NovelToon NovelToon
IDIOT BUT LUCKY

IDIOT BUT LUCKY

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Genius / Hamil di luar nikah / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Mata Batin / Kumpulan Cerita Horror
Popularitas:14.6k
Nilai: 5
Nama Author: diahps94

Tiga sejoli menghabiskan usia bersama, berguru mencari kekebalan tubuh, menjelajahi kuburan kala petang demi tercapainya angan. Sial datang pada malam ketujuh, malam puncak pencarian kesakitan. Diperdengarkan segala bentuk suara makhluk tak kasat mata, mereka tak gentar. Seonggok bayi merah berlumuran darah membuat lutut gemetar nyaris pingsan. Bayi yang merubah alur hidup ketiganya.

Mari ikuti kisah mereka 👻👻

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon diahps94, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

16. Wali Djiwa

Berkat pertikaian yang berat sebelah, Djiwa di persilahkan memilih kelas yang diinginkan. Djiwa tentu memilih keluar dari kelas favorit dan bergabung dengan Bagas. Berlian akan tetap gemilang meski berada di kubangan lumpur. Prestasi tak akan salah menempatkan diri. Kelas buangan, tak jadi hambatan, semua remaja pandai dalam bidang tertentu.

"Oke Djiwa, nanti ibu yang jadi wali kelas mu, sekarang kau pilih lah tempat duduk, em sepertinya kau duduk dengan Alika, karena cuma dia yang tak ada teman sebangku." Tutur Marlina, guru berparas ayu dan ramah.

Djiwa melempar senyum santun, siapa sangka strategi kepala sekolah begitu cermat, menempatkan guru teladan dan piawai mengarahkan murid di kelas buangan. "Terimakasih Bu, maaf membuat kegaduhan."

"Kau ini tak perlu minta maaf dengan ibu, sudah duduk sana, jangan ganjen dengan Alika dia pawang kelas ini." Marlina melempar guyonan.

Anak satu kelas tertawa, hanya Alika yang cemberut. Djiwa pikir gadis itu akan marah, eh dia malah bertingkah. "Kemari lah Djiwa, aku tidak menggigit kok, rawrrrrrr."

Djiwa merinding, gadis ini jelmaan siluman apa, tak ada jaim sama sekali terhadap lawan jenis. "Hah, sudahlah mau bagaimana lagi."

Perpustakaan menjadi tempat favorit siswa berprestasi, sebagain siswa terpaksa karena harus meminjam beberapa buku atas perintah guru. Sedang kantin di huni oleh para gadis hobi jajan. Toilet diisi para bujang yang nongkrong sembari nyebat. Musholla jadi tempat anak-anak rohis menenangkan batin. Djiwa dan Bagas justru nyaman duduk di dalam kelas, menikmati bekal para teman sekelas yang beraneka ragam.

Alika sebagai dedengkot kelas, dia sesepuh karena tinggal kelas. Makhluk penuh tanggungjawab, karena berani menahan malu dan tak pindah sekolah untuk naik kelas. Alika seorang atlit, dia cidera karena latihan sendiri, namun tak ada keadilan kendati dirinya terluka dan tak bisa ikut kelas. Salah komunikasi, Alika tak mengirimkan surat dokter, mengandalkan prestasi untuk sekolah, namun dikhianati di belakang. Kini Alika penguasa kelas ini, dan banyak siswa segan dengannya, bukan karena lebih tua karena pembawaannya yang luar biasa.

"Mana Anton gak balik-balik beli gorengan." Celetuk Alika.

"Ah, aku susul aja deh, takut di culik ciwik-ciwik kantin, kan lumayan kalau rusuh di pegang-pegang." Usul Bagas.

"Katrok." Ledek Djiwa.

"Nikmati masa muda mu, jangan kaku gitu dong sayang." Bagas menjawil dagu Djiwa.

"Hahah, akrab sekali kalian." Komentar Salsa.

"Nggak ada lagi yang mau temenan, yaudah kepaksa bertahan, walau kelakuan Bagas sering memalukan." Timpal Djiwa.

"Tapi kau tak terpisahkan dengannya, sampai-sampai rela pindah kelas dari elit ke syulittt karena Bagas." Alika berasumsi.

"Ya begitulah..."

"Djiwa rakus banget kaya nggk di kasih makan ih, haduh aku aja belum coba kenapa di abisin sih?" Fatin merenggut.

Djiwa mengeluarkan kembali sayur dalam mulutnya ke sendok. "Maaf-maaf, nih aku balikin, habisnya enak banget."

"Jorok sih!" Peringat Alika.

"Ah serba salah, dimakan nggak boleh di balikin nggk boleh, jadi ini gimana?" Djiwa menunjukkan sendoknya.

"Telen aja telen, sendoknya sekalian juga gak apa." Alika kejam.

Kegiatan makan mereka diinterupsi oleh kehadiran seorang murid yang masuk terengah-engah. Murid itu bagian OSIS, sekarang sudah kelas dua. Menghampiri Alika cs, lantas berusaha mengembalikan nafas sebelum bilang. "Kau di tunggu wali murid."

