NovelToon NovelToon
Terpaksa Menjebaknya Karena Cinta

Terpaksa Menjebaknya Karena Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: Cengzz

"Aku nggak punya pilihan lain." ucap adel
"Jadi kamu memang sengaja menjebakku?" tanya bima dengan nada meninggi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cengzz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

19

Pagi itu, Adel sudah rapi dengan seragamnya. Rambutnya dikuncir kuda, dan tas sekolahnya sudah siap di punggung. Bima, ayah angkatnya, menunggunya di depan rumah dengan mobil yang sudah menyala.

"Sudah siap, Nak?" tanya Bima sambil tersenyum.

Adel mengangguk. "Iya, Yah." Balasnya lembut, mencoba menutupi rasa kesalnya. Panggilan 'nak'  terlalu formal dan aneh saja.

Menurutnya lebih enak dipanggil Adel atau sayang yang selalu membuatnya salah tingkah.

Perjalanan menuju sekolah terasa tenang. Sesekali, Bima melirik Adel yang sibuk melihat ke luar jendela. Setibanya di sekolah, sebelum keluar dari mobil, Adel menoleh ke Bima.

"Makasih ya, Yah." Ucap Adel tersenyum, wajahnya tampak tulus.

Bima tersenyum dan mengusap kepala Adel dengan lembut. "Belajar yang rajin, hati-hati di sekolah."

Adel mengangguk, sebelum turun, ia cipika cipiki dengan bima, kemudian turun dari mobil. Dari kejauhan, Bima melihatnya berjalan menuju gerbang sekolah, lalu berlalu bersama teman-temannya. Setelah memastikan Adel masuk dengan aman, Bima pun melajukan mobilnya kembali ke kantor.

Baru saja memasuki gerbang sekolah, Novi dan Sinta menyambutnya dengan penuh semangat, berteriak-teriak dan memeluknya begitu heboh.

Adel menghela nafas, sudah biasa baginya, menghadapi kedua sahabatnya yang alay ini.

"Del! Keliling sekolah dulu yuk!" Ajak Novi, semangat 45 sangat antusias sekali pagi ini.

"Ngapain emangnya? Buang-buang waktu aja! Mending ke kelas!" Acuh Adel malas-malasan.

"Udah ikut aja! Gak usah males-malesan deh. Sekalian lihat-lihat cowok ganteng, lumayan buat cuci mata." Kata Sinta, menariknya.

'udah keles! Tadi pagi gue cuci mata lihat ayah gue yang ganteng gak ada lawan!' ucap Adel dalam hati, tak berani mengungkapkan kepada kedua sahabatnya. Ia tak mau menceritakan tentang perasaannya kepada siapapun. khawatir takut orang-orang menggangapnya aneh dan menjudgenya.

Baru saja melewati koridor sekolah, sandi and the gang muncul, menghampirinya dengan raut wajah berseri-seri seperti biasanya. Adel hanya bisa menghela nafas, malas sekali menghadapi sandi pagi-pagi buta ini.

"Ardelia Maharani, atau yang biasa dipanggil Adel! Abang sandi yang tampan, menyinari hatimu dengan senyuman manis yang bisa memikat siapapun!" Sapa sandi alay, tersenyum sangat manis.

"Lebay banget sih! Merinding gue dengernya san!" Celetuk temannya yang mendapat jitakan pelan membuatnya meringis.

"Jijik banget! Sampe Bulu kuduk langsung berdiri!" Gerutu Adel mengusap bulu kuduknya. tubuhnya bergetar sangking merindingnya.

Ahahhahah!

Teman sandi terbahak-bahak, sandi yang tak terima mengumpat dalam hati. Jengkel dengan teman-temannya itu yang selalu saja membuat imagenya rusak didepan Adel.

"Ayolah, males banget gue disini, ketemu anomali!" Ajak Adel bergegas pergi, diikuti Novi dan Sinta dari belakang.

"Tunggu del!" Teriak sandi menyusulnya dan mensejajarkan langkahnya disamping Novi. Adel bodoamat tak terlalu mempermasalahkannya lagi.

Jika terus meladeni sandi yang ada akan membuatnya semakin emosi, menguras energinya dipagi hari.

