Hera membaca novel Fantasi yang tengah trending berjudul "Love for Ressa", novel klasik tentang Dante, seorang Duke muda yang mengejar cinta seorang gadis bernama Ressa.
Tentunya kisah ini dilengkapi oleh antagonis, Pangeran Mahkota kerajaan juga menyukai Ressa, padahal ia telah bertunangan dengan gadis bernama Thea, membuat Thea selalu berusaha menyakiti Ressa karena merebut atensi tunangannya. Tentunya Altair, Sang Putra Mahkota tak terima saat Anthea menyakiti Ressa bahkan meracuninya, Ia menyiksa tunangannya habis-habisan hingga meregang nyawa.
Bagi Hera yang telah membaca ratusan novel dengan alur seperti itu, tanggapannya tentu biasa saja, sudah takdir antagonis menderita dan fl bahagia.
Ya, biasa saja sampai ketika Hera membuka mata ia terbangun di tubuh Anthea yang masih Bayi, BAYANGKAN BAYI?!
Ia mencoba bersikap tenang, menghindari kematiannya, tapi kenapa sikap Putra Mahkota tak seperti di novel dan terus mengejarnya???
#LapakBucin
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Salvador, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 25
...****************...
“Baiklah, seperti biasa, kau tidak pernah mengecewakan”
Altair yang baru saja menyelesaikan laporannya di hadapan Raja dan beberapa orang berkepentingan lainnya pun hanya menganggukan kepala.
Raja Dierez telah sampai di ibu kota saat matahari terbenam tadi. Tidak menyempatkan diri untuk beristirahat, pria dewasa itu kini berada ruang pertemuan, dengan Altair yang memberikan laporan tentang kegiatan istana beberapa hari ini, juga beberapa bangsawan yang memiliki urusan dengan Raja.
“Sudah cukup laporan mu, Pangeran. Silahkan beristirahat.” Ujar Raja Dierez menatap putra pertamanya.
Setelah hampir tiga jam, akhirnya rutinitas setiap Altair memegang kendali istana itu telah selesai. Pun para bangsawan yang menyelesaikan urusannya.
Seperti biasa, sebelum keluar dari ruangan mereka menjabat satu sama lain untuk formalitas. Tak jarang pula beberapa dari mereka menyampaikan kekaguman pada hasil kinerja Altair yang selalu membanggakan, mencerminkan Raja masa depan yang baik.
Dan seperti biasa, Altair hanya menganggukan kepalanya dengan formal.
Tak menunggu waktu lama, setelah berjabatan tangan dengan beberapa orang, lelaki tersebutpun mulai melangkahkan kakinya menuju pintu keluar, menyusul sang ayah yang keluar paling pertama
Membuka pintu besar berlapis emas, menatap tajam Raja Dierez dan Altair menatap beberapa orang yang terlihat membuat keributan di depan aula rapat.
“Salam, Yang Mulia.,” ucap salah seorang prajurit yang langsung diikuti beberapa orang lainnya.
“Pangeran Altair!”
Berbeda dengan para prajurit yang membungkuk hormat. Seoang wanita paruh baya berpakaian pelayan justru segera bersimpuh di hadapan Altair dengan wajah berlumur air mata.
‘Pelayan Anthea?” batin Altair.
“Yang Mulia, Nona, Tuan putri-“ ucapan Bi Mela terpotong sendiri dengan isak tangisnya., wajah wanita itu luar biasa panik.
“Ada apa dengan Putri Anthea?” tanya Altair dengan tatapan membunuh. Tak mungkin pelayan itu menampilkan wajah seperti itu jika bukan karena sesuatu buruk telah terjadi.
“Sa-saat menuju kediaman teman Putri Anthea, kami dihadang oleh orang-orang asing, dan mereka mengincar Putri Anthea—“ kali ini ucapan Bi Mela kembali terputus namun bukan karena isakan, melainkan karena sebuah cekikan kencang di lehernya. “Dimana Anthea?” tanya tajam Altair.
Seakan menuduh Bi Mela sang pelaku hilangnya sang tunangan.
“M-mereka mem-bawanya,”
Sedangkan Raja dan para bangsawan lain yang mendengar hal tersebut dari belakang Edward pun segera mendekat.
“Pangeran, lepaskan pelayan ini terlebih dahulu. Kau bisa membunuhnya” ucap Raja Dierez.
Detik setelahnya, suara nyaring dari tubuh Bi Mela yang terbentur lantai pun terdengar.
“Pelayan sialan ini tidak bisa menjaga Anthea!” lirih Altaur penuh amarah.
“Mana Prajurit yang mengawal Anthea? Mereka tidak melakukan tugasnya dengan baik!” Bentakan Altair menggema.
Bi Mela hanya bisa menangis seraya menahan sakit di sekujur tubuhnya, ia berdiri di bantu prajurit istana.
Setelah orang-orang yang menghadang mereka tadi membawa Anthea, kompolatan itu langsung pergi, meninggalkan dua ksatria yang sudah terluka fatal.
Karena kediaman Baron Marino sempat melewati Istana, Bi Mela lebih memilih langsung melapor pada Pangeran Mahkota, agar tidak memakan waktu lebih banyak menuju kediaman Millard lebih dulu.
Raja Dierez pun kembali mendekat kearah Altair. Mencoba menenangkan putranya yang bisa menjadi jelmaan monster yang mungkin bisa menghancurkan seluruh kota tak bersalah untuk menemukan tunangan-nya.
