New Journey Of The Legendary King

Reynold Waseso terkejut mendengar jawaban ayahnya. Dia sungguh tidak menyangka bahwa orang yang akan turun tangan adalah Si Iblis Cantik.

Dalam dunia hitam ada sekelompok pembunuh bayaran yang mempunyai reputasi menakutkan. Mereka tak pernah gagal menjalankan tugas pembunuhan sesulit apapun target yang diincar. Mereka dikenal sebagai 10 Pembunuh Tak Terkalahkan.

Dari 10 orang ini, Si Iblis Cantik menempati urutan ke 7 dari daftar itu. Konon katanya ia pintar memanfaatkan kecantikan nya untuk memperdaya target nya hingga memudahkan nya untuk membunuh mereka. Selain ahli menggunakan pisau sebagai senjata utama, dia juga ahli menggunakan berbagai jenis racun.

"Orang itu sangat berbahaya, Ayah.. Tentu butuh biaya banyak untuk mendatangkan dia", ujar Reynold Waseso segera.

" Itu bukan masalah. Bahkan jika perlu, Malaikat Pembunuh pun akan ku datangkan agar anak buah Marissa Wijaya itu mati.. ", Arnold Waseso menyeringai tipis.

" Bagus Ayah bagus sekali. Kali ini bajingan itu pasti mampus!! ", Reynold Waseso mengepalkan tangannya erat-erat.

****

Dua hari kemudian...

Dari pintu keluar bandara internasional Juanda, seorang wanita dengan dandanan necis dan elegan melangkah keluar dari pintu dengan mendorong troli berisi beberapa koper. Wajah perempuan itu sangat cantik dengan bibir merah merona dan hidung mancung. Rambutnya terikat kuncir ekor kuda dan sebuah kacamata hitam modis menghiasi wajahnya yang oval. Penampilan ini menarik perhatian dari semua orang yang ada disana.

Begitu ia keluar dari lobby bandara, sebuah mobil hitam merk ternama berhenti tepat di depan perempuan cantik itu. Tak lama kemudian, seorang lelaki mengenakan setelan hitam turun dan mendekati perempuan cantik itu.

"Nona Eva, saya petugas penjemputan dari Hotel Sheraton. Silakan Nona.. "

Si lelaki berpakaian hitam itu segera membuka pintu mobil mewah dan perempuan itupun tanpa banyak bicara langsung masuk. Sepertinya ia sudah reservasi ke hotel elit itu sebelumnya hingga mereka mempersiapkan penjemputan. Setelah koper perempuan itu masuk ke dalam bagasi mobil, si pengemudi segera menginjak gas mobilnya meninggalkan bandara internasional Juanda.

Setelah general check in, perempuan cantik itu segera naik lift ke kamar Deluxe Room nomor 102 yang ada di lantai 12. Begitu masuk ke dalam kamar, perempuan cantik itu melepaskan kacamata hitam nya dan mendudukkan pantat nya di pinggiran ranjang.

Pandangan matanya menatap suasana Kota Surabaya sambil menyesap anggur merah yang baru saja dia tuangkan dalam cangkir kaca. Tak berapa lama kemudian, ponsel pintar perempuan cantik itu berdering. Dengan gaya anggun bak seorang peragawati, perempuan cantik itu segera mengangkat telpon itu.

"Data dan foto orang itu sudah ku kirim ke nomor mu. 500 juta untuk uang muka sudah di transfer ke rekening bank mu. Jika berhasil, 500 juta lagi akan ditambahkan. Selamat bekerja... "

Tanpa bicara sepatah kata pun, perempuan cantik itu menutup panggilan itu. Setelah itu dia mengecek notifikasi rekening bank nya dimana 500 juta telah masuk. Setelah itu ia membuka file yang telah dikirimkan pada nya.

Dahi perempuan cantik itu berkerut melihat sesosok gambar lelaki dari samping kiri yang memperlihatkan wajah tampan nya. Setelah itu ia mengecek data orang itu.

"Sayang sekali, orang setampan ini harus mati di tangan ku. Kalau saja dia bukan target ku, aku tidak keberatan jika ia mengajak ku berkencan", ucap perempuan cantik itu sambil tersenyum.

