NovelToon NovelToon
Jodoh Pilihan Abi

Jodoh Pilihan Abi

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Romansa / Dijodohkan Orang Tua / Pelakor jahat
Popularitas:78.6k
Nilai: 5
Nama Author: Siti Nur Halimah

Sebagai anak bungsu dan perempuan satu-satunya, malam itu adalah pertama kalinya Abi membentak Zahra supaya putrinya itu menikah dengan anak Kyai Amir, Gus Afkar. Padahal Gus Afkar adalah suami incaran sahabatnya, dan dia sebenarnya berencana untuk lanjut S-2 dulu.
Setelah pengorbanannya, ia harus menghadapi sikap sang suami yang tiba-tiba berubah dingin karena setelah akad nikah, dia mendengar rencana Zahra yang ingin menceraikannya. Belum lagi, reputasi pondok yang harus ia jaga.
Mampukah Zahra bertahan diantara orang-orang yang punya keinginan tersendiri padanya? Dan akankah ia dapat mempertahankan rumah tangganya?
Zahra sang anak kesayangan keluarga, benar-benar ditempa dalam lingkungan baru yang tak pernah ia sangka-sangka sebelumnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Nur Halimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Andai Sahabatku tak Mencintaimu

“Al wudhu’u utawi wudlu, iku ahadun salah suwijining…..”

Zahra tengah menyimak santriwatinya yang sedang memaknai kitab kuning.

Ia terlihat sangat serius dan fokus mendengarkan santriwatinya tersebut.

Sampai kemudian, ia melihat dua santriwati di belakang santriwatinya yang sedang membaca itu sedang berbisik sambil tersenyum-senyum.

“Mbak fokus! disimak temannya,” ucap Zahra mengingatkan kedua santriwatinya tersebut.

“Iya Ning, maaf!” ucap keduanya.

Tapi tak beberapa lama kemudian, kedua santriwati itu terlihat berbisik-bisik dan tersenyum seperti tadi.

‘Astagfirullah!’

Zahra menghela nafas kemudian memanggil kedua santriwatinya tersebut.

“Sini Mbak! duduk di sebelah Ning Zahra,” panggil Zahra pada dua santriwati yang tak bisa diam itu.

Kedua santriwati itu menunduk dan patuh, mereka menghampiri Zahra.

“Coba jelaskan ke Ning Zahra, kenapa kok berbisik-bisik terus sambil senyum-senyum sendiri begitu?” tanya Zahra berusaha bersabar, dan mencari tahu alasan di balik ketidak fokusan kedua santriwatinya itu.

“Kamu.”

“Kamu.”

Ucap kedua santri itu saling eyel-eyelan dan menyenggol bahu temannya tersebut.

“Lah kok malah eyel-eyelan? coba kamu dulu yang jawab!” pinta Ning Zahra sambil menunjuk santri yang berada di di posisi sebelah kanan itu.

“Maaf Ning, tapi Ning jangan marah ya,” pinta santriwati tersebut terlihat takut dihukum.

Zahra mengangguk menyetujuinya.

“Sekarang katakan! kenapa kamu tidak bisa fokus,” tanya Zahra dengan nada datar.

“Itu Maaf ya Ning, sekali lagi, eh…”

“Udah ngomong aja!” perintah teman di sebelahnya terlihat tidak sabar.

“Kamu mah enak, nggak disuruh jawab duluan,” ucap santriwati yang ditunjuk tersebut.

“Udah sudah, malah bertengkar lagi, ayo dijawab dulu!” pinta Zahra melerai.

“Itu di belakang Ning Zahra, kan ada Gus Afkar.”

Zahra sontak menoleh ke belakang setelah mendengar potongan penjelasan dari santriwatinya tersebut.

Benar saja, jauh di belakangnya, ada Gus Afkar yang tengah berdiri ngobrol bersama Kyai Amir.

Lelaki itu kemudian tampak memalingkan muka ke arah Abanya, setelah melihat Zahra menoleh padanya.

Zahra kemudian berbalik kembali menatap kedua santriwatinya tersebut.

“Memangnya kenapa?” tanya Zahra.

“Lah iya, memangnya kenapa?” timpal teman-temannya.

“Bukan begitu, tadi Gus Afkar itu lihat Ning Zahra sampai segitunya,” jelas santriwati itu lagi.

“Segitunya gimana maksudnya?” tanya Zahra.

“Lah Iya, sok tahu kamu,” timpal temennya kembali.

