Adelina merupakan seorang selebgram dan tiktokers terkenal yang masih duduk di bangku SMA.
Parasnya yang cantik serta sifatnya yang periang membuatnya banyak disukai para followers serta teman-temannya.
Tak sedikit remaja seusianya yang mengincar Adelina untuk dijadikan pacar.
Tetapi, apa jadinya jika Adelina justru jatuh cinta dengan dosen pembimbing kakaknya?
Karena suatu kesalahpahaman, ia dan sang dosen mau tak mau harus melangsungkan sebuah pernikahan rahasia.
Pernikahan rahasia ini tentu mengancam karir Adelina sebagai selebgram dan tiktokers ratusan ribu followers.
Akankah karir Adelina berhenti sampai di sini?
Akankah Adelina berhasil menaklukkan kutub utara alias Pak Aldevaro?
Atau justru Adelina memilih berhenti dan menyerah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marfuah Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari Pertama Menjadi Istri
Sinar matahari merambat melalui jendela kamar, membangunkanku dari tidurku yang baru sekejap.
Semalam aku tidak bisa tidur sama sekali. Aku memeluk erat boneka hello kitty yang kubawa dari rumah. Berjam-jam berusaha memejamkan mata, tapi sialnya mataku terus saja terbuka.
Jantungku terus berdetak tak beraturan. Bagaimana tidak! Ini kali pertama aku tidur satu ranjang dengan seorang laki-lai dewasa. Meskipun kami tidur saling membelakangi, tapi dengkuran halus nafas Mas Al masih bisa kudengar.
Sepertinya memang hanya aku yang merasa gugup. Kurasa, ia sudah terbiasa tidur dengan seorang perempuan dalam ranjang yang sama.
Itu sungguh menyakitkan.
Sampai akhirnya, sekitar pukul empat aku baru bisa mengarungi mimpi. Tertidur pulas setelah menyelesaikan novel online yang kubaca malam kemarin. Seringkali aku berhalu tentang hidupku yang akan semulus cerita novel romansa itu. Hidup bahagia bersama seorang pangeran dan saling mencintai hingga rambut kami sama-sama memutih.
Tapi, lihatlah hidupku yang abu-abu ini. Memang sih aku menikah dengan seorang pangeran tampan, tapi sayang sekali sifatnya seperti kutub utara. Jangankan hidup bahagia sampai rambut kami sama-sama memutih, ia masih menemaniku hingga aku menua saja merupakan sebuah keajaiban.
Mataku yang masih terpejam, perlahan terbuka. Indra penciumanku yang tajam mengendus aroma nikmat yang menggoda. Harum masakan bunda.
Kaki rampingku melangkah turun dari ranjang, seraya berlari kecil aku menuju ke tempat di mana aroma ini berasal.
"Bunda masak ap-pa?"
Langkahku terhenti di depan pintu dapur. Mataku membulat menatap siapa yang tengah sibuk memasak di dapur. Gerakan tangannya sangat lincah saat memotong berbagai bahan makanan. Satu per satu bahan yang telah dipotong dimasukkan ke dalam panci yang telah mendidih.
Aroma sup buatanya menyeruak memenuhi udara. Aku memang tidak salah memilih suami. Tak hanya tampan, Mas Al juga pandai memasak.
"Mau sampai kapan kamu berdiri di sana?" tanyanya tanpa mengalihkan perhatian dari aktivitasnya.
Aku masih bergeming menatap punggungnya. "Aku?"
"Gak ada niatan mau bantuin saya?" tanyanya lagi.
"Ta-tapi, aku gak-"
Mas Al tiba-tiba menyeretku yang masih berdiri di depan pintu. Aku bingung menatap berbagai macam bahan makanan di depanku. Harusnya dulu saat Bunda memintaku untuk membantunya di dapur, aku menurutinya. Bukan malah berpura-pura buang air besar sangat lama. Sekarang, aku bahkan tidak tahu ini akan diapakan.
"Seorang perempuan itu harus bisa masak, bukan hanya bisa joget-joget di depan kamera," sindirnya.
