NovelToon NovelToon
Jangan Salahkan Aku, Ibu

Jangan Salahkan Aku, Ibu

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Poligami / Bullying dan Balas Dendam / Hamil di luar nikah / Cintapertama / Mengubah Takdir
Popularitas:300
Nilai: 5
Nama Author: Widhi Labonee

kisah nyata seorang anak baik hati yang dipaksa menjalani hidup diluar keinginannya, hingga merubah nya menjadi anak yang introvert dengan beribu luka hati bahkan dendam yang hanya bisa dia simpan dan rasakan sendirian...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Widhi Labonee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menjadi Gunjingan Tetangga

Hari ini Tiwi masih belum masuk sekolah. Jika kemarin dia ijin karena pergi ke makam Bapaknya, maka hari ini dia sakit, semalam demamnya sangat tinggi, sampai dibawa ke UGD Rumah Sakit yang dekat rumah itu. Rumah Sakit yang tiap hari dia lewati saat berangkat dan pulang sekolah. Yang di sepanjang depan pagar banyak penjual makanan, es, juga keperluan untuk menginap di rumah sakit.

"Ayo, makan bubur dulu Ndhuk, buburnya keburu dingin nanti ndak enak, ayo Mbah suapi," ujar Mbah Mirah, seorang wanita tua ibu kandung Riyanti, beliau adalah seorang janda dengan empat orang anak dan dua belas cucu..

"Kepalaku sakit sekali Mbah, ulu hatiku rasanya seperti ada yang menusuk, mual aku pingin muntah Mbah," keluh Tiwi pada sang Nenek.

"Iya, makanya bubur ini dihabiskan dulu, terus minum obat, dan tidur. Nanti pasti sakitnya hilang dan kamu lekas sembuh, ayo, haaak," ucap sang Nenek yang dengan telaten menyuapi gadis kecil itu.

Riyanti berjalan memasuki rumah dengan membawa tas penuh belanjaan, dia baru pulang dari pasar. Ditaruhnya tas itu diatas meja, setelah mencuci tangan, dia mendekati anak dan ibunya yang sedang berada di beranda depan dapur dimana terdapat dipan tanpa kasur yang hanya di alasi tikar, tempat mereka bercengkerama bersama. Hanya saat ini ada Tiwi yang sedang rebahan dengan bantal peluk di sisinya.

"Sudah minum obat dia Bu?" tanya Riyanti sembari mengecek suhu kepala anaknya dengan menempelkan punggung tangannya di kening Tiwi.

"Sudah, katanya ulu hatinya masih sakit, dia mual pingin muntah terus. Apa tidak di opname di rumah sakit saja Ti? Biar dapat infus, biar tidak lemas begini badan anakmu," usul Mbah Mirah pada Riyanti, dia tidak tega melihat wajah Tiwi yang pucat dan badannya lemas ini.

"Iya Bu, aku juga berpikiran begitu, kalau dia sudah bangun, akan aku gendong ke rumah sakit, biarkan dia tidur dulu, semalam dia gelisah dan sulit tidur Bu, seringkali mengigau memanggil mas Effendi..." Ujar Riyanti lirih, pandangannya menerawang jauh, pikirannya kacau. Dia tidak mengira akan ditinggalkan oleh pria yang telah menikahinya selama hampir sembilan tahun itu, meskipun hanya pernikahan siri. Tetapi pria itu sangat mencintai dirinya terutama gadis kecil yang sedang sakit itu. Bagaimana tidak, jika sejak bayi pria itulah yang membantu merawat nya, mengajaknya bermain dengan tiga hewan peliharaan dirumah itu, yaitu seekor kucing bernama Lupus dan dua ekor anjing bernama Melky dan Boy. Riyanti sangat memaklumi jika akhirnya Tiwi jatuh sakit, istilah bahasa jawa nya Nglayung, yaitu perasaan kehilangan yang teramat sangat sehingga mengakibatkan sakit baik fisik maupun psikis.

"Nanti sore aku akan ke Mbah Siti Saleh, akan aku mintakan air jampi-jampi buat kesembuhan Tiwi, biar dia bisa melupakan kesedihan hatinya karena ditinggal Bapaknya meninggal. Aku sudah mengambil dua butir telur ayam yang akan aku bawa kesana, tinggal beli kembang setaman dan rokok gudang garam merah," ucap bu Mirah kepada anak perempuan nomor tiga itu.

Riyanti hanya mengangguk pasrah. Dia tidak bisa berpikir jernih dua hari ini. Biasanya dia akan melarang ibunya berhubungan dengan Dukun, tapi kali ini dia hanya diam. Hatinya terasa kosong, sekaligus sakit. Kata-kata yang diucapkan tetangganya saat bertemu di pasar tadi benar-benar menyinggung perasaannya.

" Benarkan Ti?" pertanyaan dari sang ibu membuyarkan lamunan panjangnya.

"Apa Bu? Aku tadi tidak mendengar pertanyaanmu..." sahut Riyanti pelan.

