NovelToon NovelToon
Pedang Abadi Dan Bunga Sakura Es

Pedang Abadi Dan Bunga Sakura Es

Status: sedang berlangsung
Genre:Ilmu Kanuragan / Perperangan / Fantasi Timur / Action / Romantis / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Michael Nero

Di dunia kultivasi yang kejam bernama Benua Azure Langit, seorang pemuda desa bernama Lin Feng seumur hidup dianggap “sampah” karena dantian rusak yang membuatnya tak mampu menyerap Qi. Diejek, dikhianati, bahkan tunangannya membatalkan perjodohan demi masa depan yang lebih cerah.

Dari seorang anak desa yang terbuang hingga menjadi legenda yang ditakuti sekaligus dikagumi, Lin Feng berjuang membuktikan bahwa bahkan “daun kering” bisa menjadi pedang abadi yang membelah langit. Bersama Su Ling’er, ia menapaki jalan panjang menuju keabadian—jalan yang dipenuhi darah, air mata, tawa, dan cinta abadi yang tak pernah layu seperti bunga sakura es di puncak gunung suci.

Sebuah kisah epik xianxia klasik penuh aksi kultivasi, balas dendam yang memuaskan, romansa manis yang berkembang perlahan, serta perjalanan menjadi tak terkalahkan sambil melindungi orang yang dicintai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Michael Nero, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24: Persiapan Menuju Tribulasi

Tiga hari tersisa sebelum tribulasi langit turun. Gunung Qingyun berubah menjadi benteng hidup — murid-murid bekerja tanpa henti memperbaiki tembok yang hancur pasca perang, menanam rune baru di tanah, dan menyusun formasi pertahanan tambahan. Udara dipenuh aroma kuat arang yang membara dari pandai besi sekte dimana sedang memproduksi senjata darurat, serta harum ramuan penyembuh yang mendidih di tungku besar.

Lin Feng berdiri di lapangan latihan utama, mengawasi Zhao Yun dan Li Xia yang memimpin latihan murid muda. Tubuhnya sudah pulih total berkat ramuan khusus dari Elder Xue, tetapi tatapan matanya terasa begitu jauh — beban tribulasi membuatnya tak banyak bicara.

Su Ling’er ikut menemani sang suami dengan bersisi di sampingnya, aura esnya kini lebih terkendali setelah ingatan leluhur terbuka penuh. Ia tak lagi goyah, tapi wajahnya sering muram saat sendirian.

“Kau lihat mereka?” kata Lin Feng sambil menunjuk murid-murid yang berlatih teknik gabungan dasar. “Mereka semua tidak tahu kalau tribulasi ini bisa menghancurkan gunung kalau kita sampai gagal.”

Su Ling’er menghela napas pelan dan berat. “Mereka mempercayai kita. Sect Master bilang kalau kita lulus, kutukan ini akan terputus dan sekte akan dilimpahi berkah dari langit.”

Lin Feng menoleh padanya. “Dan kalau gagal?”

Su Ling’er tidak langsung menjawab, tatapannya tetap lurus ke depan. “Dunia bawah akan menanggung akibatnya dan mungkin... sekte akan lenyap, atau lebih buruk dari itu.”

Dari kejauhan Elder Xue mendekat dengan gulungan baru yang ia bawa dari paviliun medis sekte. “Ramuan terakhir sudah siap. Ini akan membantu kalian untuk menahan petir pertama. Tapi tribulasi langit tak bisa ditipu — ia menguji hati, bukan hanya tubuh.”

Lin Feng menerima gulungan itu. “Terima kasih, Elder. Malam ini kita akan kembali ke puncak gunung untuk menjalankan meditasi terakhir.”

Hari-hari lekas berlalu dan malam pun tiba, Lin Feng dan Su Ling’er kembali naik ke puncak tertinggi sendirian. Bintang-bintang terasa lebih dekat dan semilir angin dingin membawa serta aroma hujan yang akan datang.

Mereka duduk bersila di salah satu batu besar tempat utusan khayangan kemarin muncul. Keduanya memejamkan mata memfokuskan hati dan pikiran, lalu masuk ke siklus kultivasi, segera Qi mereka mengalir untuk meditasi dual terakhir sebelum hari tribulasi tiba.

