Maura Putri Wijaya, gadis cantik berusia 20 tahun. Putri tunggal dari pengusaha terkenal nan kaya raya, Elgar Wijaya dan Amira Talitha.
Namun, hidup Maura kesepian karena kedua orang tua nya sibuk dengan urusan masing-masing. Membuat Maura terbawa arus hingga memutuskan menjadi seorang sugar baby dari seorang pria tampan yang usia nya jauh di atasnya.
Daniash Anggara Kim, pria dewasa yang berhasil menjadikan Maura baby nya, bahkan mereka menghabiskan banyak malam bersama. Daniash pria beristrikan seorang artis bernama Herra Yuliana, mereka menikah karena perjodohan.
Apa yang terjadi ketika orang tua Daniash mengetahui kelakuan putra nya dengan gadis lain? Sedangkan mereka tau kalau hubungan rumah tangga keduanya baik-baik saja?
"Aku lelah dengan keadaan aku saat ini, bisakah aku menyerah, Dad?"
"Tidak, aku yang akan memberikan semua nya untukmu. Menjadikan mu gadis paling beruntung!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sendi andriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 31 - Satu Malam Bersamamu
"Takut sakit ya? Kemaren pas Daddy masukin sakit gak?" Tanya Daniash sambil mengusap pelan batang miliknya yang sudah berdiri tegak.
"Sakit sih, tapi cuma sebentar. Setelah nya enak, Dad. Tapi kan, waktu itu Maura gak liat jelas itu nya Daddy." Jawab Maura, lagi-lagi membuat Daniash tertawa.
"Sudahlah, kita tak punya banyak waktu sayang."
Daniash melebarkan kedua kaki gadisnya, lalu membasahi helm senjata milik nya dengan ludah dan mengarahkan ke pintu masuk milik gadisnya yang sudah cukup basah, padahal hanya pemanasan sebentar tapi bisa sebanjir ini.
"Eemmm, pelan-pelan Dad." Lirih Maura, setelah mengetahui ukuran benda yang sudah beberapa kali keluar masuk di dalam miliknya, dia jadi ngilu sendiri membayangkan saat pertama kali benda itu memasuki nya. Pantas saja terasa sakit kalau benda nya sebesar itu.
"Kamu ini, seperti yang pertama kali saja, Bby." Daniash terkekeh, lalu mendorong pelan senjata nya hingga berhasil masuk setengahnya, lalu pria itu kembali menekan senjata nya cukup keras hingga berhasil masuk sepenuhnya.
"Aasshhh, Daddy.." Maura meringis pelan, meski bukan pertama kali, tapi rasa ngilu tetap masih ada.
"Sayang, milikmu sangat sempit menggigit." Bisik Daniash, lalu mencium bibir Maura dan mulai menggerakan pinggang nya maju mundur dengan perlahan. Kedua tangan gadis cantik itu memeluk leher Daniash dengan erat, karena gerakan Daniash yang membuat nya terasa melayang.
"Aaahhh.." Satu desaahan lirih lolos dari bibir Maura, Daniash tersenyum kecil mendengar nya, suara itu membuatnya semakin bersemangat untuk mengerjai gadisnya.
Meninggalkan sejenak pasangan yang tengah memadu kasih di atas ranjang, berbeda situasi dengan di rumah besar milik Daniash. Herra berjalan mundar mandir seperti setrikaan, dia menantikan suaminya pulang, tapi hingga larut malam pria itu tak kunjung menampakan batang hidung nya.
Wanita itu menggigiti kuku nya yang lentik di balut kutek berwarna merah, dia khawatir. Bisa gawat kalau sampai Daniash benar-benar berpaling darinya.
"Kemana pria itu pergi? Sial, jangan sampai dia benar-benar berpaling sebelum aku berhasil mendapatkan semua hartanya!"
"Permisi, Nyonya.."
"Ya, kenapa?" Tanya Herra dengan angkuhnya.
