Di dunia yang mengandalkan kekuatan sebagai hal utama, Xiao Chen terlahir tanpa memiliki akar spiritual. Membuatnya hanya bisa menjalani hidup sebagai manusia biasa. Tetapi takdir berkata lain, ia mendapatkan suatu berkah bertemu dengan sisa jiwa sang Ratu Phoenix, dan mewarisi kekuatan Phoenix Api yang sangat kuat. Tetapi, kenyataan pahit harus kembali dirasakannya, di mana keluarga Xiao di hancurkan, bahkan hanya menyisakan Xiao Chen seorang diri sebagai keturunan terakhir keluarga Xiao. Dendam, hampir mati. Menjadikan Xiao Chen tumbuh sebagai pria yang sangat kuat. Dan sejak saat itulah ia telah bertekad untuk membalaskan dendam keluarga Xiao. Namun, di saat ia menemukan kebenaran tentang pembantaian keluarga Xiao, dia harus memilih antara dendam dan cinta. Apakah dia dapat menemukan kekuatan untuk membalaskan dendam dan menyelamatkan orang yang di cintai? Dalam dunia kultivasi yang penuh dengan kekuatan dan kekuasaan, Xiao Chen harus menghadapi berbagai tantangan dan musuh kuat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon APRILAH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 17
"Kakek, ini tidak seperti yang kakek pikirkan!" seru Chu Yun, panik.
Chu Yun merasa takut akan kakeknya berpikir yang bukan-bukan tentangnya dan juga Xiao Chen.
"Be— benar, kakek Chu. Kita tidak berbuat macam-macam!" ucap Xiao Chen yang juga merasa takut akan kesalah pahaman.
Chu Tian Ge pun melayang di udara menghampiri mereka. Kedua tangan berada di punggung, raut wajahnya begitu dingin menatap Chu Yun dan juga Xiao Chen. Namun, seketika ia mengkerutkan kulit dahinya yang tua di saat ia melihat kotoran-kotoran di pakaian Chu Yun.
'Apa yang telah dilakukan kedua bocah ini? Tidak biasanya Chu Yun bersedia pakaiannya terkotori seperti itu!' gumam Chu Tian Ge di dalam hatinya.
"Kakek! Xiao Chen hanya mengajari aku memasak, kami tidak melakukan hal yang tidak-tidak!" jelas Chu Yun dengan nadanya yang masih panik.
Tetapi itu membuat Chu Tian Ge tertawa lantang, "Ha haa! Memasak? Cucuku memasak? Apa kamu serius, Yun'er?" tanya Chu Tian Ge sembari terus tertawa tak percaya.
"Ahh, Kakek,...!" teriak Chu Yun merasa malu bercampur kesal sembari menghentakkan kakinya dua kali.
Merasa tidak adanya lagi kesalah pahaman, Xiao Chen pun membuang nafasnya, lega.
"Baiklah, baiklah, kakek tidak akan menggoda kalian lagi, tetapi ... ada dua orang yang ingin bertemu dengan kalian!" kata Chu Tian Ge. Nadanya begitu serius.
"Menunggu kamu? Siapa?" ujar Chu Yun nampak kaget. Alis hitamnya melengkung, ia terlihat begitu bertanya-tanya akan siapa yang ingin bertemu dengannya dan juga Xiao Chen.
"Kemarilah, ikuti aku!" kata Chu Tian Ge sembari berbalik badan, dan Chu Yun bersama Xiao Chen pun mengikuti di belakang.
Di aula utama kediaman Penguasa Kota, dua orang anak muda tengah duduk di kursinya masing-masing. Mereka adalah Wu Hao— 18 tahun, seorang tuan muda keluarga Wu, dan satu pemuda lainnya bernama Hei Ling— 17 tahun, seorang pemuda yang satu usia dengan Xiao Chen, dan dia adalah tuan muda kedua keluarga Hei di kota api ini.
Aula utama nampak tenang, Wu Hao dan juga Hei Ling dengan tenang menikmati hidangan makanan lezat dan juga beberapa guci berisikan anggur.
Tidak lama dari itu, Chu Tian Ge datang dari balik pintu utama sebagai pintu masuk aula utama. Tetapi dia tidak datang sendirian, di mana di belakangnya Xiao Chen berjalan bersisian dengan Chu Yun, berjalan di atas lantai beralaskan karpet merah yang membentang dari ujung pintu hingga ke ujung aula.
'Wu Hao! Hei Ling! Apa yang mereka berdua lakukan di sini? Apakah yang kakek maksud itu adalah mereka?' pikir Chu Yun penuh tanda tanya. Raut wajahnya sedikit di tekuk, alisnya mengkerut, bahkan ia sedikit mengatupkan bibirnya.
Segera setelah melihat kedatangan penguasa kota Chu Tian Ge, kedua pemuda yang tengah duduk tenang pun bangkit dari tempat duduknya. Mereka pun membungkuk memberi hormat, menyambut kedatangan Chu Tian Ge.
"Tuan Chu!" ucap serentak Hei Ling dan juga Wu Hao.
Chu Tian Ge pun tersenyum sembari menganggukkan kepalanya, "Hm, duduklah!" kata Chu Tian Ge. Lalu ia pun berjalan menuju kursinya.
Chu Yun nampak tidak menyukai Hei Ling dan juga Wu Hao. Bahkan di saat Chu Yun berjalan melewati mereka, Chu Yun memalingkan pandangannya, membuang wajah, seolah-olah sangat enggan untuk melihat kehadiran mereka. Berbeda dengan Xiao Chen yang sangat begitu ramah dan membungkuk memberi salam hormat kepada Wu Hao dan juga Hei Ling. Namun pandangan kedua pemuda itu sangat sinis terhadap Xiao chen.
Mereka pun kembali duduk, begitu juga dengan Xiao Chen yang duduk di samping Chu Yun.
Prok! Prok! Prok!
Chu Tian Ge bertepuk tangan, tanda memanggil pelayan di kediaman penguasa kota.
Seorang pelayan wanita pun datang membawa sebuah kotak panjang berukuran satu meter. Dan setelah pelayan itu memberikan kotak panjang kepada Chu Tian Ge, pelayan itupun kembali keluar dari dalam ruangan.
