Adelia Kirani seorang mahasiswi cantik terpaksa menikahi Azzam Prasetyo mantan kekasihnya, karena sebuah jebakan.
Mereka putus karena Azzam terlalu mengekang dan berani bermain api di belakangnya.
Akankah pernikahan mereka berjalan dengan lancar?
Bagaimana cara Adel bertahan dengan sikap Azzam yang tidak pernah Ia ketahui?
Yuk simak terus kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Byerlyan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Senin pagi, semua orang telah kembali beraktivitas dengan kegiatannya sehari-hari. Adel dan Azzam, sudah pulang kerumah mereka.
Saat ini, jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Adel sedang sibuk berkutat di meja makan. Karena dia kesiangan hari ini, jadi hanya membuat roti panggang selai kacang dan susu sapi sebagai pelengkap. Tolong salahkan suaminya karena membuatnya bergadang!
Setelah semua siap, dia duduk melamun. Memikirkan hal hal yang mengganjal beberapa hari ini. Azzam juga tak pernah bercerita tentang kejadian malam itu. Azzam terlihat marah kepada Ayahnya, namun setelahnya malah bersikap biasa saja. Tanpa Adel sadari Azzam sejak tadi telah duduk disampingnya.
"Sayang!" seru Azzam melihat istrinya melamun.
Adel tersentak kaget mendengar seruan itu. Dia menoleh kearah suaminya, lalu tersenyum lebar.
"Hehehe maaf ya, aku nggak sadar" Adel meringis didalam hati.
Azzam menatap Adel heran, menelisik mata dan raut wajah Adel. "Kenapa?" tanyanya singkat.
"Hah.., nggak papa kok. Emang kenapa sih?" jawab Adel mengalihkan tatapannya ke sembarang arah.
Melihat itu, Azzam hanya menghela napas pelan. Pasti ada yang disembunyikan istrinya. Adel selalu membuat pemikirannya sendiri tanpa mau mencari tahu terlebih dahulu kebenarannya, dan seolah olah bisa menyelesaikannya sendiri. Tapi dia akan cari tahu nanti.
Akhirnya mereka menikmati sarapan bersama. Tanpa ada sepatah katapun. Adel dan Azzam sibuk dengan pikirannya masing-masing.
...****************...
Setelah mengantar Adel ke kampus, Azzam langsung melesat pergi ke kantornya. Masuk parkiran khusus petinggi, dia disambut sang sekertaris.
"Pagi bos" sapa Rama.
"Pagi" jawabnya singkat.
"Kusut amat muka lo" celetuk Rama yang melihat muka kusut sahabatnya sekaligus atasannya.
"Ck, diem deh lo"
Rama hanya tertawa melihat Azzam kesal. Dia sangat senang mengerjai manusia sok dingin satu ini. Tapi ketika melihat tatapan Azzam yang ingin menelannya bulat-bulat, Rama reflek menutup mulutnya sendiri. Mereka berjalan masuk ke dalam gedung, menuju lantai atas.
Jadwal Azzam hari ini sangat padat, selesai meeting dia duduk menyender di kursi kebesarannya. Memejamkan matanya sejenak, sebelum kembali menghadap berkas berkas yang tiada habisnya.
Suara pintuk terbuka, Azzam membuka matanya akan memarahi siapa yang lancang masuk tanpa mengetuk pintu lebih dulu. Namun ketika melihat orang dihadapannya, Azzam terlihat berusaha kalem.
"Wah, ada apa gerangan Ayah mertua datang ke kantorku yang kecil ini" ucap Azzam sembari tersenyum tipis. Dia mempersilahkan ayah Adam untuk duduk di sofa ruang kerjanya.
Ayah hanya mendengus kesal mendengar perkataan menantunya. Jika bukan karena masalah mereka, dia juga tak akan pernah mau menginjakkan kakinya disini.
"Tidak usah basa basi Azzam, cepatlah jelaskan masalah malam itu."
Azzam tertawa kecil menanggapinya, sepersekian detik raut wajahnya terlihat serius. "Apakah Ayah punya masa lalu yang belum selesai?"
Tubuh Ayah menegang, dia berusaha menahan rasa gugupnya. "Masa lalu apa yang kamu maksud!"
Walau Ayah sudah berusaha setenang mungkin, tapi Azzam bisa melihat raut emosional Ayah. Dia mengangkat alisnya sebelah, "Ayah yakin?" tanyanya memajukan wajahnya didepan mertuanya.
Azzam sudah banyak mencari tahu tentang identitas dua orang misterius itu. Namun anak buahnya hanya mendapat informasi tentang identitas diri saja. Itupun dipalsukan, seperti ada orang berpengaruh dibelakang mereka. Bahkan hubungan dengan Ayah Adam pun tidak ada informasi apa apa.
