Satu tahun lalu, dia menolong sahabatnya yang hampir diperkosa pria asing di sebuah Club malam. Dan sekarang dia bertemu kembali dengan pria itu sebagai Bosnya. Bagaimana takdir seperti ini bisa terjadi? Rasanya Leava ingin menghilang saja.
Menolong sahabatnya dari pria yang akan merenggut kesuciannya. Tapi sekarang, malah dia yang terjebak dengan pria itu. Bagaimana Leava akan melewati hari-harinya dengan pria casanova ini?
Sementara Devano adalah pria pemain wanita, yang sekarang dia sudah mencoba berhenti dengan kebiasaan buruknya ini. Sedang mencari cinta sejatinya, namun entah dia menemukannya atau tidak?
Mungkinkah cintanya adalah gadis yang menamparnya karena hampir memperkosa sahabatnya? Bisakah mereka bersatu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebetulan Tak Terduga
Leava buru-buru pulang ke Kosan setelah mendapat pesan dari adiknya. Tanpa sempat berpamitan pada Devan. Entah nanti dia akan marah atau tidak, namun memang Leava harus pulang sekarang. Tidak bisa di tunda lagi.
Menerobos masuk ke dalam Kosan adiknya, disana ada dua orang wanita yang berdiri di ambang pintu. Leava melihat keadaan Dika yang sedang duduk di kursi dengan kepala di pasang perban, dan kaki juga tangannya yang juga terpasang perban.
"Ya ampun Dek, ini kenapa?"
Dika tersenyum pada Kakaknya, sebenarnya dia juga tidak ingin merepotkannya. Tapi tidak ada yang bisa dia hubungi selama disini, karena hanya Kakaknya yang menjadi saudara satu-satunya yang dia miliki selama berada di Kota ini.
"Kakak, tolong maafkan saya. Jangan laporkan saya ke penjara"
Salah satu gadis itu berlutut di dekatnya, membuat Leava cukup bingung dan terkejut. Gadis dengan rambut panjang sepinggang, memohon dengan menangis padanya.
Leava memegang tangan gadis itu, mencoba untuk menenangkannya yang malah menangis sesenggukan. "Tenang dulu Dek, sebenarnya apa yang terjadi? Kamu jangan menangis seperti ini"
Gadis itu mendongak dan menatap Leava dengan hidung memerah dan mata yang basah. Dika yang melihat itu, malah ingin tertawa. Merasa lucu dengan tingkah gadis itu.
"Aku tidak sengaja menabrak Dika yang sedang menggunakan sepeda motor. Tapi aku benar-benar tidak sengaja, Kak. Aku bakalan tanggung jawab kok, sampai dia sembuh. Sepeda motornya juga akan aku perbaiki. Tapi, tolong jangan laporkan aku ke Polisi Kak. Hiks.."
Leava menghembuskan nafas pelan, sekarang dia mengerti bagaimana kejadiannya. Leava mengelus punggung tangan gadis itu. "Sudah tenang saja, lagian Dika juga tidak papa. Aku tidak akan lapor polisi. Tapi, lain kali harus berhati-hati lagi ya"
"Iya Kak, aku akan lebih berhati-hati. Terima kasih ya Kak"
Leava tersenyum dan mengangguk, dia mengelus bahu gadis itu yang masih saja terisak. "Siapa namamu?"
"Beby"
Leava mengangguk mengerti, dia mengangkat tubuh Beby untuk berdiri. "Sekarang kamu sudah boleh pulang. Terima kasih sudah mengantarkan Dika kesini. Kalian bisa pulang"
Beby mengeluarkan ponselnya, menyodorkan pada Leava. "Kakak masukan nomor Kakak, biar nanti aku gampang menghubunginya. Nanti aku akan datang lagi kesini bersama Kakakku. Karena orang tuaku berada di Luar Negeri"
Leava hanya menurut saja dan mengambil ponsel milik Beby.
*
Di rumah mewah ini, Devan sudah lebih membaik setelah dia diperiksa oleh Dokter dan diberikan obat penurun demam. Mungkin karena efek dari Alergi juga, membuatnya jadi demam seperti itu.
"Bun, tadi Leava tidak izin dulu sama Bunda untuk pulang?" tanya Devan.
Bunda yang sedang melihat-lihat majalah, langsung mendongak dan menatap putranya yang sudah duduk di sofa depannya. Dia tersenyum tipis, masih melihat ekspresi Devan yang sama dengan tadi saat mengetahui Leava izin pulang.
