Penikahan yang seharusnya berjalan bahagia dan penuh dengan keharmonisan untuk sepasang suami istri yang baru saja menjalankan pernikahan, tapi berbeda dengan Evan dan dewi. Pernikahan yang baru saja seumur jagung terancam kandas karena adanya kesalah pahaman antara mereka, akankah pernikahan mereka bertahan atau apakah akan berakhir bahagia. Jika penasaran baca kelanjutannya di novel ini ya, jangan lupa tinggalkan komen dan like nya… salam hangat…
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Na_1411, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tingkah mesum Evan.
Tepat pukul sebelas malam lebih lima belas menit Evan sampai di kediaman Deri, dewi yang masih kesal segera turun tanpa menunggu Deri dan dini.
“Kenapa dengan dewi van, seperti orang yang sedang kesal saja.”
Dini melihat dewi yang berlalu pergi, begitu juga dengan Deri. Dia yang merasa aneh dengan kelakuan putrinya hanya diam tanpa bereaksi apapun.
Deri menarik koper miliknya segera masuk ke dalam rumah, bibik yang baru saja melihat kedatangan deri segera menghampirinya.
“Biar saya bantu pak..”
“Tidak perlu bik, bibik istirahat saja.”
Deri berlalu pergi dari depan bibik, sedangkan dini yang berada di belakang suaminya melihat bibik yang masih berdiri menatap kepergian majikannya.
“Bibik istrirahat saja, sudah malam juga.”
Dini menepuk pelan bahu bibik sambil memperlihatkan senyum ramahnya, bibik pun mengangukan kepalanya dia segera pergi dari depan dini.
“Baik bu.”
Sedangkan Evan yang masih berada di luar tampak melihat jendela kamar milik dewi, dia menatap nanar lampu yang terlihat baru saja di nyalakan oleh dewi.
Evan berjalan masuk ke dalam rumah, melihat suasana yang terlihat sepi evan melangkahkan kakinya bukan menuju ke dalam kamarnya melainkan kamar milik dewi.
Dia berdiri tepat di depan pintu kamar dewi, tanpa mengetuk pintu kamar Evan membuka handel dan terlihat pintu kamar dewi mulai terbuka. Segera Evan masuk kedalam kamar dewi, melihat dan empunya tidka berada di dalam kamar. Evan segera mengunci pintu kamar dewi dengan perlahan, dia membuka kaos dan celana panjangnya dan segera merebahkan dirinya ke ranjang empuk milik dewi dengan bertelanjang dada dan hanya menyisakan boxer yang dia pakai.
Dewi yang berada di dalam kamar mandi tidak menyadari akan kedatangan Evan, dia yang memilih mandi air hangat untuk menangkan dirinya yang sedang kacau. Seusai mandi dewi keluar dari kamar mandi dengan santai tanpa menyadari jika Evan tengah menatapnya dengan pandangan matanya yang tajam, dewi yang membungkus rambutnya dengan handuk di kepalanya berjalan santai menuju ke depan lemari pakaiannya.
Evan yang melihat dewi sedang memilih bajunya dengan segera berdiri dna berjalan mendekati dewi, dengan gerakkan cepat Evan melingkarkan kedua tangannya ke perut rata dewi.
“Kamu wangi sekali sayang.”
Evan mengendus tengkuk dewi dan sambil menciumnya, dewi yang terkejut berjengit kaget merasakan suara Evan yang terdengar berat. Saat akan berteriak minta tolong, Evan membekap mulut dewi agar tidak berteriak.
“Mmm….”
Dewi berusaha melepaskan diri dari pelukan Evan, tapi usaha dewi sia sia Evan bertambah erat tubuh indah dewi.
“Mm… kak Evan, lapas.”
Dewi meronta minta Evan melepaskan kedua tangannya, mendengar panggilan dewi Evan perlahan melepaskan kedua tangannya.
“Kamu sudah tahu siapa aku.”
Dengan kesal dewi membalikkan badannya, sontak dia terkejut menatap dada bidang milik Evan. Evan tersenyum menyeringai melihat wajah terkejut dewi, tanpa berkata apapun Evan menggenggam lengan dewi dan menempelkan tangan dewi ke dada bidangnya yang terbuka.
“Kamu cemburu tadi melihat caca yang tiba tiba memelukku bukan, Hmm…?”
Dewi yang akan melepaskan tangannya di hentikan oleh Evan, dai semakin kuat menggenggam lengan dewi agar masih tetap menyentuh dada bidang milik Evan.
Terasa hembusan nafas Evan yang dapat dewi rasakan, pikiran dewi sontak berkelana saat Evan dan dewi berada di dalam apartemen Evan. mengingat kejadian waktu itu, dewi tiba tiba menggigit bibirnya sampai terlihat memerah. Evan dapat melihat dewi yang menggigit bibirnya sendiri, dengan perlahan Evan menyentuh bibir yang terlihat memerah milik dewi.