"Hah siapa?" Djiwa linglung, tak ada kabar mengapa dia ditunggu orangtuanya.

"Katanya ada, hasih pokoknya kau pulang saja ada hal penting." Jelas anggota OSIS tersebut.

Perasaan Djiwa campur aduk, dia seret karena belum minum, dia menanti gorengan bude Eko yang belum sempat dicicip, dia belum melihat Bagas kembali. Melihat sorot mata kakak kelasnya yang gelisah, Djiwa menebak ada kabar tak sedap yang harus di hadapi. Mengambil ransel miliknya, pamit dengan teman kelas, berlarian ke gerbang luar. Menghindari ramainya anak-anak yang sedang menabung di penjual depan sekolah, Djiwa akhirnya menemukan mobil milik ayahnya. Tanpa pikir panjang masuk di samping kemudi.

Klik

Mobil terkunci, Djiwa tak kenal satupun orang yang ada di mobil Yanto. Dia tak mungkin salah masuk mobil, karena mobil Yanto punya stiker wajahnya di bagain belakang. Kewaspadaan meningkat, Djiwa melirik di kursi belakang ada dua orang penuh tato, salah satu nya orang botak. Botak serupa dengan cerita ayahnya beberapa hari lalu. Djiwa berontak, menggedor pintu mobil, berusaha keluar.

"Ck, bius aja kan gue bilang juga."

"Nanti bos marah."

"Ngerepotin bego, dah bius aja."

Saling menyalahkan, dua orang dewasa di kursi belakang akhirnya sepakat membius Djiwa. Penjahat punya titik kelemahan, Djiwa yang tahu akan di bius, menahan pernapasan saat di bekap. Mengikuti instruksi batin, perlahan ia seolah tak sadarkan diri. Djiwa tak pandai berakting, berharap sandiwaranya tak terungkap. Mengutuk preman yang melakukan penculikan atas dirinya, ia tak nyaman dalam posisi pura-pura pingsan, tidak pengertian untuk di perbaiki. Pegal melanda, Djiwa benar-benar mati kutu saat ini. Djiwa menahan semua guna kesempatan selamat.

Peluang kabur tak ada meski berkendara cukup lama, ponsel Djiwa sampai nyaring di telpon orang rumah. Gerombolan preman itu mengambil ponsel dari saku Djiwa, guna menonaktifkannya. Beruntung, saat di geledah posisi Djiwa di perbaiki, jadilah dia pura-pura pingsan namun nyaman karena bersandar dengan tepat. Mengintip sedikit dari celah matanya, langit mulai petang. Djiwa sadar pasti orang rumah sudah kalang kabut.

"Kenapa berhenti Gam?" Tanya pria di belakang pada pria yang mengoperasikan kemudi.

"Tau tiba-tiba mogok, mana di tengah alas. Turun Bro cek gih." Pinta Agam.

"Tunggu bentar."

Dua orang turun, untuk mengecek kondisi mobil. Melihat keseluruhan kondisi mobil baik-baik saja, menggedor kaca si pengemudi untuk komunikasi. "Bro, abis bensin kali?"

"Abis gundul mu, noh liat masih empat balok." Agam emosi.

"Yaudah, ganti turun gih, cek aja kalau nggk percaya."

"Iya bro, gue rasa ini tempat angker deh makanya mogok, tuh liat gue merinding mulu." Preman botak turut berkomentar.

"Angker-angker, setan juga kalah sangar sama kita mah, minggir dulu coba." Agam turun.

Djiwa membuka mata, menghembuskan nafas waspada, melihat dengan jelas ke sekeliling. Dikejutkan dengan sosok kuntilanak duduk tepat di balik kemudi. Oke, Djiwa bingung harus merespon seperti apa. Tiba-tiba mobil jalan, di setir si kuntilanak. Melaju kencang hingga Djiwa berpegangan erat. Tiga penculik mengejar terbirit, ketiganya teriak-teriak namun tak terdengar masuk dalam mobil.

Djiwa melirik kuntilanak, hari ini di bohongi penculik yang mengaku sebagai walinya, eh malah di selamatkan oleh wali sesungguhnya. Tak ada percakapan, Djiwa menatap lurus ke depan, mencari ponsel miliknya dan menelepon Yanto.

"Halo Bow..."

"KAU DI MANA, KENAPA JAM SEGINI BELUM PULANG?" Serobot Yanto tak sabar.

"Sabar To, sekarang tanya dulu dia ama siapa, atuhlah ini lutut lemes anak belum pulang sekolah temennya bilang di jemput orangtuanya." Ujang menasehati Yanto.

"Khawatirnya nanti dulu Jang, biar Yanto fokus nelpon Djiwa." Dayat membungkam mulut Ujang.

"Bowan, Botu, dana Boti aku di culik, tapi tenang sekarang aku sudah aman." Djiwa berujar singkat.

"Aman bagaimana, kok bisa aman, sekarang katakan kau ada dimana, biar kita jemput." Ceriwis Yanto.

"Aku dengan kuntilanak, ah kurang jelas juga ini ibu ku apa bukan." Seingat Djiwa semua kuntilanak serupa.

