NovelToon NovelToon
Istri Siri Om Majikan

Istri Siri Om Majikan

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / CEO / Nikah Kontrak / Tamat
Popularitas:17.1k
Nilai: 5
Nama Author: fania Mikaila AzZahrah

Tanpa gaun putih, tanpa restu keluarga, hanya akad sunyi di balik pintu tertutup.
Aku menjalani hari sebagai pelayan di siang hari… dan istri yang tersembunyi di malam hari.

Tak ada yang tahu, Bahkan istri sahnya yang anggun dan berkelas.

Tapi apa jadinya jika rahasia itu terbongkar?
Saat hati mulai berharap lebih, dan dunia mulai mempertanyakan tempatku…

Istri Siri Om Majikan adalah kisah tentang cinta yang lahir dari keterpaksaan, tumbuh di balik status yang tak diakui, dan perjuangan seorang perempuan untuk tetap bernapas dalam cinta yang ia tahu tak pernah boleh ada.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 33

Sementara itu, di sebuah gedung pencakar langit yang tak banyak diketahui orang, Jordan memimpin rapat siang dengan ketegasan khasnya.

Perusahaan Elray Dinamik yang diam-diam didirikannya dan bergerak di bidang otomotif, mulai menunjukkan taring di balik bayang-bayang nama besar keluarga Atmadja.

Suaranya lantang, argumennya tajam, dan tak ada ruang untuk kompromi dalam strategi bisnis yang ia bentangkan di hadapan jajaran direksi.

Namun tanpa terduga, setelah rapat ditutup dan beberapa peserta mulai meninggalkan ruangan, seorang perempuan melangkah mendekatinya. Langkahnya anggun, matanya tajam menatap Jordan seakan sudah lama mengamati.

"Pak Jordan," ucapnya dengan senyum menggantung, "saya tertarik dengan arah visi Bapak dan saya rasa kita bisa lebih dari sekadar relasi bisnis."

Jordan menatapnya datar, tapi di balik sorot matanya ada kilatan penasaran. Ia tak menyukai kejutan, tapi yang satu ini terasa seperti teka-teki yang layak untuk dipecahkan.

Jordan tak langsung menjawab. Ia menatap perempuan itu dari ujung kaki hingga ke senyum tipis yang terasa menyimpan banyak maksud. Hening sesaat seolah membuat suhu ruang rapat itu menurun.

Akhirnya, dengan suara dingin dan tatapan tajam, Jordan berkata,

"Kalau maksudmu mendekat sebagai rekan bisnis, silakan. Tapi kalau mencoba lebih dari itu, kamu salah orang. Aku sudah punya istri, namanya Syifa Mutmainnah Azzahra, dan aku tidak pernah tertarik main api di belakangnya."

Seketika senyum perempuan itu kaku di tempat. Jordan berdiri dari kursinya, merapikan jas, lalu menambahkan, "Aku membangun Elray Dinamik bukan untuk drama pribadi, tapi untuk membuktikan bahwa aku bisa berdiri sendiri tanpa nama besar Atmadja. Jadi, tolong pisahkan niat pribadi dari urusan profesional."

Tanpa menunggu respons, Jordan melangkah keluar ruangan, meninggalkan perempuan itu dengan gengsi yang tersentak dan rencana yang tak sempat dijalankan.

Perempuan itu terdiam, wajahnya yang semula penuh percaya diri kini berubah. Keningnya mengernyit, dan bibirnya terbuka seolah hendak berkata sesuatu tapi tak jadi.

"Syifa Mutmainnah...?" gumamnya pelan, mencoba mencerna nama yang baru saja disebut Jordan. Lalu matanya menyipit penuh penasaran. "Tunggu, kau bilang namamu Jordan Milan Elric... Tapi... kau..."

Jordan berbalik pelan, menatap tajam ke arahnya. "Ya, aku putra sulung Julian Atmadja. Tapi aku memilih berdiri di atas kakiku sendiri, tanpa bantuan nama belakang itu." Suaranya tenang, tapi cukup tajam untuk mengiris keangkuhan siapa pun yang mendengarnya.