"Ada apa denganmu Ti? Mengapa wajahmu seperti menyimpan beban begitu? Tadi aku bilang, meskipun kamu tidak mendapatkan pensiun dari Fendi, tapi untuk bekal biaya pendidikan Tiwi bukankah sudah ada ya? Selama ini kan kamu selalu membeli emas sebagai simpanan tabungan buat Tiwi, benarkan Ti?" ulang Mbah Mirah.

Riyanti kembali mengangguk, memang benar jika selama ini suaminya banyak memberinya nafkah berupa uang yang sebagian ditabungnya dalam bentuk perhiasan emas dan juga beberapa di bank konvensional itu. Karena dia menyadari tidak akan mendapat uang pensiun jika terjadi sesuatu dengan diri suaminya. Dan itu terbukti sekarang.

"Jadi masak sekarang Bulik?" tanya Anik dan Misti, kedua kakak beradik anak dari kakak perempuan Riyanti yang bernama Sunarti itu yang datang dengan membawa pisau dapur masing-masing. Mereka akan membantu Riyanti memasak untuk acara kirim doa tiga harian almarhum suaminya nanti setelah isyak.

"Iya, masuk saja, kalian bongkar sendiri belanjaanku di atas meja itu. Ini aku masih bingung harus membawa Tiwi ke rumah sakit atau tidak," jawab Riyanti sembari membetulkan sarung yang diselimutkan di tubuh ringkih gadis kecil yang nampak pucat sekali itu.

"Aduh, Bulik, pucat sekali wajah Tiwi, kenapa nggak sekarang saja dibawa kembali ke rumah sakit? Aku panggilkan becak ya di depan?" tanpa menunggu jawaban, Misti segera berlari ke halaman depan dan memanggil pak tukang becak yang sedang mangkal di perempatan depan rumah mereka itu. Beberapa saat kemudian becak sudah siap di halaman depan rumah Mbah Mirah. Anik membantu membawakan tas berisi dompet milik Riyanti, sementara Riyanti sendiri sedang menggendong Tiwi yang sepertinya pingsan bukan tidur. Setengah berlari dia membawa anaknya itu naik ke becak.

"Antar ke rumah sakit Pak, agak cepat ya," pintanya pada tukang becak yang segera mengayuh becak nya ke rumah sakit terdekat itu.

"Kenapa si Tiwi itu Nik? Sakit juga ya? Masak baru saja ditinggal mati suami kemarin sekarang mau kehilangan anak juga sih?" tanya mbak Darti, tetangga yang terkenal paling julid itu pada Anik.

"Astaghfirullah, nyebut mbak Dar, mbok

ya di rem itu mulutnya. Kok tega ngatain anak yang sesang sakit seperti itu. Sama saja mendoakan Tiwi cepat mati, dosa loh Mbak," Anik menjawab dengan ketus.

"Loh, aku kan cuma tanya Nik, lagian ai Riyanti itu kok ya mau-maunya jadi istri simpanan, pas ditinggal mati gini, sudahlah tidak bisa lihat mayatnya, apalagi dapat hartanya, huh, masih harus repot selamatan lagi," Imbuh mbak Darti yang masih belum puas.

"Mbak, kalau datang cuma mau menghina Bulik Yanti, mending Mbak pulang lagi sana. Kami masih sanggup untuk memasak sendiri. Toh, mbak Dar palingan mau minta lauk untuk makan siang anak-anakmu itu, sudah pulang saja sana, tunggu matang saja, nanti suamimu biar ikut membaca doa baru dapat Nasi Berkat buat makan malam kalian," jawab Anik mengusir tetangga julidnya ini.

"Heh ! kamu kan cuma keponakan, gak ada hak buat usir aku ya, lagian sudah baik hati aku mau datang membantu kalian masak, malah seenaknya saja mengusirku," mbak Darti malah ngeyel.

"Ada apa ini? kok malah ribut di halaman, ayo segera masuk Dar, Nik, Mis. Oya, itu tadi aku lihat Yanti naik becak menggendong Tiwi, apakah mereka akan ke rumah sakit?" tanya bude Narti yang baru saja turun dari Becak. Rumah Bude Narti ini didesa sebelah, dia hanya tinggal berdua dengan suami barunya. Sedangkan Anik dan Misti tinggal di sebelah rumah Riyanti, menempati rumah asli bude Narti dulu.

"Loh belum mulai masaknya? Kok masih pada ngerumpi di halaman?" tanya mbak Minuk, tetangga depan rumah yang bermaksud ikut pula membantu masak.

"Ya sudah, ayo masuk ke dalam rumah, keburu siang nanti, belum lagi harus mencetak kue Apam yang butuh waktu lama itu," ujar Bude Narti sembari berjalan masuk diikuti semua orang.

Anik masih menampakkan wajah permusuhannya dengan mbak Darti yang dengan tidak merasa berdosa malah tetap ikutan memasak itu. Sekarang dia lagi mengupas kentang dan duduk di sebelah mbak Minuk yang sedang mengupas bumbu itu.