“Jangan di gigit seperti itu sayang, lebih baik aku yang menggigitnya jangan kamu.”
Evan mendekatkan wajahnya dan langsung melumat dan menghisap bibir milik dewi, terasa hembusan nafas Evan terasa sangat panas di pipi dewi. Dewi yang sengaja memejamkan kedua matanya, merasakan ciuman Evan semakin lama semakin memburu.
Dewi hanya pasrah dengan perlakuan Evan ke dirinya, dia memilih membiarkan Evan melakukan apa yang menjadi keinginannya sekarang, karena dewi pun menginginkan hal yang sema seperti yang Evan mau saat ini.
“Eungh…”
Lenguhan dewi keluar begitu aja dari mulutnya tanpa permisi, Evan yang mendengar suara indah milik dewi dengan segera ingin mengeksekusinya.
Tanpa menunggu lama Evan melepaskan kimono yang dewi pakai, Evan meraba b*k*ng sital milik dewi. Dia sengaja meremasnya dengan satu tangannya.
“Eungh… kak.”
“Keluarkan sayang, jangan kamu pendam… aku ingin mendnegar suara indah mu yang memanggilku.”
Bisik Evan di telinga dewi, dewi pun menautkan kedua tangannya ke leher jenjang Evan. Dia ingin memberikan akses untuk Evan agar tangan Evan bisa mengekspor seluruh tubuh indah dewi, mereka saling melumat dan saling menyentuh satu sama lain.
Saat Evan akan melepaskan boxer milik Evan, terdengar suara pintu kamar dewi yang di ketuk dari luar.
Tok… Tok.. Tok..
“Dewi… apa kamu sudha tidur sayang…?”
Dewi dan Evan yang terkejut segera melepaskan diri satu sama lain, dewi yang panik sampai berlari ke arah pintu agar dini tidka dapat masuk ke dalam.
“Iya ma, ni aku sudah mau tidur. Kenapa ma…?”
“Oh ya sudah jika kamu mau tidur, besuk aja deh kalau begitu.”
Dewi yang tidak menyadari jika dia berlari menghampiri pintu kamar tanpa memakai sehelai kain dalam artian polos tanpa memakai apapun, membuat Evan meneguk ludahnya kasar berulang kali,
Evan mendekati dewi yang masih memegang handel pintu, dengan perlahan Evan meraba squisy milik dewi.
“Iya Eungh… ma..”
Dini yang mendengar suara dewi yang tak seperti biasa membuat punya sedikit kawatir, dia yang berniat akan pergi menjadi mengurungkan niatnya.
“Dewi… kamu tidak apa apa kan.”
Tanya dini terdengar panik, sedang Evan dengan segera membalikkan tubuh dewi dna segera mengungkungnya. Dia sengaja memainkan pucuk squisy dewi dengan mulutnya, menjilat dan mengisap menjadi keasyikan baut Evan saat ini.
“Eungh… iya ma, aku… aku tidak apa apa, aku mm… mau tidur dulu ya ma..”
Dini yang tidak curiga sama sekali segera meninggalkan kamar dewi dna segera menuju ke kamarnya, sedangkan di dalam kamar dewi Evan yang masih setia memainkan salah satu pucuk squisy dewi dengan sangat lembut.
“Kak… ah.. sudah…”
Rintih dewi menahan des*h*nnya, dewi menjambak rambut Evan kuat. Sampai Evan menggaduh kesakitan, dewi yang mendengar rintinihan kesakitan Evan tersenyum puas.
“Aduh sayang sakit…”
Aduh Evan sambil melepaskan pegangan tangannya, dia menyugar rambutnya dengan satu tangannya. Melihat Evan yang menyugar rambutnya dewi terdiam terpaku, dewi dapat melihat ketampanan Evan berkali kali lipat tidak seperti biasanya.
“Kenapa sayang, apa kamu terkesima melihatku saat ini.”
Dewi yang tersadar segera menyingkirkan tubuh evan dari hadapannya, tapi sayang Evan yang begitu kuat tidak bergeser sedikitpun.
“Kak… aku mau ganti baju, dingin kak.”
Sungut dewi yang terlihat kesal, Evan tersenyum menyeringai. Dia perlahan mendekati dewi dan tiba tiba menggendongnya ala bridal style.
“Kakak… lepasin.”
“Biarkan kakak yang menghangatkan mu sayang.”
Evan segera menggendong dewi dan membawanya ke atas ranjang, perlahan dia meletakkan tubuh polos dewi di atas tempat tidur milik dewi.
Setelah meletakkan tubuh dewi ke atas ranjang, Evan pun senang aja menjauh. Dia sengaja ingin melihat tubuh indah milik dewi, tatapan mata Evan terlihat seperti singa yang sedang kelaparan. Dewi dapat melihat Evan yang meneguk ludahnya berulang kali, dewi mencari keberadaan di mana selimutnya.
“Biar aku yang akan menyelimutimu sayang, sabar ya… biar aku melihatnya tubuh indah kamu terlebih dahulu.”