Perempuan itu menelan ludah. Selama ini dia mengira Jordan hanyalah pebisnis muda yang cerdas dan ambisius tanpa latar belakang keluarga besar.

Ternyata, lelaki itu adalah pewaris langsung dinasti Atmadja lelaki yang memilih keluar dari bayang-bayang kekuasaan dan membangun kerajaannya sendiri dengan nama yang berbeda.

"Kau menyembunyikan identitasmu," ucapnya pelan, hampir seperti bisikan.

"Aku hanya ingin dikenal karena kerja keras, bukan karena nama keluarga. Dan kalau kau mendekatiku karena status, bukan visi, maka sebaiknya langkahmu berhenti di sini," balas Jordan dingin, lalu melangkah pergi.

Langkah-langkahnya berat dan berwibawa, meninggalkan aroma kemenangan yang tak perlu diumbar, tapi terasa menusuk bagi mereka yang terbiasa mengincar dari balik senyum manis.

Langkah-langkah sepatu hitam Jordan terdengar berat bergema di lorong sepi gedung parkir, beriringan dengan Fathan yang setia berada di sisinya.

Angin sore berhembus pelan, membawa serta aroma hujan yang belum turun, tapi tak mampu menenangkan kegundahan yang menggerogoti dada Jordan sejak delapan bulan lalu.

Delapan bulan. Waktu yang lebih dari cukup untuk meruntuhkan kesabaran siapa pun. Tapi tidak bagi Jordan Milan Elric.

Ia menghentikan langkahnya mendadak dan menatap lurus ke depan, seolah berharap sosok Syifa akan muncul dari balik tiang beton itu. Tapi yang ada hanya bayangan dan sepi.

"Fathan..." Suaranya berat dan serak.

"Sudah delapan bulan dan kau bilang kau belum menemukan jejaknya sama sekali?"

Fathan mengangguk pelan, wajahnya tertunduk. "Saya udah sebar orang sampai ke luar kota. Cek CCTV, rumah sakit, pelabuhan, bahkan tempat pengungsian. Tapi Syifa seperti menghilang ditelan bumi, Bos. Tidak ada jejak satu pun."

Jordan menghela napas dalam, lalu menatap Fathan dengan mata yang menyimpan letupan amarah, tapi juga luka yang dalam.

"Dia bukan cuma pelayan pribadiku. Dia istriku, Than. Istri sah, walau diam-diam. Ibu dari anakku kelak. Bagaimana mungkin aku gagal lindungi dia?" Sesalnya Jordan.

Fathan terdiam. Ia tahu, selama ini Jordan merahasiakan pernikahan sirinya dengan Syifa dari semua orang, bahkan dari keluarga Atmadja karena status, tekanan dan karena Casandra.

Seolah ingat sesuatu, Jordan kembali membuka suara, kali ini dengan nada getir.

"Bagaimana dengan proses perceraianku dengan Casandra? Sudah sejauh mana?" Tanyanya.

Fathan menarik napas sebelum menjawab, "Pengacara bilang prosesnya tertunda lagi. Casandra terus main tarik ulur. Dia pura-pura kooperatif, tapi diam-diam mengulur waktu lewat banding dan drama mental health. Dia tahu, Bos. Dia tahu Anda ingin bebas. demi Syifa."

Jordan mengepalkan tangannya. "Kalau saja aku tegas dari awal. Kalau saja aku berani akui Syifa di depan semua orang, mungkin dia nggak akan pergi begini." Suaranya lirih, nyaris tak terdengar.

Lalu ia menatap Fathan, matanya tajam.

"Kalau Syifa masih hidup aku akan cari sampai ketemu. Dan kalau dia sudah..."

Jordan tak melanjutkan. Hatinya menolak mengucap kemungkinan itu.

"Kalau Casandra tahu ini semua, dan dia yang main di belakang, aku akan hancurkan dia sampai ke akar."

Jordan masih berdiri mematung di depan mobil hitamnya. Kedua tangannya bersedekap, rahangnya mengeras, pikirannya tak lepas dari bayang-bayang Syifa.