“Jika kau menghabiskan waktumu untuk membunuh pelayan itu, maka Anthea akan semakin dalam bahaya. Kita harus menemukannya secepat mungkin”
Mendengar hal tersebut Altair pun mencoba menenangkan amarahnya dan mencoba berpikir jernih untuk bisa segera menemukan Anthea.
“Kerahkan semua prajurit untuk menyebar mencari keberadaan Putri Anthea!”
***
Sakit.
Kepala Anthea terasa begitu sakit.
Seluruh tubuhnya tak bisa digerakkan, bahkan hanya untuk membuka mata dan mengangkat jari, rasanya mustahil.
‘Apa yang terjadi....’
Menyadari tubuhnya mulai bereaksi panik, Anthea mencoba tenang sebisa mungkin. Perlahan gadis tersebut menarik dan membuang nafasnya perlahan.
Sekali lagi mencoba membukan matanya dan berhasil!
Meskipun tak bisa terbuka sempurna, namun sedikit banyak gadis bernetra biru itu bisa melihat situasi di sekitarnya.
Tampak seperti berada di goa, Tak jauh darinya terdapat kayu yang terlihat hangus bak api unggun yang baru saja padam karna kini matahari telah terbit.
Anthea tentu menyadari kini dirinya tidak berada dalam situasi aman.
Masih dengan tubuh yang tak bisa bergerak, gadis itu mencoba berfikir. Setelah orang-orang yang menghadang keretanya menarik Anthea paksa, mereka membekap Anthea menggunakan kain dengan bau yang tidak mengenakkan, lalu ia kehilangan kesadaran.
Kira-kira siapa yang menculiknya?
Sebenarnya jika ditanya seperti itu maka jawabannya banyak. Bisa saja musuh Duke Ervand, Musuh Ares, Musuh Kerajaan Scarelion ataupun musuh Altair, karena posisinya.
Namun pertanyaannya. Siapa yang mampu?
Siapa yang mampu dan mempunyai keberanian menculik Putri Mahkota seperti ini? Siapapun akan sadar siapa orang-orang di belakang Anthea, perlu nyali besar untuk bisa mengusiknya.
“Eghh” Anthea melenguh saat kepalanya terasa semakin sakit.
“Kau sudah bangun?”
Sontak saja, tubuh Anthea menegang.
Langkah kaki pun terdengar mendekat kearah tubuh Anthea yang masih terkapar di tanah.
Terlihat seorang lelaki yang diperkirakan hampir berkepala lima itu merendahkan tubuhnya sehingga wajahnya kini terlihat jelas di hadapan Anthea.
“Tenang, Putri. Tubuhmu akan segera pulih, efek pelumpuh itu akan segera hilang”
“Siapa kau..” dengan seluruh tenaganya Anthea mencoba mengeluarkan suara.
Meskipun hanya bisa mengeluarkan suara yang sangat kecil, namun lelaki itu bisa mendengarnya.
“Ah ya, maafkan saya belum mengenalkan diri”
Lelaki itupun tersenyum miring dengan tatapan yang langsung menghunus netra hazel Anthea.
“Saya Albert, saya adalah salah satu dari sekian orang yang membenci Putra Mahkota.”
Ah, ternyata musuh Altair. Batin Anthea menyimpulkan.
***
Di kediaman Millard sendiri, setelah tengah malam utusan kerajaan menyampaikan pesan tentang hilangnya Anthea, Duke Ervand langsung syok.
Pagi ini, ia terbaring di tempat tidurnya dengan memegang dada yang terasa nyeri, kesehatan Duke Ervand langsung drop kala mendengar Putri satu-satunya diculik komplotan orang tak di kenal.
Walaupun kediaman Baron Marino tidak berada di pusat kota, tapi juga bukan pelosok tempat bandit berkeliaran, kawasan bangsawan puluhan kali lebih aman dibanding kawasan rakyat biasa. Namun, Duke Ervand menyesal menyepelekan keselamatan putrinya.
Dengan Ares yang menemani ayahnya, laki-laki itu berusaha menenangkan Duke Ervand. Ares tidak jauh berbeda dengan ayahnya yang juga terkejut, tapi ia berusaha tenang menjaga agar suasana tetap kondusif.
“Tenang, Ayah. Jangan terlalu dipikirkan, Anthea pasti akan baik-baik saja,” Ujar Ares, padahal ia sendiri juga tak bisa tenang melihat ayahnya terbaring lemah.
“Bagaimana aku bisa tenang, Ares? Anthea, putriku entah di mana sekarang, dan aku sendiri bahkan tak sanggup mencarinya sekarang,” Ucap Duke Ervand frustasi. “Harusnya aku memberikan banyak pengawalan pada Anthea, bisa-bisanya aku lengah,” lanjutnya.
“Aku sudah mengerahkan pasukan ku untuk mencari Anthea, ayah. Prajurit istana pun ikut serta, kita sama-sama mendo’akan agar Anthea segera di temukan di sini.” Ujar Ares, ia mengusap wajahnya kasar.
Ares ingin ikut mencari adiknya yang entah di mana saat ini, entah apa yang di lakukan orang-orang itu pada sang adik, Ares tak dapat membayangkan.
Namun, ia juga tak bisa meninggalkan ayahnya yang bahkan mulai menitikkan air mata pilu, masih tak mendapati kabar Anthea sejak semalam.
***
tbc.
jangan lupa tinggalkan like dan komentar yang sangat berarti bagi Author♡♡