NovelToon NovelToon
Celestial Chef's Rebirth

Celestial Chef's Rebirth

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Reinkarnasi / Sistem
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Jasuna28

Huang Yu, seorang juru masak terampil di dunia fana, tiba-tiba terbangun di tubuh anak petani miskin di Sekte Langit Suci—tempat di mana hanya yang bertubuh suci kuno bisa menyentuh elemen. Dari panci usang, ia memetik Qi memasak yang memanifestasi sebagai elemen rasa: manis (air), pedas (api), asam (bumi), pahit (logam), dan asin (kayu). Dengan resep rahasia “Gourmet Celestial”, Huang Yu menantang ketatnya kultivasi suci, meracik ramuan, dan membangun aliansi dari rasa hingga ras dewa. Namun, kegelapan lama mengancam: iblis selera lapar yang memakan kebahagiaan orang, hanya bisa ditaklukkan lewat masakan terlezat di alam baka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jasuna28, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18: Pedang, Air, dan Kebenaran

Beberapa hari telah berlalu sejak kepergian Master Cang. Langit di atas wilayah petir perlahan berubah warna—dari ungu menyala menjadi biru kelabu yang sunyi. Energi liar di langit surut, namun perasaan kehilangan tetap menggantung di dada Nian dan para Penjaga Ember.

Mereka kini kembali ke markas, membawa Cawan Neraka dan kain warisan Master Cang. Di altar pusat Paviliun Lima Rasa, mereka menggelar upacara penghormatan diam-diam. Tidak ada musik, hanya suara angin dan percikan teh yang dituangkan ke tanah sebagai persembahan.

Nian berdiri paling depan, menggenggam kain sutra elemen lima rasa, seakan mencari kehangatan dari jejak tangan gurunya.

“Guru… Aku akan meneruskan jalan ini. Tapi satu hal masih mengganjal,” gumam Nian. “Apa yang sebenarnya kau sembunyikan dariku?”

Dari bayang-bayang altar, seseorang mengawasi upacara itu. Seorang wanita berjubah biru dengan mata setajam cahaya bulan—dia membawa berita, dan rahasia.

Setelah upacara, para murid bubar. Hanya Nian yang tetap di ruang meditasi utama, memandangi Pedang Dewa dan Cawan Neraka yang kini tertidur di atas meja batu. Ketukan lembut terdengar di pintu, lalu sosok wanita berjubah biru masuk.

“Maaf mengganggu,” katanya pelan. “Aku Xue Lan—dari Paviliun Air Dalam, murid Master Hua yang lama.”

Nian mengernyit. Nama itu seperti bisikan yang pernah ia dengar dari gurunya dahulu. “Master Hua… bukankah dia sahabat lama Master Cang?”

Xue Lan mengangguk. “Dan juga saksi dari kebenaran tubuhmu.”

Nian berdiri, tajam menatap wanita itu. “Apa maksudmu?”

Xue Lan mengeluarkan gulungan sutra biru dari dalam lengan jubahnya. “Ini warisan catatan Air Dalam—aku datang karena Master Hua mengungkapkan bahwa tubuhmu… bukan hanya Tubuh Api Kayu seperti yang kami kira. Tapi sesuatu yang jauh lebih purba.”

Gulungan itu terurai, memperlihatkan simbol segel yang berkedip dalam lima warna: merah, hijau, emas, ungu, dan biru pekat.

“Tubuhmu adalah Tubuh Asal Unsur.”

Nian tercengang. “Tubuh Asal… yang bisa menampung semua elemen sekaligus? Itu… hanya mitos!”

Xue Lan mendekat. “Tidak. Itu realita. Dan itu sebabnya Master Cang tak pernah memperkenalkanmu ke dunia luar. Dia takut kau akan diburu—oleh sekte, oleh kerajaan, bahkan oleh langit sendiri.”