"Makan malam sudah siap, apa Nyonya tak makan malam?" Tanya maid itu sambil menundukan kepala nya.
Pernah, maid itu mendongak menatap wajah nyonya rumah itu, tapi tanpa di duga satu tamparan mendarat di pipi salah satu maid yang sedang bekerja.
Wanita itu memaki maid itu hanya karena menatap nya, baginya kasta maid dan nyonya muda itu berbeda jauh. Ibarat kata, dia berada di atas langit sedangkan maid berada di tanah yang biasa di injak-injak. Saat itu, Daniash melihatnya dan dia murka pada Herra karena membeda-bedakan seseorang berdasarkan penampilan nya.
Sejak saat itu, tak ada satu maid pun yang berani menatap wajah Herra. Mereka takut hal yang sama akan terjadi kembali.
"Bereskan saja, aku malas makan di rumah." Jawab Herra, tanpa basa-basi lagi dia pergi meninggalkan maid yang masih terpaku di tempatnya.
"Kemana aku harus mencarimu, Daniash. Rasanya tak mungkin jika pria itu pulang ke rumah orang tua nya kan? Pasti mereka akan curiga kalau sampai dia pulang kesana."
"Lalu, kemana Daniash? Apa dia punya tempat tinggal lain, rumah lain?" Gumam Herra. Sudah beberapa hari ini Daniash tak pulang ke rumah, bahkan saat dia datang ke perusahaan pun pria itu nampak acuh dan datar.
"Apa dia menyerah? Tidak, jangan sampai dia menyerah."
"Aku harus menemui nya dan bicara dengan nya, tapi kemana aku harus mencari nya? Aahhh sialan!" Wanita itu mengumpat kasar sambil membanting ponsel nya.
Kembali lagi pada pasangan yang tengah di mabuk cinta.
"Aaahhh… aahhh.. Daddy, lebih cepath.." Pinta Maura dengan nafas yang tersengal karena pria di atasnya menambah tempo kecepatan gerakan maju mundur nya. Dia memasukkan senjata nya sedalam mungkin yang dia bisa, hingga membuat Maura menjerit nikmat saat ujung senjata milik sang pria menyentuh titik denyut nya.
"Daddyh, Maura sampai Dad.." Tubuh gadis itu melengkung, bergetar saat berhasil meraih pelepasan nya. Nafas nya menderu, terputus-putus seperti habis berlari kencang karena di kejar anjiing galak. Tapi beda nya, Maura tak berlari sama sekali. Dia hanya tiduran di atas ranjang, namun di tunggangi oleh Daniash.
"Curang, udah berapa kali kamu meledak hmm? Daddy belum keluar sama sekali."
"Ja-ngan nyalahin Maura, salahin aja batang Daddy, kenapa tahan lama." Cetus Maura.
"Kalo sekali celup langsung keluar, nanti kamu nyari yang lain karena Daddy gak bisa muasin kamu." Jawab Daniash, ada benarnya juga. Karena, hal ini membuat kecanduan kalau sudah merasakan rasa nya.
"Hehe, iya juga Dad. Nyoba gaya baru yuk, Dad? Penasaran kalo dari belakang, rasanya gimana."
"Boleh, yuk." Daniash membantu gadis nya bangkit, lalu memposisikan gadis nya agar menunggiing. Dengan perlahan, Daniash kembali menyatukan milik nya dengan inti sang gadis.
"Aaahhh, Daddy.." lagi-lagi, Maura mendesaah saat benda itu berhasil menerobos inti nya. Di posisi ini, Maura lebih sesak karena benda itu bebas masuk hingga menyentuh titik denyut nya.
Keduanya pun kembali bersenggamaa, untung saja kamar yang di huni oleh mereka adalah kamar VIP, di lengkapi dengan peredam suara, tentu saja hal itu sangat menguntungkan. Sekeras apapun orang berteriak dari dalam, suara nya takkan terdengar dari luar. Jadi, Maura bisa mendesaah, menjerit dengan leluasa tanpa takut akan terdengar orang lain.