Di tengah meditasi, suara lembut Su Ling'er memecah keheningan malam. “Aku sudah mengingat semuanya atau lebih tepatnya mengetahui,” kata Su Ling’er. “Ratu Es Langit, Su Xueji, adalah nenek moyang langsungku. Dia mati bersama Xuan Qing karena peperangan demi memperebutkan kekuasaan alam atas. Mengetahui hal itu kekuasaan langit tidak tinggal diam, mereka menurunkan kutukan kepada Su Xueji dan Xuan Qing agar dimasa depan tidak ada yang dapat menguasai dua warisan ini sekaligus.”

Lin Feng menatap istrinya lama. “Dan sekarang kita adalah pasangan — pewaris dan keturunan.”

Su Ling’er mengangguk setuju. “Khayangan mungkin takut kalau kita berupaya untuk menggabungkan kekuatan kemudian naik ke alam atas dan mengubah aturan mereka. Atau kemungkinan terburuknya adalah kita justru menghancurkan keseimbangan dunia bawah.”

Lin Feng menarik napas dalam lalu mengeluarkannya perlahan-lahan. “Maka tribulasi ini dimaksudkan untuk menguji apakah cinta kita lebih kuat dari kutukan langit," pertanyaan Lin Feng mengambang di permukaan.

Su Ling’er mengubah posisi duduknya, lalu meletakkan tangan rampingnya di dada Lin Feng. “Aku tidak lagi merasa ragu. Ingatan leluhur memang ada dan nyata, tapi hati ini tetap menjadi milikku sendiri — dan milikmu.”

Malam semakin larut dan hawa semakin dingin. Setelah selesai dengan perbincangan sebentar mereka melanjutkan kembali meditasi dual — Qi panas abadi dan dingin langit mengalir lebih harmonis dari sebelumnya, membentuk core baru di dantian masing-masing: core sakura es abadi yang berkilau indah, menyelimuti dantian mereka sebagai tameng.

Saat dalam masa hening yang cukup lama, cincin giok di jari manis Lin Feng bergetar — suara Xuan Qing muncul lagi setelah sekian lama diam.

“Pewarisku, tribulasi ini juga merupakan bagianku. Dulu aku melawan langit dan kalah. Tetapi kali ini, dengan pasangan yin-yang sejati, aku yakin, kalian pasti menang.”

Lin Feng menjawab dalam pikiran, “Kami mesti menang, Senior.”

Sekte menggelar upacara sederhana di lapangan utama menjelang hari H sebelum tribulasi— murid-murid berdiri rapi, elder di depan, Sect Master Tian Jian memimpin doa kepada langit.

“Kita doakan Lin Feng dan Su Ling’er dapat lulus saat tribulasi nanti,” kata Tian Jian lantang. “Mereka bertarung bukan hanya untuk nasib sekte, tapi juga untuk mengubah takdir yang mengakar dari ribuan tahun lalu.”

Zhao Yun, dengan lengan prostetik sementara yang dibuat dari besi spiritual, angkat suara, “Kami siap melindungi gunung kalau tribulasi bocor ke bawah.”

Li Xia juga ikut menambahkan, “Dan kalau mereka menang, sekte kita akan menjadi legenda baru.”

Murid-murid bertepuk tangan, semangat mereka naik meski ada ketakutan dan harus disamarkan.

Hari itu, Lin Feng dan Su Ling’er menerima kunjungan terakhir dari para elder.

Sambil mengulurkan nampan yang diatasnya berisi pil dan secawan air Elder Xue berkata. “Ini akan membantu kalian bertahan dari kesembilan petir.”

Elder Han, yang sudah pulih parsial, memberi nasihat, “Jangan lawan tribulasi dengan kekerasan. Serap dan ubah energi murni itu menjadi kekuatan kalian.”

Dan di akhir Tian Jian memberi berkah terakhir untuk mereka berdua — ia meletakkan tangannya di pundak keduanya. “Kalian adalah anak-anakku yang berharga. Pulanglah dengan membawa kemenangan.”

Setelah mengucapkan salam perpisahan, serta ditemani senandung hutan dari kejauhan malam itu, mereka naik ke puncak. Langit sudah mulai mendung, petir samar bergemuruh di awan hitam yang berkumpul tepat di atas gunung seperti topi jerami.