“Ssst! Kasih waktu temanmu bicara!” ucap Zahra yang sebenarnya sangat penasaran dengan jawaban santriwatinya itu.

“Ya maksudnya itu Ning, Gus Afkar itu melihat Ning Zahra segitunya. Gimana ya? Pokoknya ndak bisa diungkapkan dengan kata-kata,” jawab santriwatinya itu terlihat berusaha meyakinkan sekitarnya.

“Jangan percaya Ning! Dia mah pacaran terus, makanya pikirannya aneh-aneh, ngeres,” ucap santriwati yang lain.

“Enggak Yo, kata siapa? Aku sudah bertaubat, aku nggak mau pacaran-pacaran lagi,” ucap santriwati itu membela diri.

“Kenapa?” tanya Ning Zahra.

“Diputusin terus, Ning,” celetuk temannya yang lain, membuat santriwati yang ada di sekitar situ tertawa terkekeh.

“Alhamdulillah, itu tandanya Allah masih melindungimu. Sudah jangan pacaran lagi!” jawab Ning Zahra.

“Fokus belajar! cari prestasi setinggi-tingginya. Nanti kalau kamu sudah sukses, lelaki seperti apapun,  yang seganteng Jungkook, sekaya Bill Gates, kamu tinggal pilih,” ucap Zahra berusaha menasehati santriwatinya tanpa menghakimi mereka.

“Kayak Ning Zahra ya, dapat lelaki macam Gus Afkar, sudah ganteng, sukses, anak Kyai Amir, punya pondok besar, lulus S2 Al Azhar pula.”

Zahra agak terperanjat kaget, bahkan dirinya sendiri saja tidak tahu kalau Gus Afkar itu sudah lulus S2 dan alumni Al Azhar.

Ia menoleh lagi ke belakang, berharap Gus Afkar masih ada di belakangnya.

Tapi ternyata lelaki itu maupun Kyai Amir sudah tidak ada di sana.

‘Pantas Nayla begitu menyukaimu, Gus.”

*******

“Assalamualaikum,” Sapa Gus Afkar yang baru saja masuk ke dalam rumah.

“Waalaikumsalam,” ucap Zahra menghampiri suaminya itu sambil menyalami tangannya.

Ia kemudian mengambil sajadah yang terselempang di pundak lelaki itu.

“Apa Gus mau makan dulu?” tanya Zahra.

Lelaki itu tampak mengangguk dan tersenyum padanya.

“Apakah sudah ada, atau kau ingin aku membantumu?” tanya Gus Afkar.

“Alhamdulillah, sudah ada Gus, tinggal naruh di meja makan saja. Gus bisa menunggu di kursi, saya taruh dulu sajadahnya,” ucap Zahra dengan anda begitu lembut.

Ia kemudian beranjak masuk ke dalam kamar untuk melipat dan menaruh sajadah tersebut.

Ia kemudian membalikkan badan keluar dari kamar itu dan kembali ke dapur.

‘Gus Afkar’

Zahra tertegun menatap suaminya tersebut yang sedang mengambil sepiring lauk di sebelah kompor, kemudian berbalik dan membawanya.

“Biar saya saja, Gus,” ucap Zahra.

“Dari pagi kamu sudah bekerja di dapur, belum membersihkan rumah ini, sekarang biar Gus Afkar yang ambilin. Kamu duduk di depan, tunggu Gus!” ucap lelaki itu terdengar begitu hangat.

Zahra menurut dan keluar dari dapur menuju ruang makan.

Sekali lagi ia menunggu di sana.

Ia menatap suaminya.

‘Kalau kau bukan lelaki yang dicintai sahabatku, aku pasti benar-benar beruntung seperti yang dikatakan santriwatimu tadi sore, Gus,” ucap Zahra menghela nafas panjang.

Tanpa sadar, ia terus memandangi lelaki itu. Padahal Gus Afkar sudah berjalan menghampirinya, tepatnya menghampiri ruang makan itu.

“Zahra! Zahra!”

Zahra tersentak sadar mendengar panggilan suaminya itu, ia segera membuang muka ke arah lain.

Lelaki itu terlihat tersenyum.

“Aku pasti terlihat sangat tampan olehmu, kan? Sampai kau tidak bisa berpaling dari menatapku begitu lama,” ucap lelaki itu dengan nada narsisnya.

“Kata siapa? aku menatap Gus Afkar….. Maksudku aku menatap dapur  hanya untuk memastikan bahwa Gus melakukan pekerjaan itu dengan baik, dan  tidak salah ambil,” elak Zahra.