Aku mengerucutkan bibir mendengar sindirannya. Memang apa salahnya dengan aku berjoget di depan kamera. Toh, itu bukan sekedar joget biasa, tapi aku mendapatkan uang dari sana.
"Jangan manyun-manyun gitu, bukannya cantik malah mirip ikan sapu-sapu."
Aku memukul punggungnya cukup keras. Seenaknya dia mengataiku mirip ikan sapu-sapu. Aku melempar sawi di depanku ke arahnya lantas berbalik dan meninggalkannya. Di samping aku malu karena tidak bisa memasak, aku juga kesal karena dia mengataiku.
"Delina! Mau ke mana kamu?" teriaknya.
"Mau nyari suami lagi!"
...🍉🍉...
Notifikasi komentar menumpuk di feed Instagram yang baru saja aku posting. Sebuah foto selfi dengan tangan yang menumpu dagu. Tak ada yang berbeda dalam foto itu.
Tapi, ada yang berbeda dengan komenan-komenan di kolom komentar. Bukan sanjungan-sanjungan tentang kecantikanku yang tertera di sana. Tapi, hampir seluruh komen itu mempertanyakan cincin yang melingkar di jari manisku.
Aku menepuk jidat membaca komenan itu. Anjir! Aku lupa untuk melepas cincin nikahku dengan Mas Al.
Jari-jariku mulai menari di layar gawaiku. Membalas komenan-komenan yang mulai mempertanyakan apakah aku sudah menikah. What the fuck! Jangan sampai mereka tahu akan pernikahanku. Kalau sampai itu terjadi, bisa-bisa aku kehilangan karirku.
Itu bukan cincin nikah, Guys. Itu cuma cincin biasa yang baru gue beli. Lucu ya.🤭
Tulisku untuk membalas komenan yang mulai membuat sebuah teori konspirasi. Dari semua akun, ada satu akun yang berusaha menjadi kompor. Akun bernama @Ghost_writer itu terus memojokanku. Menyangkal setiap balasan yang aku ketikan di sana.
Itu membuatku kesal. Siapa sebenarnya si ghost writer ini?
Kubuka profilnya. Tapi, ternyata akunya dikunci. Ia tidak mengikuti siapa-siapa dan tidak diikuti siapa-siapa. Aku yakin ini pasti fake account. Seseorang di dunia nyata yang membenciku. Atau mungkin hanya haters yang tak suka akan kepopuleranku.
Ghost_writer Jelas-jelas itu seperti cincin nikah. Jangan-jangan @Delina_pn sudah menikah diam-diam, ya?
Balas akun itu lagi.
Komenannya membuatku semakin kesal. Berkatnya, banyak followersku yang mulai ikut-ikutan memojokanku. Mereka seakan-akan menguliti perihal kehidupanku di dunia nyata. Hal itu membuatku risih dan takut. Apalagi, banyak teman-teman sekolahku yang juga mengikutiku di instagram.
Saat aku mulai merangkai berbagai kata-kata untuk menyangkal teori mereka semua, sebuah akun baru muncul. Dia memberikan pembelaan untukku.
Apa kalian semua bodoh? @Delina_pn itu masih sekolah, bagaimana mungkin dia bisa menikah? Lagian, cincin model begitu banyak di pasar loak, apa perlu aku belikan untuk kalian semua?
Tulis akun bernama @Iden_Am itu dalam kolom komentar. Aku langsung memberikan pin untuk komentar itu dan membalasnya.
Nah, ini baru orang cerdas @Iden_Am
Tulisku dalam balasan komentarnya.
Ah, akhirnya aku bisa bernafas lega. Setelah komenan itu, mereka semua mulai terbuka kembali pikirannya dan membenarkan komentar dari akun itu.
"Terima kasih, siapapun lo," batinku.
Sebuah chat wa masuk ke hapeku. Nama Raina tertulis di sana. Aku yakin, dia pasti mau mempertanyakan perihal feed instagramku.
Raina Amarah🐵
Woy!
Kunyuk
Lo dah kawin?
Wah gila sih, kawin gak undang-undang lo
Parah!
Lo anggep gue apaan, Woy!
