NovelToon NovelToon
ALTAIR: The Guardian Eagles

ALTAIR: The Guardian Eagles

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Fantasi Timur
Popularitas:15.8k
Nilai: 5
Nama Author: Altairael

[MOHON DUKUNGAN UNTUK CERITA INI. NGGAK BAKAL NYESEL SIH NGIKUTIN PERJALANAN ARKA DAN DIYAN ✌️👍]

Karena keserakahan sang pemilik, cahaya mulia itu pun terbagi menjadi dua. Seharusnya cahaya tersebut kelak akan menjadi inti dari kemuliaan diri si empunya, tetapi yang terjadi justru sebaliknya---menjadi titik balik kejatuhannya.

Kemuliaan cahaya itu pun ternoda dan untuk memurnikannya kembali, cahaya yang telah menjadi bayi harus tinggal di bumi seperti makhluk buangan untuk menggenapi takdir.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Altairael, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

ULANG TAHUN DIYAN

"Hentikan mimpimu untuk menguasai dunia, Sri! Bhanu Angkara nggak butuh ratu untuk menjadi penguasa. Pada saatnya nanti nasibmu akan sama seperti Mamat. Kamu tau itu, kan?!"

Ambar frustrasi, berteriak sambil mengguncang lengan Srintil. Secepat datangnya, secepat itu pula perginya kehangatan barusan. Srintil kembali menjadi orang asing yang tidak memihaknya.

"Urus urusanmu sendiri, dasar peramal bodoh!" Srintil mendorong tubuh Ambar hingga tersungkur.

Melihat itu, Bhanu Angkara kembali terbahak-bahak. "Bagus, Sri!  Janin dalam perutmu akan tetap berguna jika kamu setia padaku."

"Benarkah?" Seperti pengemis berhasil mendapat recehan, Srintil merangkak lalu bersimpuh di bawah Bhanu Angkara dengan kepala mendongak. Rambutnya berkibar terkena sapuan angin, mengekspos keseluruhan wajahnya yang ternyata sangat tirus. "Aku akan setia padamu, Bhanu Angkara... selalu, pasti, ya, ya, pasti selalu setia."

"Sriii!" Ambar meraung marah hingga urat-urat leher dan pelipis terlihat menonjol seperti cacing berkedut di bawah kulit.

Bhanu Angkara pun berteriak gusar, "Tutup mulut! Ingat, kamu harus mempertanggungjawabkan kebohonganmu, peramal tolol!"

"Aku nggak bohong. Tubuh Mamat nggak bakal tahan lama. Menyedihkan sekali, kematiannya sia-sia. Aku sudah gagal melindungi adik-adikku. Apa pun yang akan kamu lakukan aku nggak peduli. Satu hal perlu kamu tahu, Bhanu Angkara ... Dia nggak akan tinggal diam. Dia akan menyulitkanmu, Dia sudah menyiapkan segalanya untuk menghalangimu!" Seolah mengiyakan perkataan Ambar barusan, guntur pun tiba-tiba menggelegar.

Lidah api bercabang-cabang menghiasi langit pekat. Sebentar di sebelah sini, sebentar di sebelah sana, seolah sedang terjadi pergolakan arus listrik maha dahsyat di cakrawala.

Awan hitam bergerak, bergulung-gulung lalu menyebar, lalu menyatu kembali dan bergulung lagi. Terus seperti itu seperti air berputar dalam aquarium raksasa. Diyan menyaksikan fenomena tidak biasa itu dari jendela kamar yang dibiarkan terbuka.

Arka duduk di sampingnya, berpura-pura membaca kitab untuk menutupi perasaan yang sedang risau karena waktu terus mendekat, tetapi adiknya masih belum ada tanda-tanda mengantuk. Dalam hati, Arka terus berharap si sulung itu segera tidur.

Kalau kita altair, pastinya tidak akan tinggal di alam fana, tapi di negeri dongeng.

Arka teringat pada jawaban yang dia berikan pada adiknya atas pertanyaan apakah benar mereka altair. Dia mengatakannya dengan dibalut candaan sehingga Diyan malah tergelak dan tidak bertanya-tanya lagi. Arka sangat bersyukur karena adiknya tidak menganggap ucapan Bhanu Angkara serius.

Di sampingnya, tiba-tiba bahu Diyan menjengit, matanya pun melebar maksimal. Dia buru-buru turun dari tempat tidur, lalu melangkah ke jendela.

Arka mengalihkan fokus, menatap punggung sang adik dan dahinya pun mengernyit. "Apa yang kamu lihat, An? Menjauh dari jendela!" Nada suaranya tegas memerintah.

"Mas Arka, tadi aku kayaknya lihat bayangan makhluk putih bersayap terbang di antara awan hitam itu."

Ulu hati Arka berdenyut nyeri. Kalau apa yang dilihat adiknya benar, berarti fenomena ini memang sengaja diciptakan oleh-Nya. Arka bergegas turun dari tempat tidur untuk menghampiri adiknya.

Astaga! Dia memekik dalam hati saat menyaksikan beberapa manusia elang terbang di antara awan pekat yang bergulung-gulung. Matanya menatap terpaku tanpa berkedip.