"Bocah gembel, eh becanda jangan kaya gitu nggk kocak tau. Lagian kuntilanak mana yang punya SIM kemudi." Yanto sedang bingung, sempat-sempatnya Djiwa bicara demikian.

Djiwa heboh mengumpat, untung kuntilanak fokus mengemudi saja, jadilah dia bebas mengekspresikan diri. Memilih mengirim titik lokasi, daripada adu mulut dengan para tetua. Mengikuti skenario hidup saja, tak usah di ambil pusing jika ingin hidup bahagia. Hitung-hitung sebagai pengalaman horor untuk di ceritakan nantinya. Siapa yang punya hak istimewa, sekalipun presiden rasanya tak pernah ada ceritanya berkendara di setir oleh kuntilanak.

Tak tahu tepatnya berapa waktu yang di tempuh, tahu-tahu Djiwa sudah di depan rumah Yanto. Terlihat jelas, Yanto yang berlarian ke arah mobil. Aparat desa, dan juga semua keluarga besar berkumpul saling menguatkan. Ujang jatuh bangun, untuk sampai di depan mobil yang membawa Djiwa kembali. Belum turun sudah di kerumuni. Djiwa melirik kuntilanak, dia pergi sebelum warga geger.

"Astaghfirullah nak, jangan buat orang gila mendadak."

"Botu nyaris di penggal kakek nenek mu."

"Kalau di culik minimal kabar-kabar."

"Kok tumben kau bodoh dan di culik, rugi ilmu yang selama ini aku berikan."

"Kakek sampe nggk bisa makan le."

"Nenek kumat darah tingginya."

"Besok-besok nggak usah sekolah aja."

"Kalau ada culik lari."

"Jangan mudah percaya sama orang asing."

"Kamu gak diapa-apain kan?"

"Coba muter, siapa tau dianiaya."

"Kamu dikasih makan nggk?"

Djiwa pusing tujuh keliling, entah siapa yang bertanya ia tak tahu, yang jelas pertanyaan berlomba masuk telinga. "Stop stop dulu pusing ini!"

Pak kades mendekati Djiwa usai melakukan penggeledahan mobil. "Djiwa ini mobil siapa?"

"Punya penculik pak." Sahut Djiwa.

"Kok bisa kamu bawa, penculiknya pada kemana?" Bingung pak kades.

"Panjang ceritanya pak, yang jelas mobilnya ada sama saya pak." Ungkap Djiwa.

"Mending atuh, di culik malah untung dapat mobil."

"Lah iya juga."

"Otw jual mobil cuma-cuma."

Bersambung

1
◌ᷟ⑅⃝ͩ● ᴹᴿˢ᭄°Ney Maniez🔮𝙎⃟𝙈
aduhhhh djiwaaaaaa tolonginnnn
◌ᷟ⑅⃝ͩ● ᴹᴿˢ᭄°Ney Maniez🔮𝙎⃟𝙈
yaa alloh,,, knp jd kerasukan lagiiii...
mkny pakkkk dekatkan diri sama yg maha kuasa....
jd kasiannn sm C musdal🤭
◌ᷟ⑅⃝ͩ● ᴹᴿˢ᭄°Ney Maniez🔮𝙎⃟𝙈
djiwa dipercaya 👍👍👍👍
◌ᷟ⑅⃝ͩ● ᴹᴿˢ᭄°Ney Maniez🔮𝙎⃟𝙈
gelang ny sayang ma djiwa
◌ᷟ⑅⃝ͩ● ᴹᴿˢ᭄°Ney Maniez🔮𝙎⃟𝙈
ya salammmm galauuuuu😂😂😂
◌ᷟ⑅⃝ͩ● ᴹᴿˢ᭄°Ney Maniez🔮𝙎⃟𝙈
ngareppp yaaa🤭🤭
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
😱😱😱
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
waduh 😣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Memang kesurupan 🤣🤣🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Setuju 🤫
◌ᷟ⑅⃝ͩ● ᴹᴿˢ᭄°Ney Maniez🔮𝙎⃟𝙈
klo tinggal di desa,,, bareng2...
koplak nyaa nularrr nnti😂😂😂
◌ᷟ⑅⃝ͩ● ᴹᴿˢ᭄°Ney Maniez🔮𝙎⃟𝙈
wajarrrrr
◌ᷟ⑅⃝ͩ● ᴹᴿˢ᭄°Ney Maniez🔮𝙎⃟𝙈
😂😂😂😂😂
◌ᷟ⑅⃝ͩ● ᴹᴿˢ᭄°Ney Maniez🔮𝙎⃟𝙈
diaa inget Zalina🤧
◌ᷟ⑅⃝ͩ● ᴹᴿˢ᭄°Ney Maniez🔮𝙎⃟𝙈
😂😂😂😂
lbh kyakkk yaaa,,,
bpk nyaa djiwa sultannn
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Itu ujian untukmu Djiwa, semoga kamu bisa menjaga amanah kiai 😁
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Ternyata Djiwa msh keturunan kiai 👍😍
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Alhamdulillah ternyata gelangnya bisa melindungi Djiwa lg 😉
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
🤣🤣🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Wow apa gelangnya hidup lg 😱
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!