Ya, perempuan cantik itu adalah Eva Moore, gadis blasteran Sunda dan Belanda yang mewarisi kecantikan khas wanita Sunda dengan tubuh jangkung ala bule. Perempuan dengan body goal yang membuat mata lelaki tak bisa berkedip kala menatap nya inilah yang kondang dalam dunia hitam sebagai Si Iblis Cantik.

Nama aslinya adalah Evelyn Irish De Vandenberg, tetapi untuk mengaburkan jati dirinya ia menggunakan nama Eva Moore sebagai identitasnya. Ini juga mempermudah nya dalam pekerjaan yang kerap kali membuat ia harus pintar pintar menyamarkan diri.

Keesokan harinya Eva Moore jalan jalan ke beberapa tempat di Surabaya. Ini selalu dilakukan saat mengunjungi setiap kota yang menjadi tempat target nya berada. Selain mempelajari seluk beluk kota, ia juga menikmati berbelanja di setiap tempat ia kunjungi.

Saat hendak turun dari taksi online yang ia gunakan di parkiran pusat perbelanjaan dekat Bundaran Waru, mata Eva tertuju pada 2 orang perempuan dan satu lelaki muda yang baru saja keluar dari pintu City of Tommorow. Mata Eva terus tertuju pada mereka yang menuju ke arah sebuah mobil APV hitam.

'He is my target. Sempitnya dunia ini'

"Pak sopir, ikuti mobil APV hitam itu ya. Nanti ongkos taksinya saya tambah", ucap Eva pada sopir taksi online nya sambil menunjuk ke arah mobil yang baru keluar dari parkiran itu.

" Baik Non... "

Segera mobil taksi online itu mengikuti pergerakan mobil APV hitam yang bergerak menuju ke arah selatan ini. Hal ini tidak disadari oleh penumpang mobil APV hitam yang tak lain adalah Jay, Marissa Wijaya dan Ratih.

Memang, selepas peristiwa penculikan Ratih oleh anak buah Reynold Waseso terselesaikan, Jay dan Ratih tinggal di apartemen milik Marissa. Sekalian untuk menenangkan pikiran Ratih, Jay juga menyembuhkan cedera dalamnya akibat pertarungan dengan Hu Tian Hauw.

Untungnya, Jay juga cepat pulih dari cedera nya. Dalam waktu dua hari saja ia sudah benar-benar pulih sepenuhnya.

Sedangkan Ratih untuk sementara menjalani terapi dari dokter Herman guna memulihkan kesehatan mental nya usai diculik itu. Mujur, Ratih cepat beradaptasi dengan rasa takut nya hingga hari ini ia sudah bisa keluar dari apartemen milik Marissa. Dia juga sudah mengundurkan diri dari tempatnya bekerja semula.

Marissa pun sudah membuat pengaturan untuk Ratih agar bekerja di salah satu cabang perusahaan Grup Wijaya agar keamanan nya lebih terjamin. Jay setuju dan Ratih pun tak menolak karena tahu bahwa orang-orang yang kemarin hampir mencelakai nya tak kan berani mengusiknya di anak perusahaan Grup Wijaya.

Setelah hari ini, rencananya Jay mulai besok akan kembali bekerja di situs Kunjang karena masalah Ratih telah usai. Danang atasannya bolak-balik menelponnya agar secepatnya bergabung dengan nya agar ekskavasi berjalan dengan lancar.

Mobil taksi online yang ditumpangi Eva Moore terus mengikuti pergerakan mobil APV hitam yang membawa Jay, Ratih dan Marissa hingga ke apartemen Marissa. Ketika Ratih, Jay dan Marissa turun, Eva pun secara sembunyi sembunyi mengikuti mereka hingga ke apartemen no.77 dimana itu adalah tempat tinggal Marissa.

Eva Moore manggut manggut melihat Jay, Ratih dan Marissa masuk ke dalam apartemen no.77. Sambil tersenyum bengis, ia berkata dengan penuh percaya diri,

"Malam ini, aku akan membunuh nya.. "