Su Ling’er menatap langit. “Besok pagi ujian kehendak langit akan dimulai.”

Lin Feng berdiri di sampingnya. “Kamu benar dan kita sudah siap.”

Tapi di dalam hati Su Ling’er, suara leluhur terakhir kali muncul — lemah tapi jelas: “Kau akan gagal. Cinta tak akan cukup untuk melawan kehendak langit.”

Su Ling’er mengabaikan hal itu dan lebih memilih fokus pada suaminya.

Matahari seperti di telan awan hitam raksasa keesokan harinya. Sudah waktunya ujian surgawi tiba yang membuat langit gelap total. Petir merah dan biru bergantian menyambar di celah-celah awan, angin kencang membuat pohon-pohon di gunung bergoyang ganas kian kemari seperti hendak tumbang.

Di bawah, seluruh sekte berkumpul di lapangan dalam — formasi pelindung kedua aktif untuk melindungi kalau-kalau cobaan dao nanti sampai melesat ke bawah.

Lin Feng dan Su Ling’er dengan gagah berani berdiri di puncak batu besar, jubah mereka berkibar diterpa angin liar.

Petir Hukuman Langit pertama turun — tebal seperti naga listrik raksasa, berwarna ungu gelap bercampur merah darah, menjulang puluhan meter, langsung menghantam puncak.

Dentumannya mengguncang seluruh gunung. Batu di sekitar Lin Feng dan Su Ling’er retak besar, tanah terbelah, api listrik ungu menyambar ke mana-mana hingga menguapkan aliran sungai kecil.

Lin Feng menebas ke atas dengan pedang kayu — intent abadi membentuk garis biru raksasa yang memotong petir itu menjadi dua. Kemudian energi sisanya ia serap ke tubuhnya, membuat core-nya bergetar hebat.

Su Ling’er ikut mengalirkan domain es langit — es biru murni membekukan sisa petir, mengubahnya menjadi kristal energi yang ia tarik masuk.

“Pertama lewat!” teriak Lin Feng, suaranya nyaris hilang dalam gemuruh.

Tapi langit tak memberi jeda. Petir kedua turun lebih cepat, lebih tebal — merah darah murni, membawa aura kutukan leluhur yang langsung menyerang jiwa Su Ling’er.

Petir kedua menghantam seperti palu dewa. Tanah puncak meledak menjadi serpihan debu dan batu beterbangan hingga ratusan meter. Lin Feng terdorong mundur, darah mengalir dari telinga dan hidung, tulang lengannya retak karena getaran yang terlalu kuat

Su Ling’er terkena dampak yang lebih parah — aura kutukan tadi masuk ke tubuhnya, ingatan Ratu Es Langit meledak penuh: visi perang dahsyat ribuan tahun lalu, Xuan Qing yang menebas dengan pedang abadi, Su Xueji yang kemudian membalas dengan es langit yang membekukan segalanya.

“Aku… harus membunuh dia…” gumam Su Ling’er tak sadar, aura esnya berbalik ke Lin Feng.

Lin Feng sadar akan adanya bahaya. Ia segera melompat mendekat, pedang kayunya menangkis es liar istrinya.

“Ling’er! Kembali! Ini aku — suamimu!”

Su Ling’er goyah, mata birunya berkaca antara biru es dan merah kutukan. “Aku… tak kuat…”

Petir ketiga turun — biru tua dengan pola rune langit kuno, langsung ke Su Ling’er karena kebijaksanaan langit menganggapnya lemah.

Lin Feng melompat ke depan, menjadikan tubuhnya sebagai perisai bagi istrinya. Petir menghantam punggungnya penuh — kulitnya melepuh gosong memperlihatkan serat-serat dagingnya yang berkedut. Darah muncrat, aura-nya goyah hingga jatuh berlutut.

“Feng!” jerit Su Ling’er, kutukannya retak karena emosi.

Ia berlutut mendekat, Qi esnya menetralkan petir di tubuh Lin Feng, menyerap energi itu bersama.

“Maaf… aku hampir…” bisiknya.

Lin Feng batuk darah, tapi tersenyum. “Akhirnya kau kembali. Itu sudah cukup.”

