Seorang pemuda tampan yang katanya paling sempurna, berkharisma, unggul dalam segala bidang, dan yang tanpa celah, diam-diam menyimpan sebuah rahasia besar dibalik indahnya.
Sinan bingung. Entah sejak kapan ia mulai terbiasa akan mimpi aneh yang terus menerus hadir. Datang dan melekat pada dirinya. Tetapi lama-kelamaan pertanyaan yang mengudara juga semakin menumpuk. "Mengapa mimpi ini ada." "Mengapa mimpi ini selalu hadir." "Mengapa mimpi ini datang tanpa akhir."
Namun dari banyaknya pertanyaan, ada satu yang paling dominan. Dan yang terus tertanam di benak. "Gadis misterius itu.. siapa."
Suatu pertanyaan yang ia pikir hanya akan berakhir sama. Tetapi kenyataan berkata lain, karena rupanya gadis misterius itu benar-benar ada. Malahan seolah dengan sengaja melemparkan dirinya pada Sinan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yotwoattack., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
A M BAB 33 - penculikan dan stalker.
"Eh tunggu!" Memanggil. Membuat langkah si gadis terhenti. Meniru nada film. "Jangan rindu, karena rindu itu berat. Biar aku saja."
Stress. Kira-kira begitu isi hati si korban. Menghembuskan nafas lega ketika akhirnya mobil Sinan melaju. Setelahnya ia baru mulai mengunci pagar dan berjalan masuk.
Bersih-bersih dan beberes keperluan untuk sekolah besok. Hingga dalam waktu singkat gadis itu sudah tampak sangat siap untuk tidur. Naik keatas kasur lalu berbaring.
Tok.. tok.. tok..
Langsung tersadar. Tiba-tiba teringat tentang firasatnya. Namun hanya bangkit meski tahu bahwa seseorang yang barusan mengetuk bukan datang dengan niat baik.
"Tch." Berdecih malas. "Masalah lagi."
Pagar telah di gembok jadi hanya dua kemungkinan yang menjadi penyebab si pelaku bisa sampai ke depan pintu kos. Antara dia membobol pagar atau dia bukan penghuni alam manusia. Alias setan iseng.
"Oh." Katanya. Menatap perempuan dengan dua orang pria bertopeng. "Gue kira setan."
Tak butuh waktu lama untuk orang-orang itu memasukkan Dinya ke dalam mobil. Melakukan tindak penculikan paling gampang dan tanpa perlawanan.
"Diem! Jangan gerak, kalau lo berani gerak atau teriak, gue gak bakal segan buat nyakitin lo! Lo paham?!!" Menggertak. Melayangkan ancaman. "Diem! Di-"
"Emang. Emang udah diem daritadi." Memotong muak. Menggerutu. "Heran."
Dirinya bahkan tak mengeluarkan bunyi apalagi memberontak. Apa-apaan perempuan itu. Masih sambil melirik si perempuan, menghakiminya dengan tatapan. Lantas Dinya mulai bersandar.
Suasana di dalam mobil tergolong tenang untuk seseorang yang sedang 'diculik' si korban begitu anteng. Duduk manis menatap jalanan. Sementara perempuan di sebelahnya dengan tubuh gemetar terus menodongkan pisau. Entah apa gunanya.
"Kenapa nyulik gue." Si perempuan terkesiap. Menatapnya bingung. "Buat ap-"
Ujarannya terpotong akan mobil yang tiba-tiba hilang kendali. Si pria bertopeng sialan membuat monster besi yang membawa mereka meluncur dan berputar-putar di atas jalanan aspal.
"TOLOL! MAKANYA KALAU NYETIR JANGAN PAKE TOPENG BEGITUAN!!" Berteriak. Berpegangan pada sit belt sambil mengudarakan sumpah serapah. "NYULIK ORANG DOANG GAK BECUS!! SIALANNN!!"
