jadi laki laki harus bisa membuktikan kepada dirinya sendiri kalo ia bisa sukses, sekarang kamu harus buktikan kalo kamu gak mati tanpa dia, kamu gak gila tanpa dia, dan kamu gak kelaparan tanpa dia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jenos, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Seharian Alvin mengikuti ospek mulai
dari yel-yel dan yang lainnya sebenarnya satu sisi ia merasa kekanak-kanakan, tapi satu sisi inilah yang harus ia tempuh sebagai langkah awal.
Waktu menunjukkan pukul 5 sore, Alvin sudah selesai mengikuti ospek hari pertama.
"Akhirnya kelar juga drama ini." gumam Alvin begitu ia sampai bertepatan parkiran sambil meregangkan otot-ototnya.
"Lama-lama kalo gini terus bisa remuk ini badan belum lagi nanti kuliah sambil kerja."
"Gak remuk ini cuma sakali aja gak selamanya." jawab Dita tiba-tiba membuat Alvin menoleh ke belakang.
"Mbak." sapanya.
"Besok-besok jangan telat tinggal dua hari lagi kelar sudah masa pengenalan kampus." ucap Dita yang dibalas anggukan oleh Alvin.
"Iya Mbak insyaallah tadi pagi anak saya demam makanya sedikit terlambat."
"Demam?" tanya Dita yang dibalas
anggukan oleh Alvin
"Demam kenapa? Kalian kehujanan
pulang dari kafe?" tanya Dita yang dibalas anggukan oleh Alvin.
"Sedikit sih."
"Ya sama aja AL ... gimana sih daya tahan tubuh kamu sama anak kamu ya jelas berbeda." omel Dita membuat Alvin menggaruk tengkuknya sekilas lalu mengangguk.
"Iya sih Mba--
"Udah berobat tapi?"
"Saya gak tau Mbak kalo dari saya belum,
gak tau kalo dari Bu Maya sama Pak Burhan."
jawab Alvin membuat Dita langsung memukul tangannya.
Plak!
"Lain kali kalo anak anak sakit gak usah ospek dulu." lanjut Dita membuat Alvin kembali bingung.
'Lah gimana sih katanya ospek wajib orang telat dikit aja tadi pagi udah di suruh push up.' ucap Alvin dalam hati.
"Ya udah deh Mbak saya pulang dulu ya kasian anak saya." pamit Alvin.
"Ya sudah ... Ingat kalo Guntur masih sakit gak usah datang ospek."
"Tapi absen saya Mbak?"
"Udah itumah aman saya yang ngurusin." jawab Dita yang dibalas anggukan oleh Alvin.
"Baik Mbak kalo gitu saya pamit dulu assalamu'alaikum."
"Walaikumsalam."
Setelah melihat Alvin sudah menjauh Dita
memukul jidatnya.
"Apaan sih Dit? Sejak kapan sejarahnya seorang Dita ngasih toleransi. Kemana sikap keras kepala Dita, gak apa-apa kah sekali ini doang." gumamnya sambil menggeleng- gelengkan kepalanya.
Disisi lain begitu Alvin sampai dengan
kantor, tidak sengaja ia berpapasan dengan Doni di depan.
"Mau kemana Don?"
"Mau beli ke depan, eh anakmu ..."
Deg!
"Anakku kenapa?" tanya Alvin berusaha positif thinking.
"Sakit kayaknya tadi dibawa ke rumah sakit tapi sampe sekarang belum balik juga."
"Hah? Belum balik juga?" tanya Alvin kaget yang dibalas anggukan oleh Doni.
Alvin kembali menyalakan motornya menuju rumah sakit walaupun badannya sudah sangat lelah tapi mendengar anaknya tidak baik-baik saja, rasa lelah itu hilang seketika berganti dengan rasa khawatir.
Sampai di rumah sakit Alvin langsung menghubungi Burhan menanyakan anaknya, begitu dapat nomor kamarnya ia langsung buru-buru kesana.
Ceklek!
Burhan dan Maya menoleh membuat Alvin merasa tidak enak Hati.
"Bu, Pak, Guntur sakit apa?" tanya Apvin hati-
"Deman tinggi gak apa-apa itu karena dia sudah mau besar." jawab Burhan yang dibalas anggukan oleh Alvin.
Ia mendekati putranya yang sekarang sudah di infus, air mata Alvin tidak bisa dibendung walaupun dirinya laki-laki memihat anak nya sendiri begitu Alvin benar- benar tidak tega.
"Guntur..." bisik Alvin membuat Guntur merasa terusik lalu membuka matanya.
Detik kemudian jagoannya itu tersenyum kearahnya membuat Alvin ikutan tersebut.
"Anak Ayah sakit rupanya iya?"