Petir keempat hingga keenam datang bertubi seperti hujan neraka — lembah-lembah disekitar gunung longsor karena dahsyatnya kekuatan langit, formasi bawah retak, murid yang ada di bawah berteriak panik ketakutan.

Mereka berusaha menahan dengan domain gabungan yang semakin besar — tornado sakura es menjulang ribuan meter diatas langit seperti menantang kekuasaan khayangan itu sendiri, lalu menarik petir tadi dan mengubahnya menjadi energi murni.

Core mereka mulai berevolusi — pola sakura es dan pedang abadi menyatu sempurna, aura mereka naik ke ambang Nascent Soul.

Di petir ketujuh, suara langit bergema dengan auranya yang membuat kedua lutut pasutri itu bergetar: “Kalian yang berani melawan kutukan abadi. Buktikan kemampuan kalian!”

Tribulasi memasuki fase akhir — dua petir terakhir akan menentukan segalanya.

Petir kedelapan datang seperti busur dewa emas — warnanya keemasan murni dengan rune khayangan kuno, membawa aura penghakiman yang langsung menyerang jiwa.

Lin Feng dan Su Ling’er berdiri bahu-membahu. Domain sakura es abadi memjadi benteng terakhir mereka— pilar cahaya biru-putih menjulang ke langit, menahan petir emas itu.

Energi bertabrakan — cahaya khayangan bertemu cahaya sakura es — ledakan membuat puncak gunung menjadi rata, batu meleleh menjadi lava panas.

Petir itu tidak menyerang fisik, tetapi lebih ke hati — visi kutukan leluhur muncul penuh: Ratu Es Langit dan Xuan Qing bertarung sampai mati, dunia bawah hancur karena kekuatan mereka.

Su Ling’er goyah, aura esnya liar sebentar. “Aku... Aku melihat semuanya lagi.”

Lin Feng menatap istrinya tegas. “Itu masa lalu. Kita sekarang ada di masa depan. Sadarlah Ling'er!"

Su Ling’er menarik napas dalam, auranya stabil kembali. Pilar cahaya mereka dorong balik ke atas di tempat petir emas itu berasal — energi khayangan diserap, core mereka menjadi lebih matang ke tahap lanjut.

Petir kedelapan pecah — cahaya emas lenyap dan diganti dengan berkah samar yang turun ke gunung.

Di bawah, murid-murid berteriak lega saat formasi mereka tak lagi retak.

Petir kesembilan pun tiba— terakhir dan yang terkuat — turun seperti akhir dunia. Memiliki warna seperti pelangi yang dicampur hitam, sangat besar serta membawa aura kehancuran total yang bisa meratakan seluruh provinsi.

Langit terbelah lebar, angin topan menyapu segalanya, gunung-gunung yang ada di tempat jauh ikut bergoyang.

Lin Feng dan Su Ling’er berdiri tegak di tengah puing puncak. Domain mereka meledak maksimal — domain mereka menjulang ke langit, bertemu petir kesembilan di tengah.

Ledakan cahaya membutakan seluruh provinsi — energi bertabrakan seperti dua dunia yang saling bertemu.

Setelahnya petir kesembilan itu pecah berubah menjadi energi murni yang kembali masuk ke tubuh mereka, Nascent Soul mereka matang penuh, kutukan leluhur hancur total dengan suara retakan kaca di udara.

Langit cerah kembali. Matahari muncul, pelangi besar terlihat di atas gunung.

Yue Hua dan Lei Tian muncul lagi di langit sebagai bayangan. “Kalian lulus. Kutukan sudah diputus. Warisan Pedang Abadi dan Es Langit kini menjadi satu — berkah langit turun.”

Cahaya emas turun ke sekte — luka murid-murid sembuh, tembok pulih, aura semua orang naik level.

Lin Feng dan Su Ling’er jatuh terduduk lelah di puing puncak, Nascent Soul tahap awal mereka stabil, mata mereka penuh cahaya baru.

“Kita menang,” kata Lin Feng, suaranya serak penuh kelegaan.

Sambil masih mengatur nafas Su Ling'er balas menjawab. “Kita sudah mengubah takdir.”