Sandi dan teman-temannya terus mendampingi Adel, Novi dan Sinta seperti bodyguard. Disepanjang menyusuri sekolah. Para siswi berbisik dan heboh, iri dengan Adel yang didampingi lelaki tampan disebelah kanan dan kirinya. Tatapan mereka sinis kearahnya membuat Adel kesal.

"Tenang ya del! Gak usah cemburu gitu! Mereka cuman iri aja sama kamu yang bisa Deket sama aku!" Ujar sandi, pede.

"Najis! Siapa juga yang cemburu! Jadi orang tuh jangan kepedean. Gak bagus!" Kesal Adel, wajahnya masam. Ia tak suka dengan sandi yang terlalu pede dan freak itu.

"Cemburu bilang del! Gak usah ditutupin! Gue tahu!" Sandi menaik turunkan alisnya, menggoda Adel.

"Emangnya Lo dukun apa. Tahu segalanya!" Sahut Novi.

"Nyampur aja Lo kayak es!" Balas sandi, ngegas.

"Dih ngegas! Santai aja keles!" Novi memutar bola matanya jengah, sandi tak lagi menyahutnya.

Hingga suara seseorang terdengar, Adel menatap kedepan. Ternyata didepan sana ada gadis cantik sedang bersama 3 temannya, menghampirinya. Kelima teman sandi, menyugar rambutnya dan membenarkan seragamnya, dan memasang raut wajah senang bukan main. Mencari perhatian pada keempat wanita itu.

"Eh Liana!" Ucap sinta dan Novi tersenyum.

Liana membalas senyumannya, kemudian menoleh kearah Adel. "Ardelia!" Ia menggulurkan tangannya.

"I-iya, salam kenal Liana!" Adel menjabatnya, canggung dengan Liana yang baru ia kenal. Walaupun sudah lama sekolah disini, ia sangat jarang bergaul kecuali dengan Novi dan Sinta.

"Kamu mau kemana del?" Tanya Liana, sok kenal dan sok akrab.

"Jalan-jalan aja li!" Jawab Adel singkat, tersenyum kikuk.

Siapa yang tidak mengenal Liana, gadis itu top primadona disekolah ini, karena kecantikannya yang berhasil mencuri hati siapapun. Selain cantik, Gadis dengan tinggi 160 cm ini, orang yang humble, asik dan menyenangkan untuk diajak berteman.

Primadona disekolah ini terlalu banyak, bukan cuman Adel saja, ada Liana, Azizi, aletta dan banyak lagi. Namun untuk kasta tertinggi primadona, jatuh kepada Liana nomor 1, kedua ada Azizi dan ketiga ada Adel yang memiliki Daya tarik tersendiri.

"Sandi kamu ada disini juga?" Tanya Liana ramah.

"Iya lah! Disini! Masa diujung kulon!" Balas sandi sewot. Ia tidak terlalu ramah kecuali dengan Adel.

"Santai aja kali! Jawabnya! Sewot amat kayak orang ngenes!" Liana mendelik sinis.

"Bodo amat!" Ketus sandi.

"Santai san! Gitu amat sama cewek gue!" Kata Ardi— temannya sandi disebelahnya.

"Dih ngaku-ngaku amat jadi cowok! Kebanyakan ngehaluin Lo di!" Ucap Liana ngegas, Ardi menggaruk tengkuknya, kena mental.

"Del ayo jalan-jalan yuk! Ngeladenin cowok aneh ini bikin pusing tujuh keliling!" Ajak Liana yang diangguki Adel, malas juga diintilin sandi dan kawan-kawan yang malah mengikutinya lagi.

"Eh Li! Lo gak punya tipe cowok idaman gitu?" Tanya Ardi tiba-tiba.

"Kepo bener Lo jadi orang!" Jawab Liana kesal.

"Ya elah nanya doang! Sinis amat jadi orang!" Canda Ardi.

"Novi sukanya sama sandi!" Celetuk Novi.

"Najis amat suka sama modelan kek dia!" Sahut Liana mencubit pelan lengan Novi yang tertawa.

"Lo kira gue anjing apa!" Protes sandi tak terima.

"Eh, Li Lo beneran gak suka sama siapa-siapa disini?" Tanya Sinta kepo.

"Nggak! Disini mah gak ada yang menarik menurut gue!" Balas Liana jujur.

"Terus kalo disekolah ini gak ada yang menarik? Siapa yang menarik menurut Lo li?" Tanya Ardi mendadak galau.

