Saat istri lain mendengar suaminya akan menikah lagi, akan marah. Tetapi berbeda dengan Karina, dengan senang hati, ia menikahkan suaminya dengan wanita lain.
Terdengar mustahil, tapi ini terjadi didalam kehidupan seorang wanita yang bernama Karina.
"Katakan, siapa wanita yang akan kamu nikahi, mas. Aku akan menikahkan kalian."
Dengan tersenyum lebar, Karina menerima keputusan suaminya yang akan menikah lagi.
Sebenarnya, apa yang membuat Karina memutuskan itu? Ayok baca!
Instagram: Coretanluka65
FB: Pena Tulip
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lukacoretan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pergi
Selama hampir 7tahun, Karina tidak pernah melanggar aturan suaminya, ia sangat menuruti semua peraturan suaminya, salah satunya. Karina tidak pernah keluar rumah, kalo bukan urusan penting.
Selama ini, Karina terkurung didalam rumah, karena suaminya tidak mengizinkan dirinya untuk keluar rumah, bahkan untuk sekedar main saja. Yusuf selalu melarangnya.
Karina dinikahkan saat umur dia 16tahun, dia sempat menolak dan berontak, karena menurutnya ia masih kecil, dan belum siap akan menikah.
Tetapi kedua orangtuanya mengancam dirinya, waktu itu. "Kalo kamu tidak mau menuruti keinginan ibu dan bapak, bun*h saja kami sekalian," ucap kedua orang tuanya, sembari memberikan sebuah pis*u.
Waktu itu, Karina masih polos, jadi ia tidak mau mengambil resiko.
Masa mudanya sudah hilang, dia tidak pernah merasakan masa muda dengan jalan-jalan bersama teman-temanya.
Masa muda Karina dihabiskan dengan merenung, memikirkan bagaimana caranya keluar dari hubungan yang tidak pernah ia inginkan.
Awalnya, Karina akan memulai menerima Yusuf sebagai suaminya, dan ia akan belajar mencintai suaminya, tetapi sikap Yusuf yang membuat Karina tidak betah.
"Semuanya sudah selesai, aku akan meninggalkan semua rasa sakitku," ucap Karina.
Tidak banyak barang yang Karina bawa, dia cuman membawa beberapa bajunya, karena menurutnya akan terlalu ribet kalo memawa semua bajunya.
Sebelum Karina meninggalkan rumah itu, Karina lebih dulu berpamitan dengan Mawar.
"Bi," panggil Karina.
"Bibi di dapur," teriak bi Mawar.
Karina bergegas masuk kedapur, ia akan menemui bibinya.
"Sedang masak apa, bi?" tanya Karina.
"Dari wanginya, tercium sangat enak," lanjut Karina.
"Ayok bantu bibi, bawa ini ke meja makan," kata bi Mawar.
Karina bergegas membawa masakan bi Mawar kearah meja makan.
"Ayok kita makan," ajak bi Mawar.
"Tadinya bibi akan kerumahmu, memberikan makanan ini," kata bi Mawar.
"Repot-repot sekali," ujar Karina.
"Sudah, ayok makan," kata bi Mawar.
Karina langsung memakan pasakan bi Mawar dengan lahap, ini yang terakhir kalinya, dirinya akan makan masakan bi Mawar.
"Pelan-pelan saja, tidak ada orang yang akan menghabiskan makanan sebanyak ini," ujar bi Mawar.
"Masakan bibi, memang wenak tenan," jawab Karina.
"Kau bisa saja," ujar bi Mawar, menggelengkan kepala.
Karina menikmati masakan bi Mawar dengan lahap.
"Kenyang sekali," ucap Karina.
"Sejak kapan, belum makan?" tanya Bi Mawar.
"Sudah lama tidak makan, jadi sangat kelaparan," jawab Karina.
Bi Mawar menggelengkan kepala.
"Ada-ada saja," ucap bi Mawar.
"Bi, aku pulang dulu, ya, soalnya sudah mau malam," pamit Karina.
"Tidak menginap disini?" tanya bi Mawar.
"Tidak usah bi, aku dirumah saja," jawab Karina.
"Suami kamu belum pulang, semenjak menikah dengan janda gatal itu?" tanya bi Mawar.
"Dia punya nama bi, namanya Aisyah," kata Karina.
"Bibi tidak peduli, intinya dia gatal," jawab bi Mawar.
Karina menggelengkan kepala.
"Kenapa kamu tidak bercerai saja, dari suamimu?" tanya bi Mawar.
"Semua ada waktunya, bi," jawab Karina tersenyum.
"Bibi kasihan denganmu," kata bi Mawar.
"Aku baik-baik saja," ujar Karina.
Bi Mawar menghela napas, jujur dia kasihan dengan nasib Karina, yang menurutnya mengenaskan.
"Yasudah, aku pulang dulu," pamit Karina.
