"Kau mengundang suami sah mu untuk menyaksikan istrinya dinikahi pria lain? lelucon apa yang sedang kau buat?. Dirimu, tubuhmu, bagian terdalam mu, hanya milikku. Ariana Raj Wallace." (Caesar Castillo Grayson).
Hawaii, tempat indah yang menghantarkan Ariana pada kehidupan baru. Ia mengalami kejadian apes yang membuatnya mendadak jadi istri seorang pria asing bernama Caesar selama 21 hari.
Setelah semuanya selesai, Ariana pergi tanpa memikirkan bahwa dirinya masih seorang istri dari seorang Caesar. Seiring berjalannya waktu, keduanya dipertemukan kembali. namun status pernikahannya harus disembunyikan.
.
.
Penasaran?
SIMAK KISAH SELENGKAPNYA>>
Note: Dilarang mencomot karya orang/plagiasi, silahkan keluar dengan aman!.
HAPPY READING^^
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dilla_Nurpasya_Aryany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 15
Sekembalinya dari LA, Caesar melepaskan jasnya di ruang ganti pakaian. Tubuh tinggi kekar itu hanya menyisakan kemeja putih dengan dua kancing yang sengaja dibiarkan terbuka. Pekerjaan yang melibatkan pertemuan penting perusahaan berjalan lebih cepat dari biasanya. Ia memilih kembali ke Hawaii malam itu juga.
"Caesar..."
Pria itu tampak terdiam dan segera menoleh, Caesar meletakkan jam tangan lalu bergegas menuju arah sumber suara.
Ia mematung mendapati pemandangan langka, terlihat Ariana berbaring di atas tempat tidurnya dengan cukup tak beraturan. Caesar tahu apa yang dilakukan Ariana selama ia pergi, maka sudah tak heran jika apartemen kosong.
Tapi apa ini? Kenapa dia bisa sampai masuk kamarnya?.
"Caesar..." Gumam Ariana lagi dengan lambat, mengelus-elus lembut sprei seolah mencari-cari keberadaannya.
"Ya? Ariana.."
Caesar menatap apa yang terjadi dengan istrinya. Sekilas ia berdecak kesal melihatnya mabuk. Pria itu perlahan duduk di tepi ranjang menatap intens Ariana yang juga sudah menatapnya walaupun dengan mata setengah terbuka.
Jemari lentik itu meraba-raba tubuh Caesar dengan tatapan yang tak bisa diartikan.
Caesar memejamkan mata sebelum akhirnya menengadah akan sesuatu, tangan Ariana sudah berani meraba-raba miliknya. Ia tiba-tiba datang kepadanya dan menyiksanya dengan hal demikian.
"Bisakah tanganmu diam?."
"Caesar..."
Hanya itu yang keluar dari mulut Ariana.
Pria itu memijit keningnya, ia segera menahan tangan Ariana, Caesar meraih dagunya untuk menatap. "Jangan nakal.."
"Kau minum berapa botol, Ariana?."
Terlihat Ariana diam berusaha mencerna apa yang terjadi. Jika ini halusinasi, kenapa sentuhan Caesar terasa nyata menerpa kulit?. Berkali-kali ia menepis tapi sosok itu nyata ada di hadapannya.
Pupil mata Ariana membesar..
"Kau Caesar?.."
"Lantas siapa lagi?." Balasnya parau.
Entah ini akan teringat atau tidak. Mendapati pria yang dicarinya ada di sana, Ariana segera bangun naik ke atas pangkuan pria itu memeluknya dengan erat. Ini yang ia cari.
Mendapati itu Caesar membeku..
Cobaan apalagi ini? Ia tahu Ariana seperti ini karena mabuk. Bagaimana ia mengatasinya? Sedangkan dirinya sendiri sudah diambang batas.
"Kau menjengkelkan! Aneh pula!.." Sergah Ariana mengendus dada bidang itu. "Kau tahu? Aku sedang kesulitan.."
Caesar mengepal kuat tangannya mencengkram sprei. Deru nafas Ariana begitu memancing.
"Tapi aku datang kepadamu, mencarimu agar merasa baikan.." Lirih Ariana terus menyudutkan posisi Caesar hingga kini keduanya jatuh berbaring dengan posisi Ariana di atasnya.
Walaupun Ariana mabuk, Caesar tetap mendengar kalimat demi kalimat yang ia lontarkan.
"Sial... Jahat!." Lirih Ariana lagi memukul dada bidang itu.
Sudut bibir Caesar terangkat seolah tak habis pikir dengan tindakannya. "Jadi, apa maumu? Aku sudah kau tindih, sekarang kau akan bagaimana?."
"Ya?."
"Mhmm.. Emmm.." Gumam Ariana menggesek-gesek pelan kepalanya diantara belahan dada kekar Caesar, seolah mencari kehangatan. Manik indahnya kini perlahan terpejam.
"Jangan pergi..."
Caesar terdiam.
Setelah berucap demikian dan mengunci tubuh pria itu, kini Ariana diam tak bergerak lagi. Kesadarannya telah hilang dan tumbang.
Tampak Caesar mengatur nafasnya yang memburu. Ariana tiba-tiba bersikap sangat beda dari biasanya, walaupun ia mabuk tapi ocehan wanita itu berhasil membuat Caesar mengambil kesimpulan lain. Bukankah orang mabuk akan mengeluarkan ocehan yang sesuai dengan isi hatinya?.
Dari tadi yang keluar dari mulut Ariana adalah namanya, apa mungkin wanita itu memikirkannya juga?.
"Ck! Berani sekali kau tidur duluan setelah membuatku seperti ini, Ariana.."