"Ada cowok luar! Dia ganteng, baik dan lembut. Umurnya beda jauh sama gue! Tapi ITS oke lah! Gak masalah! Umur hanya angka!" Kata Liana, tak mempermasalahkannya.

"Umur hanya angka! Masalah lobang bisa dipaksa!" Ucap sandi yang langsung mendapatkan cubitan pedas dari para cewek-cewek.

"Mulut Lo difilter dikit kek! Kalo!" Kata Ardi, sandi mengusap perutnya sambil meringis pelan.

"Lo siapa sih cowoknya? Kok gue jadi penasaran ya! Bisa-bisanya Lo suka sama cowok yang lebih tua dari Lo. Apa gak aneh gitu?" Tanya Novi mengalihkan pembicaraan.

"Nggak sih!" Liana menggeleng cepat.

"Kenapa gitu li? Lo beneran demen sama cowok itu? Siapa geh?" Tanya Adel mencoba untuk akrab.

"Cowok yang kemarin tuh!" Balas Liana senyum-senyum sendiri.

"Siapa? Ayahnya Adel? Atau tuan Alex?" Tanya Novi penasaran.

"Bukan! Bukan!" Liana menggeleng cepat, menggerakkan pandangannya kesegala arah, kemudian menatap Adel. "Kak arhan del! Lo tau kan?" Tanyanya dengan alis terangkat.

"Serius?" Tanya Adel terbelalak.

"Serius Lo suka sama dia li?" Tanya Novi dan Sinta membekap mulutnya.

"Yes! Gue suka sama dia. Udah lama sih. Pokoknya dia tuh arggghhh, idaman gue banget!" Liana memekik gemas.

"NT di! NT!" Teman sandi menepuk-nepuk pundak Ardi yang tampak galau.

"Kalo modelan kayak gitu mah, gue juga demen li!" Kata salah satu teman Liana yang bernama angel.

"Enak aja Lo demen sama dia! Gak boleh! Cuman gue doang yang boleh demen sama dia!" Katanya cemburu. Angel terkekeh.

"Kalo dilihat-lihat ya li! Dia tuh cakep banget ya! Waktu kemarin aja yah! Gue gak bisa pangling ngeliat dia saling cakepnya. Kek gak ada orang-orang disana yang bisa ngalahin ketampanan dia. Jujur ini mah!" Cerocos Novi.

"Nah itu dia nov! Gue yakin banget ya, kalo dia pake baju seragam dan sekolah disini geh, pantes-pantes aja!" Kata Liana tak bisa menyembunyikan raut wajah senangnya.

"Kita cerita dikantin yuk! Gue penasaran kenapa Lo bisa demen banget sama cowok yang umurnya beda jauh!" Adel mengajak Liana dan mereka kekantin.

Dimeja makan para ciwi-ciwi berkumpul saling berhadapan, sedangkan sandi dan teman-temannya ngintil dan ikut duduk satu meja.

"Apa alasannya Lo suka sama dia? Selain ganteng?" Tanya Adel membuka topik.

"Baik, sabar dan lembut banget secara sikap. Gak bisa dipungkiri gue terpikat sama dia." Jawab Liana sambil mengunyah bakso.

"Alah gue juga baik, lembut tuh!" Kata Ardi mengunyah makanan.

Liana tak menjawabnya.

"Segitu sukanya sama dia?" Tanya Adel lagi.

Liana mengganguk, wajahnya tampak secerah mentari dipagi hari. Baginya arhan adalah orang paling perfect didunia ini.

"Tapi kayaknya saingan Lo berat sih li!" Celetuk sandi tiba-tiba.

"Maksudnya?" Liana berhenti mengunyah.

"Gimana ya, yang gue tangkap nih, ini dari sudut pandang gue doang kali ya. Kak Sabrina tuh kelihatannya suka banget sama dia." Ungkap sandi.

"Ah perasaan Lo doang kali! Gak mungkin juga kak Sabrina suka sama dia!" Kata Liana, mulai gelisah. Ia bisa merasakan bagaimana sikap Sabrina saat kemarin ketika bersama arhan, bahkan hampir ribut dengannya perkara sepele.

"Mungkin!" Jawab sandi singkat.

"Kak Sabrina mah demennya sama kakak gue!" Kata seseorang membuat mereka semua menoleh kearah gadis cantik yang berdiri memegang mangkok seblak.