Beberapa menit kemudian, Daniash mempercepat permainan nya, dia merasa pelepasan nya juga semakin dekat, sudah di ujung.
"Daddy.."
"Bersama sayang.."
Daniash menghentakan senjata nya sedalam mungkin, kedua nya sama-sama mendesaah panjang sebagai tanda kalau keduanya berhasil mencapai pelepasan mereka masing-masing.
Pria itu menarik diri dari sang gadis, seketika cairan itu merembes dari inti gadisnya, hingga menetes ke seprai hotel.
"Aduh Dad, ini nya netes di seprai, gimana dong?"
"Gak usah khawatir, room service udah biasa beresin hal kayak gini. Yuk mandi dulu, setelah itu Daddy antar pulang."
"Gendong napa, lutut Maura lemes banget nih."
"Iya sayang, uhhh manja nya gadisku." Daniash mengecup kening gadisnya lalu menggendong nya ke kamar mandi, keduanya mandi bersama dalam bath up, bahkan Daniash membantu gadisnya menggosok tubuhnya, membilas di bilik shower dan selesai sudah.
Setelah berpakaian rapi, Daniash mengantar Maura pulang. Karena gadis itu membawa mobil, jadi Daniash mengikuti mobil sang gadis dari belakang, memastikan agar gadis nya pulang dengan selamat.
Maura menekan klakson mobilnya dua kali saat mobilnya memasuki gerbang rumah, di balas oleh Daniash dan mereka pun berpisah.
Gadis itu memarkir mobil nya di parkiran yang berada di samping rumah, Maura keluar dan masuk ke dalam rumah dengan santai.
"Dari mana?" Suara dingin yang mendominasi terdengar di telinga Maura, tubuhnya menegang saat dia mengetahui siapa pemilik suara dingin, datar dan tegas itu. Tak lain dan tak bukan, adalah papa nya sendiri.
"Eehhh, papa.."
"Papa tanya, dari mana?" Tanya Elgar sambil menatap putrinya dengan tajam. Maura menatap penampilan nya, tak ada yang aneh.
"Dari mana kamu pulang larut malam hmmm?"
"Habis ketemu temen, Pa. Rayain ulang tahun sama temen-temen." Jawab Maura setenang mungkin, agar papa nya tak curiga kalau putrinya ini sedang berbohong.
"Gak bohong?"
"Enggak Dad, tanyain aja sama Nayna. Dia juga datang kok." Jawab Maura, mulai menyeret sahabatnya kedalam kebohongan nya.
"Ya, lain kali jangan pulang larut malam seperti ini. Gak baik, kamu anak gadis papa satu-satunya."
"Iya Papa, maafin Maura ya?"
"Karena hari ini, hari ulang tahun kamu, jadi papa maafin. Tapi kalau lain kali kamu ulangin, papa hukum."
"Hehe, iya Pa. Maura janji gak ulangin lagi."
"Yaudah, sana tidur. Jangan begadang ya, nanti mata nya kayak panda."
"Iya papa." Maura mengecup singkat pipi kanan sang papa, lalu berjalan ke kamar nya, meniti satu persatu anak tangga karena kamar gadis itu berada di lantai dua.
'Anak gadisku sudah besar ternyata, tak terasa dia sudah berusia 21 tahun. Mama, papa, kalian lihat kan? Cucu kalian sudah besar, aku merawat dan menjaga nya dengan baik. Dia pasti akan membuat kalian bangga.' Batin Elgar sambil menatap punggung anak gadisnya dengan sendu.
........
🌻🌻🌻🌻🌻🌻
bikin karya bagus lainnya saja gak usah nambah.kl kepanjangen bikin males mengikuti.
ku kirim vote ya kak....
Ditunggu judul selanjutnya
rasanya gak rela cepat tamat...
terimakasih banyak Thor sdh menghibur kami pembaca 🙏🙏
semangat Thor dgn Karya selanjutnya 💪