karna dalam pengaruh obat, membuat Ameena terpaksa menghabiskan malam dengan pria asing yang tidak dikenalnya.
Pria itu adalah Satria Wijaya, seorang kurir paket yang kebetulan akan mengantarkan barang ke hotel tempat Ameena menginap.
Kehidupan Ameena setelah malam itu berubah 180 derajat. Ameena terpaksa menikah dengan Satria karna telah tumbuh kehidupan baru dalam rahimnya.
Bagaimana kisah selanjutnya? ikuti terus kisah Ameena dan Satria ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alisha Chanel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Semakin Bangga
"Pertanyaan bodoh macam apa itu? Tentu saja kau tidak akan membohongiku kan?" yakin Ameena.
Satria menanggapi ucapan Ameena dengan senyuman kaku.
Cup!
"Selamat tidur suamiku." Ameena mengecup pipi Satria, kemudian mulai membenamkan matanya yang sudah terasa berat.
"Selamat tidur istriku." balas Satria pula.
"Apa ini sudah saatnya aku untuk kembali?" Satria menatap langit-langit kamar, namun pikirannya menerawang jauh entah kemana.
***
Keesokan paginya.
"Letakkan di sini saja! Iya begitu."
Pagi-pagi sekali Ameena sudah sibuk menata buku-buku yang dibawakan Jessy di atas rak buku. Jessy tak hanya membawa buku saja, tapi ia juga membawa meja kecil untuk murid-murid Ameena agar bisa belajar lebih nyaman saat belajar.
"Ameena, kau istirahatlah. Biar aku saja yang mengerjakannya." cegah Jessy saat Ameena akan memindahkan salah satu bangku.
"Biar aku saja Jessy, ini sangat mudah." kukuh Ameena.
"Ok, tapi hati-hati ya." Jessy merasa ngilu sendiri melihat seorang ibu hamil mengangkat benda yang cukup berat.
***
***
"Apa ini jalan menuju rumah Ameena? Kenapa becek sekali? Tahu begini aku tidak akan memakai sepatu mahalku ini!" keluh Dera sembari mencari jalan yang masih bisa ia lewati.
"Jangan mengeluh! Kau sendiri yang memaksa untuk ikut!" balas Daniel dengan wajah malas.
"Daniel, kita itu akan menikah! Jadi aku harus menyerahkan undangan ini secara langsung pada Ameena." Dera tersenyum smirk.
Setelah menyerahkan seluruh tabungan serta tubuhnya pada Daniel, akhirnya Daniel luluh dan mau menerima Dera dalam hidupnya. Tapi di sudut hatinya, Daniel masih menyimpan nama Ameena.
"Terserah!" malas Daniel.
"Eh, bukannya itu Ameena? Aku tidak menyangka hidupnya akan berubah 180 derajat seperti ini." Dera tertawa mengejek.
"Ameena, apa kau membatalkan pernikahan kita hanya untuk hidup susah dengan pria miskin itu?" Daniel menatap iba pada mantan kekasihnya.
"Ameena! Aku tidak menyangka seorang nona muda dari keluarga Bagaskara akan melakukan pekerjaan kasar seperti ini?" ledek Dera saat melihat Ameena sedang menyapu lantai.
"Dera? Sedang apa kau di sini?" tanya Ameena.
"Tentu saja untuk menemuimu Ameena, aku ingin menyerahkan undangan ini padamu. Aku dan Daniel akan segera menikah." Dera menyerahkan kartu undangan pada Ameena.
"Kalian akan menikah?" Ameena menatap tak percaya kartu undangan tersebut. Bagaimana mungkin mantan calon suaminya akan menikah dengan sahabatnya sendiri.
"Dari dulu kau memang seperti bayangan Ameena, bahkan calon suamimu saja adalah pria yang Ameena buang." ucap Jessy yang juga ikut membaca kartu undangan tersebut.
"Diam kau! Kau tidak di ajak ya!" kesal Dera.
Dahulu Ameena, Jessy dan Dera adalah sahabat dekat. Namun saat Jessy dan Dera bermasalah, Dera menghasut Ameena agar ikut memusuhi Jessy pula. Hati Dera memanas melihat hubungan mereka kembali dekat.
"Cih, aku juga tidak sudi menghadiri pernikahan kalian!" Jessy mengulurkan lidahnya pada Dera.
"Berani kau mengejekku! Awas kau ya!" marah Dera, Daniel yang juga ada di sana hanya diam seperti patung melihat calon istrinya di ejek.
