Cantik, kaya, muda, sopan, baik hati, cerdas, itulah Soraya Syifa Dewiana. Gadis berjilbab ini amat diminati banyak orang, khususnya laki-laki. Bahkan gangster pria terkenal di kota saja, The Bloodhound dan White Fangs, bersaing ketat untuk mendapatkan gadis yatim-piatu agamis ini.
Namun siapa sangka, dibalik semua itu, ia harus menikahi pemimpin gangster dari White Fangs, Justin, yang telah menggigitnya dengan ganas di malam Jum'at Kliwon bulan purnama. Satu-satunya cara agar Soraya tidak jadi manusia serigala seperti Justin adalah dengan menikahinya.
Hingga membuat Boss mafia sekaligus CEO untuk Soraya, Hugh, terkadang cemburu buta padanya. Belum lagi asistennya Hugh, Carson, yang juga menaruh hati padanya. Selain itu, ada rahasia lain dari gadis cantik yang suka warna hijau ini. Cukup psikopat pada 2 geng siluman serigala itu dan tangguh.
Lantas, siapa sesungguhnya yang akan Soraya pilih jadi suami sejatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Soraya Shifa Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16 : Pria Penenang dan Pria Pemanas
Di kantor, Soraya mencatat sambil ditelepon oleh seseorang. Tentang pertemuan dengan seorang pria yang akan menjanjikan kerja sama dengan perusahaannya Hugh.
"Baik, nanti saya sampaikan pada beliau. Sama-sama, Pak. Selamat siang!" ucap Soraya sopan dengan senyuman kecil, dan menutup teleponnya di meja.
Dan langsung saja ia menelepon Hugh untuk memberitahukan jadwal rapat berikutnya. Karena akan di adakan setengah jam lagi. Akan tetapi, Hugh mencegah Soraya agar tidak menutup dulu teleponnya.
"Lho, kenapa memangnya, Tuan? Ada yang bisa saya bantu?" tanya Soraya heran, tapi tanpa menaruh rasa curiga.
Hugh dengan tenang menjawab, "Ada yang ingin aku bicarakan denganmu. Aku akan ke ruanganmu."
"Ada apa memangnya?"
"Kau akan tahu sendiri."
"Tapi, Tuan..."
*TUUUT-TUUUT-TUUUT!*
Ucapan Soraya terpotong dengan suara telepon yang sudah diputus hubungannya oleh Hugh. Soraya menatap lubang gagang telepon itu dengan raut wajah heran. Curiga mulai muncul sekarang.
Setelah menutup teleponnya, Soraya mulai bertanya-tanya. Bukan apa-apa. Tiba-tiba perasaannya seperti tidak enak. Namun, ia berusaha menenangkan diri dan menghilangkan rasa buruk sangkanya.
"Tuan Hugh tak akan melakukan hal yang buruk-buruk padaku. Aku harus yakin itu," gumamnya sambil mengusap dadanya.
Hingga akhirnya...
*TOK-TOK-TOK!*
Suara pintu ruangannya terdengar. Itu sudah pasti Hugh sudah datang di depan ruangannya.
"Masuk!" ucap Soraya mengizinkan Hugh untuk masuk.
*CEKLEK!*
*KRIEEET!*
Pintu terdengar dibuka. Benar saja, Hugh terlihat di depan mata Soraya. Dan berjalan mendekatinya. Pria itu mendekat dengan raut wajah senyum biasa.
"Oh iya, sebentar!" katanya mengingat sesuatu.
Hugh malah balik ke pintu. Dan ternyata ia berniat menutup pintu ruangannya Soraya.
*KRIEEET!*
*BLAM!*
Hugh kembali ke Soraya. Pria itu mendekati sekretarisnya, lalu melihat layar monitor komputer.
"Apa semuanya baik-baik saja?" tanyanya halus.
Dengan tenang namun setengah waspada, Soraya menjawab, "Iya, Tuan. Semuanya baik-baik saja. Dan nanti pasti akan ada telepon lagi."
"Itulah pekerjaanmu sebagai sekretaris atasan sebuah firma, Cantik. Mengatur waktu untuk Boss-nya."
"I...iya..."
Nampaknya, Hugh ingin merayu Soraya. Ia seperti menggoda. Tapi tidak genit seperti Justin. Hugh masih bisa menahan hasratnya untuk tidak menggoda Soraya. Apalagi, Soraya sudah menjadi suami orang lain. Dan suaminya wanita cantik ini adalah saingan berat atau musuh bebuyutannya Hugh.