"Sst, Nuk, resiko jadi istri simpanan itu ya gini ya? Cuma dapat kabarnya saja kalau suami mati, apalagi semua uang pensiunnya jelas dikuasai istri Sah, iya kan Nuk?" bisik-bisik mbak Dar pada mbak Minuk, tapi masih dapat didengar oleh Anik yang sedang mengiris tahu dan tempe itu.

"Setauku, bulik Yanti itu menikah Siri dan ada surat keterangannya kok dari Desa jika mereka suami istri yang sah secara Agama, jadi ya layak disebut istri Sah mbak Dartiii, bukan sekedar simpanan yang akan disembunyikan dari sekitar. Lah ini, almarhum Paklik Fendi itu malah sering membawa Bulik ke pertemuan di kesatuannya. Malah keluarga Paklik yang nggak tau jika Bu Rini beberapa kali bertemu dengan Bulik Yanti, mereka tidak bermusuhan kok? Wong aku juga diajak untuk jagain si Tiwi," sahut Anik yang sedari tadi sudah menahan untuk tidak melabrak mbak Darti si mulut pedas ini.

"Iya loh Darti, meskipun pensiunan yang megang nanti si Rini, tapi Yanti nggak kuatir, karena Dik Fendi sudah menyiapkan tabungan untuk sekolah Tiwi kedepan, dan juga untuk mereka melanjutkan hidup beberapa tahun ke depan, kamu nggak usah meneruskan julidmu itu disini, daripada nanti wajan cetakan kue Apam ini melayang ke mukamu, " ujar Bude Narti dengan wajah datar dan nada biasa namun sanggup menggetarkan jantung mbak Darti melebihi kecepatan biasanya.

Misti yang sedang menggoreng kerupuk udang itu tertawa kecil melihat wajah mbak Darti sudah merah padam. Anik pun merasa puas karena ibunya berhasil membungkam mulut tetangga paling ember, paling julid, paling jahat mulutnya se-RT ini. Kedua kakak beradik itu saling tukar pandang dan melempar senyum senang.

...----------------...

Sementara itu setelah kembali masuk UGD, diputuskan agar Tiwi menjalani rawat inap, akibat panas badannya yang kembali melonjak, juga badannya yang lemas sekali tiada daya itu. Riyanti menunggui anak semata wayangnya itu dengan duduk dikursi di sebelah ranjang pasien dikamar kelas tiga ini. Di sebelah sana ada tiga orang yang juga dirawat di ruangan yang sama dengan Tiwi.

"Bu ... sakit tanganku..."ucap Tiwi lirih.

" Iya, kamu di infus sayang, jangan banyak gerak ya, biar cepat sembuh," hibur Riyanti pada sang anak.

"Haus... mau mimik," pinta Tiwi pada ibunya.

Riyanti segera mengambilkan minuman air mineral di botol dan memasukkan sedotan, agar memudahkan Tiwi meminumnya.

"Kita akan menginap disini Bu?" tanya Tiwi lemah.

"Iya, sampai kamu sembuh. Makanya, kamu patuh ya, ikuti semua arahan mbak suster dan pak dokter, biar bisa cepat sembuh, pulang dan bisa sekolah serta bermain bersama teman-temanmu lagi," ujar Riyanti sembari mengusap kepala Tiwi penuh sayang.

"Iya Bu, Tiwi ngantuk.."

" Ya sudah kamu tidur dulu, ibu akan menemanimu disini."

Dan Tiwi pun memejamkan matanya, beberapa saat kemudian diapun terlelap. Rupanya obat yang disuntikkan melalui cairan infus tadi sudah mulai bereaksi. Riyanti berdiri, berjalan ke ruangan Suster yang ada di sebelah, bermaksud menitipkan anaknya pada suster disana.

"Ada apa Bulik Yanti? Tiwi sudah tidur ya?" tanya suster Parmi yang rumahnya dekat dengan tempat tinggalnya itu, hanya empat rumah di sebelah kirinya, jadi dia sudah sangat mengenal keluarganya.

"Sudah, aku mau nitip, mau pulang sebentar, mau ambil bajunya Tiwi, juga mau nge-cek di rumah sedang banyak orang yang memasak untuk tiga harian Bapaknya Tiwi," jawab Yanti.

" Oh, baiklah, tinggal saja Bulik, nanti kami yang akan menemaninya jika Tiwi bangun, jangan kuatir," ujar sus Parmi meyakinkan.

Dan akhirnya Riyanti pun pulang dengan berjalan kaki, karena memang sebenarnya jarak ke rumah sakit ini bisa ditempuh nggak sampai lima menit dari rumahnya. Hanya tadi dia terpaksa naik becak karena keadaan Tiwi yang pingsan dan butuh pertolongan medis secepatnya. Sepanjang jalan dia hanya bisa melamun, tentang hidupnya ke depan yang pastinya akan lebih berat dijalani. Belum lagi menghadapi gunjingan tetangga mengenai statusnya yang kembali menjadi Janda. Yanti hanya bisa menghela nafas panjang ..

...----------------...

1
Widhi Labonee
Bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!