Pernikahan tanpa cinta yang didasari sebuah pengorbanan dan misi balas dendam nyatanya membuat Fahreza Narendra putra terjebak di posisi yang sulit.
Pertemuannya kembali dengan cinta pertamanya, membuat Pria itu kembali harus memilih antara cinta sejatinya atau tetap bertahan dengan pernikahan tanpa cinta yang harus dijalaninya.
Akankah ia lebih memilih cinta sejatinya atau tetap bertahan mengarungi bahtera rumah tangga bersama wanita yang tidak ia cintai.
cerita ini merupakan sekuel dari Cerita "Story of my life"
Yuk simak cerita lengkapnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon teteh lia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16
Keesokan paginya.
Fathia memulai harinya dengan berjalan-jalan seorang diri menyusuri bibir pantai. Tadinya, Fathia ingin mengajak Hana turut serta berjalan-jalan, namun Hana menolak dengan alasan masih mengantuk.
Jadilah, Fathia berjalan seorang diri menikmati indahnya pantai di pagi hari. Deburan ombak dan angin pagi menjadi teman berjalan jalannya kali ini.
"Apa yang sedang kamu lakukan disini?" Tanya seseorang yang tiba-tiba datang menghampiri Fathia dengan memakai jaket olahraga dengan tudung kepala serta masker yang menutupi sebagian wajahnya.
Fathia pun tampak terkejut sekaligus merasa takut dengan kedatangan pria yang tiba-tiba muncul dan menghampirinya itu.
Tak berniat menjawab, Fathia justru bersiap hendak berlari melarikan diri dari pria yang tidak terlihat jelas wajahnya itu.
Namun, baru saja ingin melangkah untuk berlari, tangan Fathia lebih dahulu di tarik oleh pria itu.
"Lepas... Lepaskan aku! Aku tidak membawa apapun saat ini." Dengan paniknya, Fathia pun meronta agar pria itu mau melepaskan tangannya. Fathia menyangka. Pria yang mencekal lengannya itu hendak merampoknya saat ini.
Dengan menggunakan satu tangannya yang lain. Pria itu pun melepaskan tudung kepala dan masker yang menutupi wajahnya.
"Ini aku....."
DEG
Fathia berhenti meronta kemudian menatap dalam wajah pria yang masih memegang erat lengannya itu.
Deburan ombak laut yang cukup keras menyamarkan keduanya dari degup jantung yang terasa kencang.
"Kak Reza....." Lirih Fathia.
Untuk sesaat, sepasang pasang mata milik Reza dan Fathia saling menatap dalam . Seolah tengah melepaskan semua kerinduan yang mereka pendam selama 10 tahun belakangan.
Hingga....
Deburan ombak yang cukup besar kembali menyadarkan mereka tentang sebuah kenyataan pahit yang membuat mereka harus kembali memendam rasa rindu mereka.
"Apa yang sedang kamu lakukan disini seorang diri?" Reza kembali bertanya, setelah lebih dahulu melepaskan lengan Fathia yang sempat ia cekal tadi.
"Thia hanya sedang berjalan-jalan." Jawab Fathia tanpa menatap kearah Reza. Fathia lebih memilih menatap kearah lautan lepas di depannya daripada kembali menatap wajah Reza yang malah membahayakan hatinya
Reza menghela nafasnya. Gadis di depannya ini, sungguh berbeda sekarang. Fathia tak lagi mau menatap langsung wajahnya ketika ia tengah berbicara. Sungguh berbeda dengan apa yang Fathia lakukan 10 tahun yang lalu padanya.
Reza masih mengingat jelas, bagaimana cara Fathia menatapnya 10 tahun yang lalu. Sebuah tatapan penuh keceriaan dan senyuman lebar yang selalu menghiasi wajah cantik Fathia saat berbicara dengannya saat itu.
"Pulanglah... Hana pasti mencari mu!" Reza berucap sembari memakai kembali tudung kepala dan masker yang sempat ia lepas tadi.
"Hemmmm...." Hanya terdengar suara gumaman yang keluar dari mulut Fathia.
Tak ingin berlarut dalam kenangan nya. Reza pun kembali melanjutkan aktifitas sebelumnya, yakni berlari menyusuri bibir pantai. Reza memang berniat untuk berolah raga dengan berlari kecil menyusuri bibir pantai sebelum akhirnya melihat Fathia yang tengah berjalan seorang diri.
*****
Lee baru saja masuk kedalam sebuah ruangan yang mirip dengan ruangan rapat yang berada di kantornya. Sementara tepat dibelakang Lee. Mengekor Hana yang sedari tadi mengganggu Lee dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang membuat Lee merasa jengah untuk menjawabnya. Pasalnya, Hana justru bertanya tentang hal pribadinya, bukan bertanya tentang proyek yang akan mereka bahas saat ini.
