaghfirullah...
NurAzizah504: hukumannya pun ga kalah parah
total 1 replies
R 💤
wahaha rasakan kaliannn....
R 💤: makanya kak, awalnya aja sekongkol hadehh
NurAzizah504: mana udh saling menyalahkan lagi
total 2 replies
Yuuki Hakari
udah aku back yak kak, makasih udah mau mampir
NurAzizah504: aw, kembali kash juga, Kakk
total 1 replies
Santai Dyah
wah novi ceritanya malu2 ke rumi klo nauval bilang cinta ke dia
NurAzizah504: diterima ga nih /Facepalm/
total 1 replies
NurAzizah504
Jangan lupa bintang limanya, kawannn
Santai Dyah
lanjut Thor
NurAzizah504: siap, kak /Smile/
total 1 replies
Muliana
weuh deh bak meulakei, nyan ka lheh ku vote
NurAzizah504: aw, makasihh. singh beu weuh lom lah /Joyful/
total 1 replies
R 💤
mau seberapapun hujatan, jika suami berada di pihak kita, kita akan baik-baik saja
NurAzizah504: itulah kann. untungnya radit ga begitu. btw, kapan up cerita lagi?
R 💤: dunia istri dah pasti Hancur
total 3 replies
R 💤
serba salahhh jadi kamu Rum...yg sabarrr
NurAzizah504: iya, huhu. padahal bukan salahnya tauu
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!