Hujan mulai turun rintik-rintik, menambah muram suasana yang memang sudah kelam sejak tadi.

Fathan menoleh ragu, lalu membuka suara dengan nada lebih hati-hati.

"Bos... saya hampir lupa bilang."

Jordan menoleh cepat, matanya menyorot curiga. "Apa?"

"Kemarin malam, saya dikontak salah satu relasi bisnis kita yang ada di Bandung. Mereka minta jadwal pertemuan soal proyek kerja sama di sektor logistik otomotif, tapi yang aneh salah satu utusan mereka menyebutkan nama 'Bu Syifa' dalam percakapan internalnya. Katanya, ada perempuan berhijab bernama Syifa yang bekerja di lembaga sosial yang baru jadi mitra relasi mereka di sana."

Jordan langsung menegakkan badan. Dadanya bergemuruh.

"Kau yakin itu Syifa-ku?" bisiknya penuh tekanan.

Fathan mengangguk pelan. "Saya belum bisa pastikan seratus persen, tapi... deskripsinya cocok. Usia, cara bicara yang lembut tapi tegas, dan mereka bilang perempuan itu sangat menghindari publikasi. Bahkan nggak pernah mau difoto dalam acara resmi."

Jordan menarik napas panjang, matanya menatap jauh ke depan seolah Bandung hanya sejengkal dari tempatnya berdiri.

"Kapan pertemuannya?"

"Besok pagi. Mereka undang kita secara tertutup. Kalau Bos mau, kita bisa langsung ke sana malam ini."

Jordan mengangguk tegas. "Kita berangkat malam ini. Dan kali ini, aku akan temukan dia. Hidup atau mati, aku harus tahu kenapa dia pergi, dan kenapa dia sembunyi."

Fathan tak menjawab, hanya mengangguk dan membuka pintu mobil.

Jordan masuk dengan langkah cepat, dan untuk pertama kalinya dalam delapan bulan terakhir ada harapan yang kembali menyala di matanya

1
Retno Harningsih
lanjut
Reni Anjarwani
lanjut doubel up
Retno Harningsih
up
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: sambil nunggu bab selanjutnya kakak bisa mampir baca novel aku yang baru ceritanya lebih seru judulnya:

Dihina Camer Dirajakan Kekasih
Istri Badas Ustad Tampan
total 1 replies
Adinda
ayo fathan rebut hati naurah cocok kok kamu sama Naurah
Retno Harningsih
lanjut
sunshine wings
♥️♥️♥️♥️♥️
sunshine wings
😍😍😍😍😍
sunshine wings
🥰🥰🥰🥰🥰
sunshine wings
🥹🥹🥹🥹🥹
sunshine wings
♥️♥️♥️♥️♥️
sunshine wings
Aamiin.. 🤲🤲🤲🤲🤲
sunshine wings
Alhamdulillah.. Semoga papa Jordan terus istiqomah di jalan-Nya ya Rabb.. Lindungilah ia dan keluarga kecilnya.. 🥹🥹🥹🥹🥹🤲🤲🤲🤲🤲
sunshine wings
Sedihnya punya saudara kandung yg begini kelakuannya.. Kebahagiaan gak akan menghampiri mereka yg sombong dan bongkan apalagi iri dan dengki karma Allah akan membuat mereka hancur atas perbuatan sendiri..
sunshine wings
Aamiin ya Rabbal Alaamiinn.. 🤲🤲🤲🤲🤲♥️♥️♥️♥️♥️
sunshine wings
Yeah akhirnya 🥰🥰🥰🥰🥰
sunshine wings
🥹🥹🥹🥹🥹♥️♥️♥️♥️♥️
sunshine wings
Aduh.. Capek daa.. 😁😁😁😁😁
sunshine wings
🙈🙈🙈🙈🙈
sunshine wings
Ahhh!!! Jordaaannn..
sunshine wings
Waduh kok makin parah bunyinya author.. Jordan!!!!
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: typo kakak 😭😭☺️🙏🏻
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!