"Letta!" Kata Liana ramah.

Aletta tersenyum, "boleh duduk?" Tanya aletta yang dipersilahkan oleh mereka.

"Kenapa bisa demen let?" Tanya Liana mengulangi.

"Ya gitu deh!" Aletta mengunyah bakso.

"Siapa sih Abang Lo? Kok gue gak kenal ya!" Kata sandi menggaruk tengkuknya.

"Masa sih Lo gak tau san!" Ardi menggeplak lengannya. "Abang dia tuh Valentino Alexander, anjir!" Kata Ardi serius.

Sontak Adel menghentikan kunyahannya, ia teringat sebuah liontin kemarin yang dikenakan oleh Alex dan 3 orang itu. Adel melirik ke bagian leher aletta, benar saja ada sebuah liontin yang terpasang dan liontin itu sama persis dengan liontin miliknya.

Adel terperanjat, perasaannya berkecamuk. Namun ia segera menepisnya jauh-jauh ketika mengingat liontin miliknya itu kw.

"Li! Cowok yang kemarin tuh cakep banget ya! Lo lihat gak?" Tanya aletta mengunyah seblak.

"Yang mana? Ada banyak let!"

"Itu loh yang tampil diatas panggung sama tuan Adrian!" Katanya.

"Oh itu ya! Gue tahu! Dia emang cakep sih! Tipe gue banget!" Ungkap Liana blak-blakan.

"Yah udah di boking sama Lo! Deh! Yaudah gue milih kakak Lo aja, gimana?" Tanya aletta bercanda.

"Sok aja! Ambil aja kalo perlu! Biar gak jadi bujang lapuk!" Kata liana, nada bicaranya mulai berubah ketika Leon dibahas-bahas. Ia masih kesal dengan Leon yang kemarin memukulnya didepan banyak orang.

"Serius nih?" Goda aletta tersenyum.

"Kalo dia mau sama Lo! Modelan tuan Leon mah ceweknya geh spek bidadari, bukan lontong sayur!" Celetuk sandi mengejek.

"Jaga omongan Lo!" Aletta melempar sendok yang langsung ditangkap oleh sandi, kemudian diserahkan kembali.

"Eh, Abang Lo punya cewek gak sih?" Tanya Jessica yang sempat mendengarnya.

Mereka semua menoleh dengan raut wajah masam, termasuk Adel kecuali teman sandi dan cewek yang disini.

"Kagak Jes! Kenapa Lo demen gitu?" Tanya Liana menaikkan sebelah alisnya.

"Nggak! Gue demennya sama cowok yang kemarin dipanggung!" Ungkapnya jujur-jujuran, tak peduli dengan sandi yang sok jual mahal.

"Tuan Adrian?" Tanya Liana.

"Yang disampingnya! Si putra putra itu! Kalo gak dapet dia juga kagak masalah lah! Masih ada tuan Adrian!" Kata Jessica duduk bersama 3 temannya dibangku samping, menghadap mereka semua.

"Enak aja Lo demen sama cowok gue!" Kata Liana cemburu, Jessica mengedikkan kedua bahunya tak peduli.

"Seriusan Lo suka sama tuan Adrian? Sadar woi! Dia punya istri!" Sahut azizi— temannya Jessica satu circle.

"Canda doang elah! Serius amat jadi orang!" Sahut Jessica nyengir.

Adel mulai tak nyaman disini, jiwa introvertnya bangkit saat ini. ia ingin beranjak namun tidak enakan dengan Liana dan kawan-kawan. Akhirnya memilih untuk menetap walaupun tak menimbrung.

"Eh Li! Lo pacaran sama kakak-kakak tampan yang kemarin tuh?" Tanya Azizi penasaran.

"Yoi! Zi!" Katanya mulai mengaku-ngaku.

"Bangke lah!" Gerutu Ardi. "Zi Lo jadi cewek gue aja dah!" Katanya tiba-tiba.

"Apaan sih Lo! Freak banget jadi cowok!" Sinis Azizi membuat sandi ngakak.

"Eh Li! Cowok Lo cakep juga ya kalo dilihat-lihat, jadi iri gue! Dapet dari mana si modelan cowok kayak dia? Bagi satu lah kalo ada!" Kata Azizi.