“Benarkah?” tanya Gus Afkar terlihat menikmati sekali menggodanya.

Zahra mengangguk yakin.

“Baiklah seperti kata istrinya Gus saja,” seru lelaki itu dengan mantap.

‘Istri?’

Akhir-akhir ini Zahra selalu berdebar-debar ketika suaminya itu memanggilnya istri.

Ia kembali menatap dalam suaminya yang sedang menunduk sambil menata makanan di atas meja.

“Sepertinya aku salah,” ucap lelaki itu tiba-tiba.

“Hah!” Jawab Zahra yang baru tersadar dari keterpakuannya dengan bingung.

“Sepertinya aku memang sangat tampan, sampai istriku ini terus menatapku dalam-dalam,” jawab lelaki itu sambil menyanggah wajahnya dengan telapak tangannya.

Zahra tertegun, matanya membelalak sempurna memandang lelaki yang sedang menatapnya begitu dekat itu.

Ia bahkan menelan ludahnya karena gugup, nafasnya pun seakan terhenti, dan jantungnya berdegup begitu kencang.

“Apa kau sekarang sedang mengakuinya, Azzahra Khairunnisa.”

Zahra langsung mengedipkan mata mendengar suara tersebut.

Lelaki itu tersenyum memandang kegugupannya.

“Apa kau tahu Zahra, kau terlihat begitu menggemaskan,” ucap lelaki itu kemudian mendekatkan wajahnya semakin dekat dengan Zahra.

Sekarang, bahkan Zahra dapat mendengarkan degup jantung lelaki itu yang tak kalah cepatnya dengan dirinya.

Lelaki itu kembali menatap bibirnya dan matanya secara bergantian, membuat Zahra semakin gugup.

Gus Afkar bertambah dekat, dan dekat lagi, tapi Zahra seakan tidak menyadarinya. Pikirannya melayang seakan terhipnotis oleh mantra cinta sang suami.

Apalagi sekarang, dia mulai mengangkat tangannya membelai kerudung Zahra, kemudian memejamkan matanya.

‘Gus Afkar, apa yang mau kau lakukan?’

Pikirannya begitu penasaran, tapi hatinya tak mampu menolak gelagat suaminya tersebut yang semakin mendekat ke arahnya.

Tanpa sadar, ia pun ikut memejamkan matanya.

1
Siti Yatimatin
mana julukan istri shjolihahmu zàhra yg kau ajarkan pada muridmu emang takut dosa suami minta hak ìstri menolak dilaknat alloh
Siti Yatimatin
Dasar bodoh kamu AZZAHRA KHOIDUNNISA
Lilik Juhariah
disini yg bikin pembaca jengkel , lebih takut janji ke sahabat drpd janji pada Sang Pencipta
Lilik Juhariah
bener bener Gus afkar menahan nafsunya , tapi istrinya yg keterlaluan
Lilik Juhariah
karaktermu aneh Zahra , sama suami berani udah tau hukumnya , kl sama sahabat takutnya minta ampun
Lilik Juhariah
hiks iks ks
Lilik Juhariah
punya suami sprt Gus afkar , jadi istrinya tersanjung banget
Lilik Juhariah
nurut suami zahra
Lilik Juhariah
ceritanya bagus pemilihan katanya bagus
Lilik Juhariah
ya ahirnya, biang keroknya kabur semua, andai suami sprt Gus afkar damai tuh para istri, sabar pengertian
Lilik Juhariah
la opo kok nuduh orang gk jelas
Lilik Juhariah
karakter Zahra sampe disini gk suka banget, mentingin temennya , gk jujur, dan lebih jengkelin lagi sukanya bicara dalam hati
Lilik Juhariah
ini Zahra udah tau bertemu selain mahram apalagi udah punya suami dosa, dilakukan trs , ntar jadi fitnah
Lilik Juhariah
ini kelakuannya nayla
Lilik Juhariah
Zahra lebih banyak bicara dgn hatinya, wkkwk
Lilik Juhariah
Nayla terlalu Ter obsesi
Lilik Juhariah
kesenengnya ngomong gitu, ntar kl nikah beneran sakit hati, untung Islam melarangnya , Zahra Zahra
Lilik Juhariah
haaah janinnya siapa , tapi masih ngejar Gus afkar
Lilik Juhariah
walau pun amnesia juga gk begitu , tetap harus jujur ,
Lilik Juhariah
lah Nayla ini lucu , wong Gus afkar cintanya sama Zahra , emang kl Zahra cerai trs bisa kamu gantikan jadi istri Gus afkar
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!