"Eugh..." Alvin menggeliat sambil terus melihat Ayahnya membuat Alvin kasihan.
"O iya... Gak apa-apa sayang, nanti juga sembuh kan jagoan Ayah sangat kuat."lanjut Alvin.
Semalaman ia menjaga putranya di rumah sakit bersama dengan Burhan dan Maya.
Keesokan harinya Tono terbangun dari
tidurnya buru-buru ia melaksanakan sholat subuh, ia melihat putranya belum bangun.
"Ton ..."
"Iya Bu."
"Kamu gak kuliah?" tanya Maya membuat Alvin bingung.
"Kayaknya gak usah dulu kali ya Bu, Guntur lagi sakit soalnya." jawab Alvin membuat Maya berpikir sejenak.
"Berangkat aja AL, toh disini ada bapak sama ibu yang jagain anak kamu." jawab Burhan membuat Alvin menoleh.
"Tapi Pak--
"Gak apa-apa kamu mahasiswa baru banget masalahnya jangan buat masalah
dulu." potong Burhan membuat Alvin mangut- mangut.
Setelah ngobrol panjangnya akhirnya Alvin memutuskan pulang ke rumahnya subuh-subuh karena ia tidak membawa baju ganti dan sebagainya.
Sampai di rumahnya Alvin langsung buru- buru menyiapkan segala sesuatunya yang ia perlukan ke kampus.
Setelah merasa aman Alvin keluar dari rumah, namun belum sempat ia menutup tiba- tiba ia sudah di hadang oleh Dina.
"Dina ..."
"Iya Mas..." jawabnya dengan santai sambil melipat kedua tangannya.
"Ngapain kamu sepagi ini kesini?" tanya
Alvin.
"Memangnya kenapa? Gak boleh ya suka- suka aku lah kan ini dulu rumahku juga." jawab Dina membuat Alvin diam sejenak.
"Gak usah mulai Dina masih pagi."
"Mau kemana kamu Mas pagi-pagi begini udah rapi aja." ledek Dina membuat Alvin malas menanggapi istrinya tersebut.
"Berapa kali kubilang ini bukan
urusanmu." ujar Alvin yang dibalas anggukan oleh Dina.
"Iya sih, apalagi sekarang kamu udah Ngejual Guntur ya kan pantes lah uang kamu banyak bisa kemana aja--
"Dina stop! Aku gak punya urusan sama kamu dan satu lagi kamu harus ingat gak ada yang ngejual Guntur, paham kamu!" tegas Alvin membuat Dina tersebut miring.
"Sekarang pergi Dina sebelum orang pada bangun nanti dikira ngapain lagi."
"Lah gak apa-apa, bagus dong Mas." jawab Dina dengan santainya.
"Gak usah aneh-aneh kamu Din." lanjut Alvin lalu ia menyalakan motornya lalu meninggalkan Dina begitu saja.
"Shit! Lagi-lagi dia sok jual mahal, apa sih sebenarnya perkerjaan Mas Alvin." gumam Dina dalam hati.
Ia mengintip ke dalam rumah berusaha melihat apa aja yang ada di rumah namun hasilnya nihil, ia tidak bisa melihatnya.
"Dina... Ngapain kamu ngintip disini
situ?"
Deg!
Dina langsung kaget ia pura-pura tersenyum begitu berbalik supaya tidak ketahuan.
"Eh ... Ibu, ini saya nungguin suami saya." jawab Dina membuat Ibu-ibu tersebut
mangut-mangut.
"Sampe ngintip-ngintip kirain kenapa." jawab Ibu tersebut membuat Dina cengengesan.
Disisi lain sudah setengah jalan Alvin merasa tidak bersemangat untuk kuliah akhirnya ia memilih libur seperti yang Dita katakan kemaren.
Alvin memutar motornya lalu kembali ke rumah sakit karena perasaannya tidak tenang.
Di kampus hari sudah menunjukkan
pukul 10 pagi, Dita belum melihat Alvin sama sekali. Ia mencari ke kelompok Alvin juga hasilnya nihil.
'Dia kemana ya? Apa anaknya parah?'
ucapnya dalam hati sambil matanya terus
melihat ke arah gerbang berharap Alvin datang.
Karena sudah kelamaan menunggu
akhirnya Dita memilih mencari bekas Alvin karena ia tidak mempunyai nomor ponsel Alvin.
Lama ia membongkar berkas-berkas mahasiswa baru, belum dapat juga.
"Dit kamu ngapain sih bongkar itu semua nya? Kan itu udah selesai pemberkasan aduh.. . Bingung deh lihat Ibu sekretaris." gumam salah satu anggota BEM yang baru saja masuk ke dalam ruangan.
"Berisik!" ketus Dita.