Berakhir menabrak papan peringatan di bawah jembatan besar. Si pria bertopeng lantas menghembuskan nafas panjang. Lalu menoleh ke belakang dengan raut kesal.
"Jangan mengatur saya, bocah tengik!" Menggulirkan tatapan. Melapor. "Mobil sudah tidak bisa di gunakan, apa perintah selanjutnya. Menghabisinya disini atau.."
"Gak." Menyahut. Menarik tangan Dinya dan membawanya keluar dari mobil. "Hubungi seseorang yang bisa membawakan mobil pengganti, aku bisa sedikit menunggu."
Gelap dan tak berpenghuni. Terdapat lampu-lampu, tetapi hal remeh dan redup itu tak mampu mengurangi gelapnya area bawah jembatan yang luas dan berumur.
"Ngeri.." bergidik. Memeluk lengan sendiri sambil menatap liar ke arah sekitaran.
Menyadari pegangan yang getarannya jauh lebih kentara dari tadi. Ia jadi terpikir suatu ide. Berkata dengan sengaja pada perempuan itu. "Pasti banyak setannya."
"Apasih! Diem." Benar. Si dia terpancing.
Ketika ingin melancarkan lebih banyak aksi. Dinya jadi harus mengurungkan niatnya. Ikut menatap pada ujung jalanan yang terdapat sosok tinggi. Mendekati mereka.
"I-itu apa.." si perempuan terbata-bata. Memeluk gadis itu tanpa sadar. Lantas berujar. "K-kalian! Periksa orang it-"
Lengkingan mengudara. Datang berbarengan dengan teriakan kencang juga tangis histeris. Begitu menyeramkan apalagi kondisi mereka yang berada di bawah jembatan sehingga suara itu jadi pantul-memantul disana. Menggema.
Belum sempat mereka mengambil nafas. Si sosok tinggi secara tiba-tiba melesat mendekat. Berlari kencang. Yang itu langsung membuat perempuan dan dua orang pria bertopeng lari kocar-kacir.
"ANJING APA-APAAN?!! MAMAHHHHHH!!" Jerit perempuan itu. Naik ke punggung salah satu pria bertopeng. "HUHUHU!! GUE KAPOK NYULIK ORANG!! MAMAHHHHH!! HUHU~"
Menyaksikan ketiga orang itu berlari sampai benar-benar menghilang dari pandangan. Lantas menghembuskan nafas panjang. Berbalik lagi untuk menatap si sosok tinggi misterius yang wujudnya mulai kelihatan.
"Kim.." katanya pada diri sendiri. Mengamati si dia, lalu mengambil langkah mendekat dengan alis terangkat heran. "Kok bisa."
"Bisa." Menyembunyikan pistol yang tadi ia gunakan untuk menembak ban. Memastikan sesuatu dengan menatap Dinya dari atas sampai bawah. Lalu berbalik. "Sinan. Mana."
Mengikuti langkah si gadis tinggi. Terus berjalan sampai mereka berada di atas trotoar kota. Berhenti pada mesin minuman.
Menangkap minuman kaleng yang Kim lemparkan, lalu duduk di sebuah bangku kayu. Menatap si dia yang bersandar pada mesin. Meneguk minuman ditangan.
"Malem-malem gini kenapa masih ada di luar." Membuka topik obrolan. "Gabut ta."
"Jembatan." Menunjuk tempat kejadian perkara barusan. "Nonton. Jual diri. Jalang."
Tidak sepenuhnya mengerti namun hanya mengangguk. Menyorot Kim lagi dengan benak yang melayang. Mengingat tentang cerita Sinan tentang gadis seputih mayat itu.
"Kim." Tiba-tiba memanggil. Ingin memastikan sesuatu. "Lo siapanya Sinan."
Tak langsung menjawab. Lalu beberapa saat kemudian menyahut. Mengudarakan kata yang entah kenapa langsung membuat si pendengar terkekeh geli. "Stalker."