Pesan bertubi-tubi itu datang dari Rain yang kurang kerjaan. Apa dia gak bisa gitu ngirim pesan sekali aja. Gak usah dipotong-potong gitu. Bikin kesal.
Baru saja aku akan membalas chat darinya. Tiba-tiba dia sudah berpindah tempat di grub kami. Dengan pesan bertubi-tubi yang sama, Raina membuat hapeku sangat ramai.
Trio Kunyuk🐒
Raina Amarah🐵
Senja!!
Lo udah tau berita terhangat belom?
Si kunyuk 1 udah kawin!
Senja Elova🙈
Typing
Adelina Putri
Woy! Lo pada dengerin penjelasan gue dulu napa!
Senja Elova🙈
Suer atuh Rain?! Delina teh udah kawin?
Sama siapa atuh Del. Kok kita gak pada diundang?
Raina Amarah🐵
Kunyuk 1 udah gak nganggep kita, Sen. Kita keluarin aja dari grub.
Adelina Putri
Gue kagak kawin ya. Gue masih perawan!
Raina Amarah🐵 telah mengeluarkan Anda.
Anjir! Memang kurang ajar manusia satu ini. Belum pernah ngerasain susu kuda kali, ya!
Aku menutup hapeku, melemparkannya asal di atas di atas ranjang. Biarlah, esok saja aku jelaskan pada dua manusia tak tahu diri itu.
Aku melangkah ke luar kamar. Pemandangan pertama yang aku lihat adalah Mas Al yang tengah bersantai menikmati secangkir kopi seraya menonton televisi. Acara berita siang yang rajin ditayangkan stasiun televisi berlogo ikan terbang.
Aku yang hendak kembali ke kamar, mengurungkan niat saat Mas Al memanggilku. Dengan rasa canggung, aku pun melangkah mendekat ke arahnya.
Tinggal dengan orang asing apalagi itu seorang laki-laki dewasa memang terasa sangat aneh. Ditambah perbedaan usia di antara kami yang cukup jauh. Terkadang, aku merasa ini adalah karma yang nikmat untukku.
Meski Mas Al telah resmi menjadi suamiku, tapi tetap saja ini masih terasa aneh. Rasanya terlalu cepat untukku menjadi seorang istri. Apalagi aku tidak bisa memasak sama sekali. Ah, sungguh tak berguna!
Ia menepuk sofa di sampingnya memintaku untuk duduk di sana. Ragu-ragu aku mendudukkan diriku di sampingnya. Ia menatapku datar.
"Mana cincinmu," ucapnya.
"Cincin?" tanyaku bingung.
"Iya, cincin yang kemarin saya pasangkan di jarimu," geramnya melihat kebodohanku.
Aku mengulurkan tanganku. Memperlihatkan cincin nikah kami yang melingkar apik di jari manisku. Entah dari mana Mas Al tahu ukuran jariku. Namun, cincin ini sangat pas dan begitu cantik melingkar di jari lentikku.
Mas Al melepas cincin itu. "Kok dilepas?" tanyaku.
Dia lalu mengeluarkan sebuah kalung dari sakunya. Kalung berwarna perak yang sangat cantik. Dimasukkannya cincin itu ke dalam kalung hingga cincin itu kini menjadi liontin dari kalung itu.
"Supaya gak ada yang curiga kalau kamu sudah menikah," ujarnya seraya menyerahkan kalung itu padaku.
Bibirku tersenyum simpul. Pipiku bahkan sudah merah merona. Dibalik sifat dingin dan menjengkelkannya, ternyata Mas Al diam-diam perhatian padaku.
"Jangan ge-er dulu. Saya cuma gak mau dibilang pedofil karena menikah dengan anak bau kencur seperti kamu," pungkasnya yang berhasil membuatku terjun bebas menghempas tanah setelah diterbangkan di ketinggian.
"Dasar kutub utara gak punya hati!" kesalku langsung menyambar kalung itu dari tangannya dan pergi meninggalkannya yang hanya menatap datar ke arahku.
Seiring langkahku yang menjauh, masih bisa kudengar sayup-sayup suaranya. "Dasar bocah," ucapnya.