"Daniel, kenapa kau tidak membelaku?" Dera meminta perlindungan pada Daniel.
"Dera, bukannya sudah aku bilang untuk tidak mencari masalah dengan Ameena. Cukup serahkan undangan ini saja kemudian kita pulang." balas Daniel.
Jessy dan Ameena menahan tawanya melihat Daniel tidak mempedulikan Dera.
"Ehem! Ameena kami datang ke sini hanya untuk menyerahkan undangan ini saja. Aku harap kau dan suami miskinmu itu bisa datang ya." pinta Dera dengan suara mengejek.
"Kenapa aku harus datang? Aku tidak punya waktu untuk menghadiri pernikahan pasangan brengsek seperti kalian! Yang wanita pengkhianat, berani menusuk sahabatnya sendiri dari belakang! Sedangkan yang pria mokondo, yang bergantung hidup pada harta pemberian wanitanya." ledek Ameena telak.
Saat Ameena dan Daniel berhubungan dulu, tak terhitung berapa banyaknya uang Ameena yang Ameena serahkan pada pria tersebut. Ameena bersyukur tidak jadi menikah dengan Daniel.
"Kau itu sombong sekali Ameena, padahal hidupmu juga sangat susah sekarang." Dera balik mengejek.
"Aku sangat sibuk, tidak punya waktu untuk meladeni pasangan brengsek seperti kalian. Sana pergilah!" Ameena menyapu debu di lantai ke arah Dera dan Daniel.
"Hachi! Hachi! Kau itu jorok sekali Ameena!" rutuk Dera sembari terbersin-bersin.
"Sudah Dera, ayo kita pulang." Daniel mengajak Dera untuk pergi karna tidak mau dipermalukan oleh Ameena lebih jauh lagi.
"Ya sana pergilah! Dan jangan kembali!" pekik Ameena, cairan bening lolos begitu saja membasahi pipi mulusnya.
"Ameena kau baik-baik saja." cemas Jessy.
"Aku sedikit lelah, aku mau istirahat." Ameena berjalan ke arah kamarnya.
"Ok." balas Jessy.
"Ameena," Jessy menatap punggung Ameena dengan tatapan nanar.
***
Siang harinya, Satria pulang ke rumah untuk makan siang. Sejak menikah, Satria memang tidak pernah jajan sembarangan lagi karna Ameena selalu memasak untuknya.
"Jessy, kenapa kau sendirian? Dimana istriku?" tanya Satria saat melihat Jessy hanya sendirian saja menata buku-buku yang tadi dibawanya.
"Satria! Kenapa kau terus berbohong pada Ameena? Kapan kau akan jujur padanya?" desak Jessy yang tak tahan melihat Ameena bersedih.
"Apa menurutmu aku harus jujur pada Ameena sekarang? Apa Ameena akan marah jika tahu aku membohonginya selama ini? Apa Ameena akan percaya kalau aku adalah tuan muda dari keluarga Wijaya?" Satria nampak ragu.
Pray!
Ameena menjatuhkan gelas yang ia bawa karna merasa kaget mendengar ucapan Satria.
Begitu mendengar deru mesin motor Satria datang, Ameena bergegas menghampiri pria tersebut untuk memberinya air minum. Namun siapa sangka Ameena mendengar kabar yang begitu mengejutkan.
"Ameena, aku bisa jelaskan semuanya. Tolong jangan marah dulu ya." bujuk Satria.
"Apa yang kau katakan tadi benar? Apa kau tuan muda dari keluarga Wijaya?" tanya Ameena dengan tatapan tajamnya.
"Benar Ameena." pasrah Satria yang tidak mau membohongi Ameena lebih lama lagi.
"Akkk! Kenapa kau tidak mengatakannya dari dulu!" Ameena memeluk Satria erat.
"Harusnya kau jujur saja sejak awal, aku tidak tahan tahu mendengar kau terus di hina dan di rendahkan orang lain karna miskin." lanjut wanita cantik itu.
"Ameena, apa kau tidak marah karna aku tidak jujur padamu selama ini?" cemas Satria.
"No! Malah aku semakin bangga padamu suamiku." Ameena sampai mengecup bibir Satria saking bangganya.
Satria menahan tengkuk leher Ameena untuk memperdalam ciuman tersebut.
Bersambung.
Jangan lupa like dan komennya sebagai dukungan.