"No gak ada lagi! Itu limited edition!" Jawab Liana, hanya arhanlah satu-satunya cowok langka.

"Sejak kapan Lo pacaran sama dia?" Tanya Azizi.

"Nggak pacaran! Gue cuman bercanda doang! Gimana mau pacaran dia aja gak pernah mau pacaran!"

"Ye! Gue kira beneran! Mana udah percaya lagi!" Azizi memutar bola matanya.

"Udah punya bini belum sih dia?" Tanya Jessica.

"Setahu gue belum! Mungkin dia nungguin gue lulus kali!" Kata Liana pede.

"Yaelah! Mending sama gue aja li! Buat apa demen sama cowok kek dia! Ganteng doang! Tapi spek pengganguran!" Celetuk Ardi membuat mereka menoleh dengan wajah tak bersahabat. Ardi acuh tak acuh ditatap seperti itu, bodoamatan.

"Sok tau Lo!" Kata Liana melempar garpu tepat mengenai wajah Ardi membuat pria itu meringis pelan.

"Omongan Lo udah kayak pengusaha aja, nyet! Jangan ngeremehin orang! Kita gak tahu siapa dia!" Kata sandi tak suka dengan sikap Ardi.

"Bukan ngeremehin! Tapi tampang dia emang kayak pengganguran san!" Kata Ardi sembari mengusap tengkuknya.

"Jaga ucapan Lo!" Liana menggebrak meja, semua mata tertuju padanya. Orang-orang mulai berbisik dan heboh.

"Gak semua hal bisa diliat dari penampilan! Jangan nilai orang dari luarnya doang! Lo gak tau siapa dia sebenarnya." Bentak Liana, dadanya bergemuruh.

"Sabar li! Sabar!" Angel mengusap-usap punggungnya.

"Emangnya Lo tau siapa dia?" Tanya Ardi meringis.

"Gak tau...." Balas Liana yang memang tidak tahu siapa sebenarnya arhan.

"CK, gue kira tau! Yaudah kalo gak tahu mah! Diem aja!" Sewot Ardi.

Liana menghela nafas, menebalkan kesabarannya dan kembali mengunyah bakso yang tadi sempat tertunda.

"Lo jadi orang jangan suka ngeremehin orang, di. Gak usah terlalu sombong, mungkin orang yang Lo remehin lebih baik dari Lo." Ujar sandi, kesal dengan temannya itu. Aldo terdiam dan mengiyakan saja.

"Jangan pernah hina dia lagi! Gue gak suka! Kalo sampe Lo ngehina dia lagi, siap-siap gue bilang ke Abang gue. Kebetulan Abang gue sahabatnya dia. Inget itu di!" Ancam Liana menggertaknya.

"Iya, iya, sorry! Gak lagi lagi dah!" Ardi meminta maaf.

Liana mendelik tajam, tak mau memaafkannya. Hatinya tampak kesal dengan siapapun yang menghina arhan.

Begitu juga dengan Adel yang tak suka sama siapapun orang yang merendahkan. Kemarin saja ia hampir ngamuk ingin membela arhan, sebagai bentuk tindakan pembelaan. Tapi sayangnya ada Leon yang gercep darinya.

"Kalian ngapain disini ngumpul-ngumpul!" Pak Hamdan berkacak pinggang menatap meja mereka.

"Eh pak!" Kompak mereka semua tersenyum kikuk.

"Sana masuk kekelas jangan ngerumpi disini!" Titah pak Hamdan, buru-buru mereka menyelesaikan dan pergi dari kantin.

"Ketemu si Hamdan lagi! Paleng amat pala gue!" Gerutu sandi.

"Dia ganggu orang lagi enak-enak aja ya!" Kata Azizi.

"Tau tuh! Pengen ngamuk tapi dia guru!" Kata Liana.

"Jangan ngomongin orang! Gak baik!" Tegur Adel.

"Sorry del!" Kata azizi dan Liana. Azizi memang tidak suka mencari masalah dengannya, hanya saja Jessica yang terang-terangan mengusiknya.

*

*

Dikantor bima.

"Bas gue nanya sesuatu!" Ucap bima tiba-tiba, menyenderkan kepalanya dipunggung kursi kebesarannya.

"Nanya apaan Bim?" Sahut Bastian menghentikan jemarinya yang menari diatas keyboard, menoleh kearahnya.