Diyan menatap kakaknya dengan mata menyipit. "Apa yang Mas lihat? Wajah Mas Arka juga kenapa tegang begitu?"

Di saat seperti ini, memiliki wajah sendu yang membuatnya terlihat minim ekspresi sungguh sangat menguntungkan, karena emosi jiwanya tidak mudah terlihat. Arka balas menatap adiknya.

"Kamu bilang melihat makhluk putih bersayap. Jadi aku ya pengen lihat. Tapi, nggak ada apa-apa itu. Mamangnya, kamu masih lihat mereka?" Arka membuat nada suaranya terdengar sewajar mungkin.

Diyan menggeleng. "Nggak. Mungkin tadi salah lihat."

"Sudah hampir jam sebelas, kenapa belum tidur, huh? Kamu harus banyak istirahat biar cepat fit." Arka mengacak rambut adiknya yang terlihat semakin panjang hanya dalam beberapa hari ini.

"Aku mau menunggu jam dua belas. Kali ini aku nggak akan memberi kalian kesempatan untuk mengejutkanku lagi." Diyan berbicara sambil menaik-turunkan alis jahil.

Arka yang tadinya hanya mengacak rambut seketika itu juga beralih menempelengnya main-main. "Dasar. Ya, sudah kalau maunya begitu." Setelah itu, dia memegang kedua lengan sang adik dan menggesernya dari depan jendela. "Kembali ke tempat tidur, aku mau tutup jendelanya."

"Jangan ditutup! Aku mau lihat langit---"

Tiba-tiba pintu menjeplak terbuka. "Kejutan!" Bu Harnum dan Pak Satria muncul. Setelah berteriak serempak, Pak Satria langsung meniup terompet, sedangkan Bu Harnum bergegas masuk. Di tangannya ada kue ulang tahun cukup besar berhiaskan lilin-lilin kecil menyala.

"Selamat ulang tahun yang ketujuh belas, An Sayang," ujarnya Bu Harnum riang.

Alih-alih menyambut bahagia, Diyan malah hanya terbengong menatap sang ibu yang sudah berdiri di hadapannya. Dahi si bungsu itu mengernyit sembari mata mengerling beker yang ada di atas nakas.

"Selamat ulang tahun, An!" Seolah tidak melihat reaksi bingung si bungsu, Pak Satria kembali meniup terompetnya.

"Aish, kamu ini!" Bu Harnum memukul gemas bahu Pak Satria.

"Sekarang baru jam sebelas, masih satu jam lagi sebelum pergantian hari. Ngapain dimajukan, sih?" Diyan memajukan bibir bawah dan mengulum bibir atas, lalu mengernyit.

Bu Harnum tergelak-gelak melihat muka si bungsu terlihat seperti orangutan tua yang sedang menatap dengan mata menyipit. "Selamat ulang tahun, Sayang," ucapnya lagi sembari mencium kedua pipi si bungsu. "Ibu khawatir kamu kelamaan menunggu lalu ketiduran. Sekarang mumpung kita semua masih bangun, paling nggak bisa tiup lilin dulu. Setelah itu, kamu bisa istirahat."

"Padahal, aku sengaja nggak mau tidur karena nggak pengen ngasih kesempatan pada kalian untuk ngejutin aku. Yah, tetap saja kecolongan." Setelah menggerutu, Diyan membuang muka. Tidak disangka ternyata ayahnya tengah duduk di tepi tempat tidur sambil melambai-lambai. Senyum jahil terkembang di wajah Diyan selagi dia mengambil ancang-ancang berlari.

"Oh, jangan!" Bu Harnum berseru syok.

"An, jangan! Baha---aw!" Melihat Diyan melompat dan menubruk ayahnya hingga jatuh telentang, Arka meringis seolah dirinyalah yang diterjang.

"Ugfh! Kamu berat sekali!" Pak Satria mengeluh di antara gelak tawa dan semakin terbahak saat si bungsu meninju beruntun dada dan lengannya---hanya main-main. Adegan semacam ini dulu kerap terjadi saat Diyan masih kecil.

Bu Harnum dan Arka tidak mengkhawatirkan Pak Satria yang dianiaya, tetapi mengkhawatirkan kondisi si bungsu yang baru saja membaik. Namun, sepertinya si bungsu baik-baik saja. Sia-sia saja mereka khawatir.

Arka menarik Diyan dari atas tubuh sang ayah, lantas memeluknya. "Selamat ulang tahun, An" ucapnya sembari mendekap erat. Sebentar lagi kamu akan sempurna, An. Tugas berat sudah menunggu, tambahnya dalam hati.

"Aku ingin hadiah, bukan cuma ucapan," ujar Diyan sambil tergelak dan membalas pelukan kakaknya sama erat.

Pak Satria segera bangkit, lalu berdiri di samping Bu Harnum yang menatap kedua putranya dengan mata berkaca-kaca. "Tahan air matamu." Dia berbisik sembari merangkul, lalu meremas lembut bahunya.