Hugh melirik wajah Soraya yang berfokus kembali ke komputernya, lalu berkata, "Hei! Mulai sekarang, kamu panggil namaku saja, ya! Jangan dengan kata 'Tuan' lagi."
Soraya sedikit terkejut dengan pintanya Hugh barusan. Ia bertanya, "Kenapa, Tuan? Saya harus jaga sopan santun dan etika di sini."
"Aku tahu. Tapi, panggilah namaku nanti. Jangan dengan kata 'Tuan' lagi! Kau mengerti?"
Soraya terdiam sejenak, dan menjawab dengan anggukkan kepala biasa. Ia pun lanjut bekerja. Dan Hugh memberitahu ada data yang masih belum benar, dengan menunjuk ke layar monitor komputer itu.
"Nah! Yang sebelah sini, masih harus diperbaiki," katanya dengan tenang dan senyuman menunjuk.
"Baik, Tuan. Eh! Hugh maksudku. Baiklah, Hugh," balas Soraya dengan sedikit goyah karena lupa. Ia pun tertawa kecil dan meminta maaf. Hugh sedikit tersenyum bahagia, dan memaafkan Soraya.
Keduanya nampak dekat dan romantis. Padahal saling jaga jarak dan berhati-hati satu sama lain. Meskipun Hugh pria yang cukup sombong, nampaknya galak, menakutkan, sulit dibaca atau ditebak, akan tetapi malah jadi penenang hati atau suasana. Berbeda jauh dengan Justin, yang bagi Soraya manja, menjijikkan, bahkan seperti orang kurang waras alias gila, serta kurang ajar.
Selain itu, Justin juga pria yang selalu buat gerah atau memanas-manaskan diri dan suasana. Seperti memancing emosi, memancing keributan, pokoknya sangat kurang ajar.
Hingga kedekatan itu tak sengaja dilihat oleh Dennis dan Carson dari balik jendela ruangannya Soraya. Mereka seperti ikut senang dengan Boss besar mereka di grup mafia itu, walaupun wanita idamannya itu tidak lagi disebut perawan. Malahan sudah keburu dinikahi Boss mafia lain, sekaligus musuh bebuyutan mereka.
...***...
Begitu pulang di malam hari, Soraya terkejut melihat Justin ada di teras kantor. Ia sendiri yang menjemput Soraya pulang.
"Hai, Sayang! Ayo, kita pulang! Aku tak sabar mau denganmu," ucapnya dengan nada manja.
Raut wajah Soraya kembali sedingin es kutub. Ia pun jalan dengan dampingan tangannya Justin. Tapi, suara pria familiar dari belakang mereka terdengar. Mengatakan sebuah peringatan.
"Hati-hati, Soraya! Dia lebih buas dari yang kau kira!"
Soraya dan Justin berhenti jalan. Justin menoleh ke belakang dan tersenyum sombong, sudah menduga. Itu pastinya suara Hugh. Sudah ada Carson dan Dennis bersama.
"Kita sama-sama buas, Bung! Kau tidak sadar itu?" tanya Justin dengan senyum santai jahatnya. Sambil melepas tangan dari genggaman Soraya dan mendekati Hugh.
"Tapi kau lebih buas dan kurang ajar padanya, bukan?! Jangan sok alim untuknya," balas Hugh tak mau kalah.
"Terserah. Tapi setidaknya, kau belum juga memperlihatkan pada Soraya-ku tercinta, kalau kau juga manusia setengah jin."
*DEGH!*
Tidak hanya Hugh. Soraya juga kaget. Bahkan tentunya lebih kaget lagi. Ia pun menoleh perlahan ke arah Hugh. Tatapan matanya berubah jadi raut wajah tak percaya dan seperti ada rasa kecewa mulai tumbuh.
"Hugh! Apa itu...benar? Kau juga siluman serigala seperti Justin?" tanya Soraya serius.
Hugh terdiam 1000 bahasa. Tak tahu mau menjawab apa. Tatapan mata Soraya berpindah ke Carson dan Dennis, yang juga terkejut. Seperti kaget karena Justin membongkar. Hingga suasana jadi panas.
"Soraya...aku..." Hugh terbata-bata.