Gemetar mengguncang tangan Nian. Semua yang selama ini ia rasakan—kemudahan dalam mempelajari berbagai jenis rasa, penguasaan teknik multielemen, dan kehadiran Pedang Dewa—mendapat satu penjelasan yang mencengangkan.

Sebelum Nian sempat mencerna kabar itu lebih jauh, alarm pelindung Paviliun bergetar. Seruan para murid terdengar di luar. Nian dan Xue Lan segera melesat keluar.

Di halaman utama, sekelompok orang berjubah hitam dan bertopeng menginjakkan kaki. Di depan mereka, berdiri seseorang yang membuat darah Nian mendidih.

“Xu’an…” gumamnya.

Xu’an, mantan teman seperjuangan, kini berdiri sebagai pemimpin penyerang. Matanya dingin, dan dari balik jubahnya tampak logo Sekte Kabut Hitam.

“Maafkan aku, Nian,” katanya. “Tapi tubuhmu terlalu berharga untuk dibuang hanya demi kesetiaan pada guru tua itu. Aku hanya ingin menguasai cawan itu… dan tubuhmu.”

Nian menggertakkan gigi. “Kau… sejak kapan kau berkhianat?”

Xu’an tersenyum. “Sejak aku tahu bahwa hanya satu dari kita yang bisa jadi Raja Rasa. Dan itu bukan aku—selama kau masih hidup.”

Pertarungan pecah. Penjaga Ember dan Penyerang Kabut bertabrakan. Xue Lan menunjukkan kekuatan Air Dalamnya, membungkus beberapa penyerang dengan pusaran angin air. Nian menyalakan Pedang Dewa—nyala api dan logam menyatu, menebas formasi musuh dalam sapuan ganda.

Namun Xu’an sudah bergerak ke arah altar, berusaha merebut Cawan Neraka.

Nian melesat, mencegat Xu’an tepat saat tangannya menyentuh cawan. Mereka bertarung sengit—Pedang Dewa melawan Pedang Kabut. Ledakan rasa, elemen, dan suara memenuhi udara.

“Kenapa kau memilih jalan gelap, Xu’an?” teriak Nian.

“Aku tak punya kemewahan sepertimu! Dibesarkan dalam kasih guru, diajari teknik rahasia, dicintai semua orang. Aku… hanya bayanganmu!” Xu’an menyerang membabi buta.

Dalam pertarungan itu, Nian mulai mengaktifkan seluruh tubuhnya. Elemen api, air, kayu, logam, bahkan sisa petir—semuanya merespon. Di tengah sabetan, Pedang Dewa menyala dalam lima warna.

Xue Lan berteriak dari kejauhan. “Jangan gunakan semuanya! Tubuhmu belum siap!”

Tapi Nian tak bisa menahan—ia menyalurkan kelima elemen sekaligus, menangkis tebasan Xu’an, lalu menyerang balik dengan gelombang rasa bercampur: hangat, dingin, tajam, manis, dan getir—sebuah rasa baru yang lahir dari kombinasi penuh.

Xu’an terpental, terluka parah.

“Tubuh ini bukan kutukan,” gumam Nian. “Tapi pilihan. Aku akan menjaganya… demi semua yang telah berkorban.”

Xu’an ditahan. Para penyerang lari. Cawan Neraka aman.

Di ruang meditasi malam itu, Nian duduk di bawah cahaya lentera. Di hadapannya: Cawan, Pedang, dan Gulungan Asal Unsur.

Xue Lan berkata lirih, “Kau tak bisa sembunyi lagi, Nian. Dunia akan mencarimu—baik sebagai penyelamat atau musuh.”

Nian menatap langit malam. Kilat samar menyinari awan.

“Aku akan hadapi mereka,” ujarnya. “Tapi dengan caraku. Dengan rasa yang tak pernah diajarkan… hanya dirasakan.”

Kilatan cahaya dari Pedang Dewa menjawabnya. Dan malam itu, dunia rasa mencatat babak baru. Seorang pemuda, dengan tubuh Asal Unsur dan rasa bercampur, siap menantang takdir.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!