Bibir Bu Harnum yang bergetar mengukir senyum samar dan dengan tangan kiri buru-buru mengusap mata. Setelah menelan ludah dia berkata, "An, sini ditiup lilinnya."

Arka melepaskan pelukan, lalu menarik Diyan mendekat pada ibu dan ayahnya. "Jangan lupa buat permohonan dulu."

Si bungsu menatap ibu dan ayahnya bergantian, lalu menutup mata untuk beberapa saat. Begitu membuka mata kembali langsung meniup lilin.

Bu Harnum menyerahkan kue pada Pak Satria, lalu memeluk putra bungsunya erat-erat. "Selamat ulang tahun, Sayang. Berkat yang kuasa selalu menyertaimu. Ibu menyayangimu."

Diyan menyambut pelukan ibunya sama erat. "Terima kasih, Bu. An juga sayang Ibu."

"Selamat ulang tahun. Ayo, cicipi kuenya." Pak Satria sengaja menginterupsi adegan melankolis ibu dan anak itu sebelum tangis istrinya pecah.

Diyan melepaskan pelukan lalu menoleh ke ayahnya. "Bukannya tadi Ibu bilang hanya tiup lilin? Sudah terlalu malam untuk makan, lagi pula aku masih kenyang."

"Sedikit saja." Bu Harnum mengelus rambut si bungsu dan menatap memohon.

Arka yang sudah bisa meraba niat kedua orang tuanya, segera bertindak. Dia mengambil pisau plastik yang ada di tepian alas kue, lalu memotongnya sedikit. Setelah itu, menyuapkan pada adiknya.

"Ayo, buka mulut," pintanya.

Mau tidak mau Diyan pun membuka mulut karena sang kakak menempelkan kue berkrim lembut itu di bibirnya. Pak Satria dan Bu Harnum menyaksikan Diyan mengunyah kue tersebut dengan wajah tegang.

"Enak banget..Kue bikinan ibu memang top." Diyan memuji sambil mengacungkan jempol, sesaat setelah menelan kue yang dia kunyah. Matanya berbinar menatap kue tar berbentuk bulat berukuran cukup besar yang ada di tangan ayahnya. "Aku mau lagi. Boleh, kan?"

"Tentu saja boleh." Bu Harnum memotong cukup besar lalu menyuapkan ke mulut si bungsu yang langsung melahapnya dengan rakus.

"Eemm, bener-bener enak," ujarnya dengan mulut penuh kue.

Arka terkekeh ringan sambil menepuk lembut bahu adiknya. "Tujuh belas tahun sudah harus bisa bersikap dewasa, An. Jangan semaunya sendiri terus."

"Salahkan takdir, kenapa aku jadi yang paling muda di keluarga ini." Diyan menaik-turunkan alis sambil menjilati krim kue yang menempel di bibir.

Bu Harnum dan Pak Satria tergelak, tetapi sorot mata dan air muka mereka terlihat tidak sepenuhnya bahagia. Suara tawa mereka terdengar hambar. Arka menyadarinya, tetapi tidak dengan Diyan.

Dalam hati, Arka berhitung: Satu, dua, tiga, empat, lima, en---

Enam belum lengkap disebut, tetapi dia sudah harus sigap menangkap tubuh adiknya yang tiba-tiba terkulai lemas. Karena sebenarnya kue itu sudah dibubuhi ramuan penidur dari Sahen Gaganantara. Bu Harnum terpaksa melakukan itu karena Diyan tidak juga tidur, padahal waktunya sudah semakin dekat.

1
bang sleepy
Akhirnya sampai di chap terakhir update/Whimper/ aku bagi secangkir kopi biar authornya semangat nulis 🤭💗
bang sleepy
pengen kuguyur dengan saos kacang rasanya/Panic/
bang sleepy
brisik kamu kutu anjing! /Panic/
bang sleepy
bisa bisanya ngebucin di moment begini /Drowsy/
bang sleepy
mank eak?
diyan selalu berada di sisi mas arka/Chuckle/
bang sleepy
shock is an understatement....... /Scare/
bang sleepy
sabar ya bang arka wkwwk
bang sleepy
tetanggaku namanya cecilia trs penyakitan, sakit sakitan trs. akhirnya namanya diubah. bru sembuh
bang sleepy
mau heran tp mrk kan iblis /Drowsy/
bang sleepy
dun dun dun dunnnn~♪
bang sleepy
astaga suaranya kedengeran di telingaku /Gosh/
bang sleepy
Hah... jd raga palsu itu ya cuma buat nguji arka ama diyan
Alta [Fantasi Nusantara]: Kenyataan emang pahit ya🤣🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
bang sleepy
bener uga ciii /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
bang sleepy
idih idihhh
bang sleepy
nyembur wkwkwkwk
bang sleepy
Tiba-tiba cinta datang kepadaku~♪ #woi
bang sleepy
kan bener. kelakuannye kek bokem. tp dia altair
bang sleepy
agak ngeri ngeri sedap emg si diyan ini wkwkw
Alta [Fantasi Nusantara]: /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
total 1 replies
bang sleepy
anaknya anu kah
bang sleepy
buseeeeddd
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!