Untung Azzam dapat mengantongi nama asli dan alamt mereka, "Siapa wanita yang bernama Astika dan putranya Dion Putra."
Tubuh Ayah kaku, mendengar nama seseorang dari mulut Azzam. Lidahnya kelu untuk memberi jawaban, dia berusaha mencari alasan supaya Azzam tak pernah menguliknya lagi.
"Itu... Biarlah Ayah yang mengurus Azzam"
Azzam mengangkat sebelah alisnya, dia tersenyum remeh menatap Ayah. "Yakin? Ayah saja merahasiakannya. Ayah juga kan yang melindungi mereka. Apa Ayah tahu, bahwa laki laki yang bernama Dion itu telah meneror dan mengikuti putrimu! Entah ada hubungan apa Ayah dengan mereka." yah Azzam mulai mengetahui semua yang terjadi pada diri Adel. Meskipun istrinya tidak pernah bercerita, namun dia melihat bagaimana gelisah nya Adel. Tanpa Adel sadari, Azzam telah menyadap ponselnya.
Bisa dia lihat wajah Ayah yang terlihat marah. Setelah beberapa saat tak ada percakapan diantara mereka. Hanya saling memandang tanpa berucap apapun.
Azzam menghela napas, mengambil rokok dilaci dan menyalakannya. Dia berdiri berjalan menuju pintu kaca yang mengarah pada pemandangan seluruh kota. Memandang lurus dengan tatapan sulit di artikan. Persetan dengan mertuanya disini.
"Ayah terlalu angkuh disini, mungkin sekarang Ayah tidak mau mengatakan apapun tentang mereka. Tapi aku pastikan, bangkai yang Ayah sembunyikan akan tercium juga. Jika aku tak melihat status di antara kita, Ayah sudah singkirkan sejak lama." ucapnya kejam.
Melihat Ayah Adam yang masih diam membisu, Azzam berniat mengusir mertuanya. "Baik, jika Ayah tetap diam. Tapi tolong urus mereka, jangan sampai aku yang turun tangan untuk menghancurkan mereka. Tanpa peduli apa hubungan Ayah dengan mereka. Karena ini menyangkut kenyamanan istriku."
"Jangan pernah katakan ini pada siapapun Azzam. Terutama pada Adel dan Ibu. Hanya kita berdua yang tahu, biarkan Ayah menyelesaikannya sendiri. Ayah percaya padamu." kata Ayah sebelum beranjak keluar ruangan.
"Bagaimana aku bisa tahan tutup mulut kepada semua orang" batinnya miris.
Azzam mematikan rokoknya, lalu kembali ke meja untuk menyelesaikan semua pekerjaannya. Setelah itu, dia akan lebih cepat pulang, disaat seperti ini memang dia membutuhkan istrinya.
...****************...
Didalam rumah berlantai satu, rumah yang cukup luas dan asri. Menandakan pemiliknya rajin merawat tempat huniannya.
Suara televisi menggema, seorang wanita paruh baya sedang menikmati secangkir teh yang dibuat khusus untuknya.
Brak!
Dia tersentak kaget mendengar pintu depan didobrak kasar. Dengan cepat wanita itu berlari kedepan melihat siapa yang berani merusak pintu rumahnya.
"Mas!" teriaknya nyaring menghentikan amukan seorang pria paruh baya.
Tiba tiba lehernya dicekik dengan kuat, hingga dia kesulitan bernapas. Kemudian tubuhnya dihempas diatas sofa ruang tamu.
"Apa yang kamu lakukan dibelakang ku hah!" suara pria paruh baya itu terlihat nyaring. Kemarahan tergambar jelas diwajahnya.
"Jawab! Mendadak bisu kamu."
"M - mas.... Apa yang kamu bicarakan" jawabnya tergagap.
Pria di depannya hanya tersenyum miring, melihat wanita yang dia nikahi belasan tahun tanpa cinta menggigil ketakutan.
"Dimana anakmu yang tak berguna itu!"
"Mas! Jangan menghina anakku" sentak balik sang wanita, dia tersulut marah saat suaminya menghina anaknya.
"Kalian sama saja!"
"Salahkan dirimu sendiri mas, jika saja kamu adil dalam membagi waktu. Aku tak akan berbuat nekat seperti ini, tunggu saja kita akan hancur bersama" tekannya seperti lupa pada sakit di lehernya.
"Dalam mimpimu" sebelum pergi pria itu, melayangkan tamparan pada istrinya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
dan tak membosankan kan sama sekali
oh ya jangan lupa dukungan nya di novel ku judul nya
istri kecil tuan mafia dan juga
dia imam ku Jagan lupa mampir