"Iya, dia hanya bilang izin pulang karena ada urusan mendadak"
Devan menghembuskan nafas pelan, sekarang dia bahkan tidak mengerti kenapa dia kesal. Padahal wajar saja jika Leava izin pulang karena sebuah urusan. Karena dia juga bukan bekerja di Kantor yang seharusnya menjadi tempat kerjanya. Tapi malah harus menemani Devan di Rumah. Tapi, sungguh hatinya tetap kesal sekarang.
"Kak Devan..."
Teriakan nyaring itu membuat Devan langsung memejamkan matanya. Sudah tahu siapa yang datang. "Mau apa anak manja itu datang kesini? Pasti buat masalah lagi"
Seolah sudah curiga dengan kelakuan adik sepupunya yang selalu bikin onar, dan akhirnya harus Devan yang menyelesaikan. Ketika dia datang, langsung duduk disampingnya dengan merangkul tangan Devan.
"Kak bantu aku"
"Apalagi? Kau buat masalah apalagi sekarang?" tanya Devan ketus.
"Ak-aku... Em, ak-aku nabrak orang Kak"
"Ya Tuhan Sabyna. Kau itu ya, kenapa bisa?"
Beby langsung memejamkan matanya, takut dengan tatapan Kakak sepupunya yang begitu tajam padanya. Selalu membuatnya merinding.
"Ya, aku juga tidak sengaja. Tapi aku tanggung jawab kok. Udah bawa dia ke Rumah Sakit dan antar dia pulang juga"
Devan mengusap wajah kasar, terkadang dia tidak habis pikir dengan adik sepupunya ini. "Ck, seperti itu kau bilang tanggung jawab? Bagaimana kalau keluarganya menuntut?"
Beby mencebikkan bibirnya, selalu takut ketika melihat Devan yang marah seperti ini. "Aku sudah minta maaf sama Kakaknya kok. Dan dia bilang tidak papa. Aku juga sudah minta nomor ponselnya, kalu misalkan nanti ada apa-apa dan butuh pengobatan lagi, aku pasti tanggung jawab"
Devan menyandarkan kepalanya di sandaran sofa dengan memejamkan matanya. Membuat Beby semakin ketakutan sekarang, dia menyandarkan kepalanya di lengan Devan sekarang.
"Kak, kalau gitu temenin aku bertemu mereka lagi. Nanti Kakak yang bicara tentang pertanggungjawabannya harus seperti apa"
"Ck, kau merepotkan!!"
Beby hanya cemberut saja, karena dia tahu meski begitu Devan tetap akan membantunya. Apapun yang terjadi, dia tetap akan membantu Beby menyelesaikan masalahnya. Karena bagi Devan, Beby sudah sama seperti Rena.
Akhirnya mereka pergi ke tempat korban, Devan juga tidak bisa membiarkan begitu saja masalah adik sepupunya ini. Ketika sudah sampai di tempat, Devan sedikit mengerutkan keningnya. Ini adalah tempat dimana dia pernah mengantar Leava pulang saat dia ketiduran di Kantor hari itu.
"Ayo turun Kak, kenapa malah diam saja"
Devan mengangguk, dia segera turun dan mengikuti Beby. Sampai mereka berhenti di depan salah satu kamar Kos, Beby segera mengetuk pintu.
"Iya, tunggu sebentar" teriak seseorang dari dalam sana.
Leava? Devan jelas bisa mengenali suara seseorang yang berteriak dari dalam kamar Kos ini. Namun, dia masih belum percaya dengan pikirannya. Mungkin hanya mirip saja. Tapi, ketika pintu terbuka, Devan benar-benar terkejut karena ternyata memang Leava yang berada di Kosan itu.
"Loh, Tuan Devan?" ucap Leava yang sama kagetnya. Leava menatap Beby dan Devan secara bergantian dengan wajah bingung.
"Kakak sudah kenal dengan Kak Devan? Dia ini adalah Kakak sepupuku" ucap Beby.
Leava langsung mengerjap pelan. Ya Tuhan, kenapa bisa dunia sekecil ini. Bisa ada kejadian seperti ini.
"Kalau begitu ayo masuk, maaf ya kalau tempatnya kecil" ucap Leava.
Devan tersenyum tipis dengan kenyataan yang terjadi. Sebuah kebetulan yang tak terduga.
Bersambung