Di bawah, sekte merayakan kemenangan terbesar dalam sejarah mereka— bukan atas musuh manusia, tapi atas langit sendiri

Sore hari setelah Lin Feng dan Su Ling'er turun dari atas gunung, sekte segera menggelar perayaan sederhana di lapangan utama yang sudah pulih secara ajaib berkat berkah langit. Bendera baru biru langit berkibar gagah, murid-murid tertawa dan bernyanyi, aura mereka naik rata-rata satu tahap kecil.

Lin Feng dan Su Ling’er berdiri di balkon paviliun inti, tubuh mereka sudah pulih total berkat energi langit.

Zhao Yun dan Li Xia mendekat, mata mereka penuh dengan rasa kagum dan hormat. “Senior… kalian benar-benar mengubah kehendak langit,” kata Zhao Yun.

Li Xia menambahkan, “Sekte kita sekarang akan menjadi legenda. Aliansi gelap pasti tak akan berani mengusik kita lagi.”

Lin Feng tersenyum. “Kemenangan ini milik semua orang juga kalian berdua. Kalianlah yang berperan dalam mempertahankan garis bawah disaat kami di atas.”

Su Ling’er melingkarkan tangan di lengan suaminya. “Dan kutukannya kini sudah hilang dan aku bebas.”

Malam itu, mereka jalan berdua ke pohon sakura — bunga mekar penuh meski musim salah, berkah langit.

“Kau tahu,” kata Su Ling’er pelan, “sekarang kita berada di ranah Nascent Soul. Jalan ke puncak keabadian sudah terbuka lebar.” katanya ketika mereka berdua sedang duduk di bawah pohon sakura, tempat bersejarah bagi keduanya.

Lin Feng mendongak ke langit menelusuri bintang. “Tapi aku tak mau terburu-buru. Aku mau menikmati waktuku ini — dengan kau, dengan sekte.”

Su Ling’er angguk. “Ya. Kita sudah menang atas langit. Sisanya adalah petualangan baru.”

Di kejauhan, aura baru muncul di balik pegunungan— gerbang ke alam lebih tinggi mulai terbuka karena keseimbangan dunia yang berubah.

Petualangan mereka baru saja memasuki babak baru.

1
Hasan Udin
gak jls alur cerita nya buruk👎👎👎
Nanik S
NEXT 💪💪💪
Nanik S
Harus secepatnya mereka kembali
Nanik S
Lanjutkan Tor 🙏🙏
Nanik S
NEXT
Nanik S
Serasi dan Kompak
Nanik S
Ngincer warisan... dasar Iblis
Nanik S
Ternyata Zhao Long penghianat sekte
Nanik S
Zhao Long... cemburu ya wkwkwk
Nanik S
Lin Feng jangan terlalu polos apalagi oleh kecantikan
Nanik S
Akhirnya jadi murid inti LinFeng
Nanik S
Lin Feng 💪💪💪
Nanik S
Bagus Lin Feng
Nanik S
Lanjutkan Tor
Nanik S
Hadir.... ikut nyimak cerita
Ara putri
semangat nulisnya kak.
jika berkenan mampir juga keceritaku PENJELAJAH WAKTU HIDUP DIZAMAN AJAIB
no subject: oke kak
total 1 replies
Yasinta Dwi Wahyuni
ceritanya menarik
saya suka...saya suka.../Drool//Drool/
no subject: terimakasih sudah mampir, bab berikutnya akan segera rilis
total 1 replies
no subject
Halo, para pembaca setia 🤍
Terima kasih banyak atas dukungan dan kesetiaan kalian dalam mengikuti novel ini.

Saat ini, novel sedang dalam proses revisi, khususnya pada segi kepenulisan dan ejaan, agar alur cerita menjadi lebih rapi, nyaman dibaca, dan sesuai dengan kualitas yang diharapkan. Selain itu, terdapat beberapa adegan yang perlu dipotong, diperbaiki, atau diganti, demi memperkuat cerita serta menjaga konsistensi plot.

Proses ini dilakukan agar pengalaman membaca kalian menjadi jauh lebih baik ke depannya. Mohon pengertiannya apabila ada perubahan pada beberapa bagian cerita.

Sekali lagi, terima kasih atas kesabaran dan dukungan kalian. Semoga versi revisi nanti bisa memberikan kesan yang lebih mendalam dan memuaskan. 🙏✨
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!