"Kalian berdua... Kenapa lama sekali!" Tegur Reza saat melihat Lee masuk kedalam ruangan dengan Hana yang tampak mengekor tepat di belakang Lee.
"Tanyakan saja pada adikmu itu! Dia yang sudah membuatku terlambat." Keluh Lee.
"Sudahlah..... Lebih baik kita mulai saja sekarang."
Lee yang masih merasa kesal pun terpaksa harus mengesampingkan rasa kesalnya dengan mulai bersikap profesional.
Keempat orang itu pun kemudian larut dalam sebuah diskusi yang memakan banyak waktu.
Sebuah perusahaan fiktif yang sengaja di rintis oleh Reza dan Lee beberapa tahun yang lalu dengan sembunyi-sembunyi tentunya. kini akan mulai bergerak aktif untuk mendekati dan membuat Narendra group terpincut untuk mau menjalin kerja sama dengannya. Namun demikian, langkah perusahaan fiktif Reza harus lebih berhati-hati agar para petinggi lainnya dari Narendra group tidak merasa curiga. Apalagi Daddy Rayyan yang begitu cermat. Pastinya cukup sulit bagi Reza untuk meyakinkan Daddy Rayyan agar mau menjalin kerja sama dengan perusahaan fiktif Reza tersebut.
"Ingat bos.. Kita masih harus mencari satu aliran dana besar lagi untuk membuat perusahaan ini terlihat Wow di depan CEO Narendra group. Namun tentunya,,,, sebagian dana tambahan itu juga harus bisa kita manfaatkan sebagai cadangan jika rencana awal kita gagal nantinya." Lee berkata untuk memperingatkan 3 anggota lainnya.
Reza tampak terdiam. Otaknya tampak berfikir keras, mencari siapa kiranya seseorang yang bisa ia mintai tolong untuk ikut berpartisipasi dalam rencananya ini.
"Bagaimana Jika aku saja yang menjadi penyumbang dana itu? Aku memiliki cukup banyak tabungan di beberapa rekening bank." Hana mencoba mengajukan dirinya sebagai seseorang yang Lee maksud.
Reza tampak menggelengkan kepalanya. Tidak setuju dengan pendapat yang Hana ajukan.
"Berapa banyak uang yang kamu miliki? Bahkan uang mu saat ini, tentunya bukan lah sepenuhnya hasil kerja kerasmu sendiri." Cibir Reza tanpa menatap kearah Hana.
Hana menatap sinis kearah Abang kembarnya itu. Tidak menyangka jika Abangnya itu kini bermulut pedas seperti dirinya.
"Tentu saja semua itu hasil kerja kerasku!" Jawab Hana dengan ketus.
Reza menyunggingkan senyum menyebalkannya pada Hana. Karena Reza tahu persis, jika apa yang dimiliki adik kembarnya tersebut, bukanlah hasil kerja keras Hana saja, tapi juga hasil pemberian dari Ayah Vino dan juga kedua orang tua Ayah Vino yang memang sangat menyayangi Hana.
"Ayah Vino dan keluarga Mahardika yang memberikannya." Reza kembali menyanggah ucapan Hana. Tentunya membuat Hana semakin kesal pada Reza.
"kalian berdua....! Sampai kapan terus mendebatkan sesuatu yang tidak penting!" Ucap Fathia dengan sedikit meninggikan suaranya. Kali ini Fathia angkat bicara setelah sebelumnya hanya diam menyimak semua pembicaraan tidak penting dari kedua kakak beradik itu.
Sementara Lee, pria itu malah tersenyum tipis sambil terus menatap wajah cantik Fathia.
Reza dan Hana tampak terdiam setelah mendengar Fathia mulai membuka mulutnya.
Hening ....
"Aku yang akan mencari satu orang itu... Aku tidak setuju jika Hana yang menjadi penyumbang dana selanjutnya." Reza kembali mengemukakan penolakannya.
Hana sendiri langsung mengumpat pelan saudara kembarnya itu setelah niat baiknya di tolak mentah-mentah oleh Reza.
"Kamu yakin....? Saat ini kita memang sudah bisa mulai bergerak agresif. Tapi... aliran dana itu, harus bisa secepatnya kamu dapatkan!" Lee kembali mengingatkan Reza. Lee tidak ingin rencana yang sudah ia susun bersama Reza selama 5 tahun belakangan menjadi berantakan, apalagi setelah Lee tahu tentang perjanjian yang telah Reza buat dengan Fathia. Lee semakin tidak ini proyek ini sampai gagal nantinya.
"Aku akan berusaha...." Jawab Reza, meski dalam hati, Reza pun ragu akan bisa menemukan satu orang itu.
******
jangan lupa untuk tinggalkan jejak berupa like dan komentarnya...
Terimakasih sudah berkenan mampir ke cerita remehan ku ini. 🙏❤️
🌹 + iklan buat kakak author biar semangat update 🤗💪💪💪