"Kalo tidak berani dirumah sendiri, nginap saja disini," kata bi Mawar.
Karina mengangguk.
"Boleh gak, aku meluk bibi?" tanya Karina, dengan mata yang berbinar.
Bi Mawar langsung memeluk Karina, ia paham bagaimana perasaan Karina saat ini.
"Bibi akan selalu ada untukmu, jangan sungkan. Katakan apapun yang ingin kamu katakan," ucap bi Mawar.
"Terima kasih sudah menjadi orangtua keduaku selama ini, cuman bibi yang sangat peduli denganku," ucap Karina.
"Karena bibi sudah mengganggapmu anak bibi sendiri," jawab bi Mawar tersenyum.
"Maaf kalo selama ini, ada ucapanku yang menyakiti bibi," ucap Karina.
"Tidak pernah," jawab bi Mawar tersenyum.
Karina tidak bisa menahan air matanya, saat mengatakan itu, ingin sekali Karina mengatakan kalo ia akan pergi jauh dari sana, dan kemungkinan tidak akan pernah bertemu lagi.
Karina menyusut air matanya, dia tidak mau kalo bibi nya menyadarinya, Karina menangis.
"Kau ini, kayak mau kemana saja, pakai minta maaf segala," ujar bi Mawar.
Karina hanya tersenyum.
"Yasudah, aku pulang dulu," pamit Karina.
Bi Mawar mengangguk sembari tersenyum.
Karina meninggalkan rumah bi Mawar, dia sudah lega karena sudah berpamitan dengan bi Mawar.
Jarak rumah Karina dengan bi Mawar tidak jauh, hanya terhalang tiga rumah saja.
Setelah Karina masuk kedalam kamarnya, dia membuka ponselnya. Dan ternyata suaminya menelfon dirinya berkali-kali.
"Apa dia baru ingat, kalo mempunyai istri lain?" gumam Karina menggelengkan kepala.
Namun Karina tidak menghiraukannya, ia bergegas bersiap-siap, karena pesawat akan berangkat pukul sembilan malam, dan dia harus sampai bandara jam delapan, karena jarak rumah dengan bandara cukup jauh, membutuhkan waktu satu jam.
Karina melihat barangnya lagi, ia takut. Ada barang miliknya yang ketinggalan.
"Sudah, semuanya sudah selesai," gumam Karina.
Lalu Karina meletakan surat cerai, diatas meja sebelah kasurnya, dan cincin pernikahannya dengan Yusuf.
"Semoga kamu paham, dan aku doakan. Semoga kamu bahagia dengan istrimu," ucap Karina.
Kini, Karina dengan Yusuf telah resmi bercerai. Karena beberapa hari yang lalu, Karina melakukan sidang.
Karina meletakan surat cerai itu, lalu Karina menuliskan sebuah surat untuk Yusuf.
"Tidak banyak yang aku ingin katakan denganmu, bang. Tetapi terima kasih atas pelajaran hidup selama hampir 7tahun ini, sekarang kita sudah resmi bercerai, jadi tidak ada ikatan apapun di antara kita, aku pergi bukan karena kamu menikah lagi, tetapi selama hampir 7tahun pernikahan, aku tidak pernah mencintaimu, aku hanya menjalankan kewajibanku, bukan karena cinta. Aku tidak pernah menginginkan pernikahan ini.."
Isi surat yang Karina tuliskan.
"Semoga kamu mengerti," ucap Karina.
Lalu Karina menarik kopernya, dan melepaskan cadar yang selama ini melekat di wajahnya, karena perintah Yusuf, Karina harus memakai cadar.
"Maafkan aku, Tuhan."
Lalu Karina keluar dari rumahnya, ia melihat-lihat sekitar rumahnya, dia takut ada orang yang melihatnya.
"Aman, suasananya sepi," ucap Karina.
Lalu ia masuk kedalam mobil travel yang sudah ia pesan.
"Jalan sekarang pak," titah Karina.
Mobil langsung melaju, Karina lega. Akhirnya ia bisa meninggalkan rumah itu.
Karina membuka ponselnya, lalu ia mengirimkan pesan kepada bi Mawar.
"Terima kasih bi, selama ini selalu ada buat aku, maaf kalo aku tidak langsung berpamitan dengan bibi, pertemuan tadi itu, pertemuan terakhir kita, sehat selalu bi. Aku mendoakan bibi, dan doakan juga aku."
Setelah mengirimkan pesan itu, Karina langsung membuka kartu dari ponselnya, agar tidak ada yang menghubunginya lagi..
"Selamat tinggal semuanya, aku akan memulai kehidupan baru dengan kebahagiaan yang selama ini aku inginkan."
Karina tersenyum simpul, perasaannya campur aduk, ini yang pertama kalinya Karina memutuskan suatu hal yang besar.
***
Maaff yaa Jessica 😂🙏🙏🙏