Caesar pria normal sangat normal. Tindakan Ariana dua hari yang lalu saat menciumnya saja, ia ingin segera pulang untuk membalas dendamnya. Lalu sekarang? Sejauh mana Ariana akan mengacaukan sosok Caesar.
Dengan perlahan Caesar menahan tubuh Ariana, ia turunkan dari tubuhnya dengan pelan. Di tatapnya lama wajah jelita itu, sorot mata Caesar menatap inci demi inci keindahan yang dimiliki Ariana.
Rahangnya mengeras, membenci pikiran sendiri. Tapi ia mengakuinya..
Mata itu tertuju pada bibir ranum Ariana, terakhir Caesar mencium dan merasakannya saat di altar pernikahan. Ia membenci pikirannya tapi sangat menginginkannya juga.
Jemari Caesar mengelus bibirnya, sedikit masuk ke dalam meraih indra perasa. Iman semakin diuji saat Ariana merespon, menghisap jarinya layaknya lollipop.
"Sial.."
Bibir pria itu sudah terbuka untuk siap melahap, tetapi sedetik kemudian Caesar berhenti. Nafasnya memburu berat, Caesar menempelkan keningnya pada kening Ariana.
"Aku tidak mungkin melakukannya di saat kau seperti ini.."
Ariana mabuk dan belum tentu ia sadar dengan ulahnya, Caesar tidak mau apa yang telah ia lakukan akan dilupakan Ariana begitu saja.
"Kau menang, kau menghancurkan diriku."
Caesar tak bisa seperti ini, ia tak akan bisa tenang. Setelah membiarkan Ariana tidur lebih nyenyak, Caesar beranjak pergi menuju kamar mandi. Ia harus menyelesaikan apa yang harus diselesaikan di sana.
.
.
Pagi, pukul 8.45.
Ariana menggeliatkan tubuhnya dengan bebas. Semalam tidurnya rasanya begitu nyenyak dan hangat, senyumnya terpancar merekah menghiasi wajah.
Dukk!..
"Tunggu."
Mata indah itu terbuka saat tangannya mengenai sesuatu yang dirasa asing. Ariana menoleh untuk memastikan..
Deg.
Jantungnya seolah berhenti berdetak, Ariana membeku saat mendapati sosok Caesar duduk tepat di sampingnya. Wajah tampan itu terlihat suram dengan sorot mata tajam yang mengikis.
Ariana menutup mulutnya saat reflek hendak berteriak, ia segera merubah posisi dengan perasaan tak karuan. "Kau!? K-kenapa bisa di sini?."
"Bukankah seharusnya aku yang bertanya demikian?." Lirih Caesar penuh sindiran.
"Ya?."
Ariana tak paham, ia berusaha mengingat-ingat namun malah kepalanya yang terasa nyut-nyutan. "Aw!.."
Kamar yang terasa asing dan berbeda, kini Ariana sadar bahwa dirinya lah yang sedang berada di kamar Caesar.
Raut wajah tampan itu terlihat suram, Caesar terjaga semalaman tak bisa tidur sedetik pun. Dan itu semua tentu karena Ariana.
Ariana harus menyelesaikan ini dari mana? Ia teringat bahwa malam kemarin ia sendiri yang masuk kamar Caesar. Melihat tubuh pria itu tak mengenakan apa-apa, seketika Ariana mengecek tubuhnya.
Barulah ia bisa bernapas lega, untungnya Caesar tidak melakukan apa-apa.
Tiba-tiba di ruangan itu seketika terasa berat dan canggung, Ariana merasa tak enak dengan raut wajah suaminya.
"Anu.. Sejak kapan kau pulang?."
"Menurutmu?."
"Jawab aku!." Ariana benar-benar merasa tak nyaman. Sepertinya kehadiran dia di kamar pria ini sangat mengganggu. "Kapan kau pulang?."
Caesar menatap wajah cantik itu, ia bahkan terjaga karena ulahnya. "Beberapa menit sebelum kau mengacau."
"Caesar.. A-aku mabuk dan tak sengaja salah kamar." Bohong Ariana, sangat tidak mungkin baginya mengatakan yang sesungguhnya. "Ku harap kau mengerti maksudku."
Mata keduanya bertemu, terlihat Ariana gelisah menanti jawaban yang akan diucapkan Caesar.
"Ck!.." Caesar segera mengalihkan pandangan dan bangun dari duduknya.
"Mau kemana?."
Caesar memejamkan matanya mendengar pertanyaan Ariana, pria itu menoleh. "Kalau aku tidak pergi, aku akan melakukan hal yang aku sesali."
Ariana diam berusaha mencerna.
Tetapi fokusnya teralihkan saat manik indah Ariana tertuju pada tubuh kekar Caesar, ia tertegun saat menemukan beberapa tanda merah di antara leher dan telinganya. Pikiran wanita itu kemana-mana, Ariana menunduk. Pagi hari ini ia bangun dengan banyak sekali campuran emosi yang menguras.
Apa Caesar tidur dengan wanita lain selama di LA? Sepertinya penyebab ia suram pagi ini karena ulahnya yang mengganggu, karena Ariana nyasar ke kamarnya.
Wanita itu segera bangun dan turun dari atas kasur. "Sorry, aku tak berniat mengganggumu kok. Lanjutkan saja membuat kiss mark nya dengan wanita yang kau temui di LA." Setelah berucap demikian Ariana melangkah untuk keluar.
Caesar tertegun tak habis pikir dengan apa yang diucapkan istrinya, sorot mata tajamnya mengikuti langkah Ariana. "Setelah menyiksaku semalaman kau kini menuduhku karena tanda merah ini?."
"Kau sendiri yang melakukannya.."
Tapi rindu kan.........
pasti ide dari caesar...wah mereka akan bertemu d sana