"Lo pernah mimpi basah gak sih?" Tanyanya serius.

"Pernahlah! Kalo gak pernah berarti gue belum puber dong!"

Bima menggaruk tengkuknya. Ia mengatur nafasnya terlebih dahulu sebelum melanjutkan pertanyaannya tentang keanehan kemarin yang sempat ia alami.

"Kalo mimpi basah tuh? Emang kitanya gak inget ya kalo itu mimpi? Lo inget gak?" Tanya bima, meneggakan tubuhnya.

"Lah! Gue mah kalo mimpi basah tuh inget banget!"

"Kok gue gak inget apa-apa ya?"

"Lah mana gue tahu! Itu mah urusan Lo Bim! Coba tanya sama diri Lo sendiri!"

"Udeh! Tapi gue gak inget apa-apa."

"Terus kenapa nanya itu sama gue? Kenapa pembahasan kita jadi mimpi basah gini, nyet!"

"Bentar gue mau nanya sesuatu nih sama Lo Bas! Serius ini mah! Jangan bercanda dulu, oke?" Bima mode serius, Bastian mengacungkan jempolnya, pertanda setuju.

"Jadi gini bas...." Bima menceritakan kepada Bastian tentang dirinya yang mengalami...... Sampai dimana dia bangun dan merasakan bahwa joninya itu ngilu.

"Kok bisa? Katanya mimpi basah? Tapi kok gak inget?" Tanya Bastian heran.

"Nah itu masalahnya bas. Gue udah coba ingat-ingat tuh, tapi gak ada satupun yang gue inget tentang mimpi basah. Gimana ya gue gak ngerasa mimpi basah, cuy! Mimpi gue gelap gitu! Gak ada mimpi maksudnya!"

"Aneh banget! Terus apa lagi?"

"Waktu itu gue dibangun Adel, biasalah diajak makan malem. Terus gue tanya sama dia, kok celana ayah basah. Sumpah itu gue gak sadar ya. Gara-gara nyawa gue belum kekumpul. Terus si Adel jawabnya mimpi basah kali. Tapi gue ngeiyain aja. Disini nih! Gue sempet liat wajah Adel, kayak mencurigakan gitu!" Ungkapnya curhat.

"Mencurigakan gimana?" Bastian menggaruk tengkuknya tak mengerti.

"Ya gitulah. Gimana ya ngejabarinnya. Pokonya itu aja." Bima ikutan bingung.

Bastian manggut-manggut. "Apa jangan-jangan...." Bastian terbelalak.

"Apaan?"

"Adel nyep0ngin Lo Bim?" Ceplos Bastian.

"Lo jangan ngada-ngada monyet!" Bastian menimpuknya dengan pulpen.

"Sakit oon!" Bastian mengelus dahinya.

"Lagian Lo aneh banget! Gak mungkin lah Adel ngelakuin begituan! Gue paham banget sikap dia." Tebak Bastian menerka-nerka.

"Bim! Gak ada yang tau! Dirumah Lo cuman ada Adel! Ya kali hantu nyep*Ngin Lo! Gak mungkin! Gak masuk akal nyet!"

"Ya tapi gak dia juga lah! Ah nyesel gue cerita sama Lo!" Gerutu bima gusar.

"Bukan apa-apa Bim, gue sulit positif thinking! Coba Lo inget-inget sikap Adel kayak gimana. Dari yang gue tangkep ya, anak gadis Lo itu posesif banget, Mungkin ini opini gue doang kali ya...." Bastian menggaruk tengkuknya, namun firasatnya tak enak. Itu semua mengarah pada Adel.

Bima tampak berpikir, mengingat-ingat kelakuan Adel. Bayangan Adel malam itu terlintas dibenaknya. Dimana saat itu Adel melakukan self service dan menyebut-nyebut namanya. Perasaan aneh kini menyelimutinya, Dengan cepat bima menepisnya dan membuang jauh-jauh pikiran negatif itu.

Nama bima sangat banyak didunia ini, tak mungkin bima yang dimaksud Adel itu, dirinya. Mustahil. Pikirnya yakin.

'mungkin bima sakti kali, bukan bima Erlangga' ucapnya dalam hati.

1
kalea rizuky
lanjut nanti Q kasih hadiah
kalea rizuky
pergi aja del kayaknya alex keluarga mu
Rana Syifa
/Heart/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!