NovelToon NovelToon
Bara Penjilat

Bara Penjilat

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Harem / Romansa
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Chep 'NJune

Mirna Anak seorang Milyuner bernama Tuan Ambarita, Pemilik 5 perusahaan besar dan mampu mengguncangkan Kota itu dengan Kekayaannya.


Sudah hampir 10 tahun, Mirna menikah dengan Harun, namun perjalanan pernikahannya itu selalu mendapat masalah, lantaran Suaminya Harun berambisi untuk menjadi Seorang Milyuner Kaya.


Sehingga Niat untuk ambisinya untuk mengambil alih Semua perusahaan dari Mertuanya itu dan melakukan hal bodoh untuk mendapatkan segalanya, sehingga imbas dari kelakuannya itu pada Istrinya Mirna.


Hingga pada suatu hari rencana Harun dan Anak buahnya itu untuk menggelapkan Aset Anak cabang perusahaan Mertuanya itu terbongkar dengan tidak sengaja.


Harun pun geram, dan Dia melihat seorang Pegawainya menguping disaat Mereka sedang merencanakan Penggelapan itu.


Lantas Dia memanggil Orang itu dan langsung dipecatnya, dan Orang yang malang itu adalah Hilman, Anak hasil hubungan Mertuanya itu dengan Wanita simpanannya yang tidak diketahui oleh Istri dan keluarga Mertuanya it

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chep 'NJune, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pencarian kembali lagi

Di dalam kamarnya terlihat Harun sedang marah- marah akan kegagalan niatnya itu, vas bunga yang di meja dekat sudut di kamar itu dilempar menjadi sasaran amarahnya karena merasa kesal.

“Prang!”

Bunyi Vas bunga dilemparkan ke dinding kamar itu, dan jatuh berkeping- keping ke lantai.

Dan terdengar pula umpatan serta sumpah serapah terlontar dari mulut busuknya itu.

“Brengsek juga Ambarita itu, biar nanti Akan Aku hancurkan, gobloknya juga Yohana mau menurut dan mendengarkan Suaminya itu, jadi Aku susah mempengaruhinya!” Ucap Harun merasa kesal pada dirinya.

Mendengar suara ribut- ribut, dengan rasa penasaran Istrinya Mirna bergegas menuju Kamar untuk melihatnya.

“Ada apa di kamar itu ribut- ribut, seperti Suamiku sedang marah- marah!” Ucap Mirna penasaran pada dirinya itu.

Alangkah terkejutnya Mirna saat dia melihat di kamarnya itu berantakan, terlihat kepingan vas bunga di lantai berserakan, serta tampak Suaminya Harun sedang duduk dengan wajah tidak karu- karuan itu.

Kemudian Mirna pun bertanya pada Suaminya itu dengan rasa ingin tahunya itu.

“Ada apa ini? Kenapa dengan Kamu? Kesurupan atau apa? Atau Kamu ini sudah tidak waras lagi?” Tanya Mirna dengan murkanya itu. Harun hanya diam saja sambil menatap wajah Istrinya itu. Kemudian dia bergegas untuk pergi sambil bicara pada Mirna dengan tidak memperdulikan pertanyaannya itu.

“Sudahlah! Aku pusing! Aku pergi dulu!” Jawab Harun sambil berjalan keluar kamar.

Mirna pun bertanya lagi dengan berteriak merasa penasaran.

“Kenapa tidak Kamu jawab! Kok diam saja, Harun jawab Aku!” Teriak Mirna pada Suaminya itu merasa diacuhkan.

Tapi seolah Harun tidak peduli dan terus berjalan, lalu terdengar mulutnya berteriak memanggil Budi sopir pribadinya itu.

“Budi!...Budi!” Teriak Harun dengan jengkel.

Lalu dengan terburu- buru Budi pun menghampirinya sambil bertanya karena merasa penasaran.

“Ada apa, Tuan?” Tanya Budi pada Harun ingin tahu.

“Antarkan Aku, Cepat!” Jawab Harun menyuruhnya.

“Baik, Tuan!” Jawab Budi dengan bergegas menuju garasi mobilnya itu.

Akhirnya Harun pun pergi juga dengan dikawal dua Orang pengawal pribadinya itu meninggalkan Isabel yang bengong melihatnya.

“Dasar Suami edan, uring- uringan bikin kamar berantakan!” Gumam Mirna dalam benaknya itu.

Mirna menggeleng- gelengkan kepalanya. Dalam pikirannya mungkin Suaminya sedang emosi memikirkan niatnya itu yang gagal.

“Apa dia marah- marah lantaran niatnya pada Mama tidak kesampaian itu? Tak tahulah Aku pusing memikirkannya!” Ucap Mirna pada dirinya itu.

Lalu Mirna memanggil Bibi Harnum untuk segera membersihkan kamarnya dari kepingan pecahan Vas bunga itu.

“Bi!...Bibi Harnum!” Teriak Mirna pada Bibi Harnum dengan kencangnya itu.

Terlihat Bibi Harnum dengan tergesa- gesa menghampirinya sambil bertanya pada Majikannya itu.

“Ada apa, Nyonya?” Tanya Bibi Harnum merasa penasaran padanya.

Mirna sambil tersenyum pada Bibi Harnum, lantas menjawabnya.

“Tolong bersihkan Kamar Tidur, Bi! Berantakan pecahan Vas bunga yang terjatuh, cepat Ya, Bi!” Jawab Mirna kepadanya.

Bibi Harnum mengangguk dan segera bergegas menuju Kamar untuk membersihkannya.

“Baik, Nyonya!” Jawab Bibi Harnum lagi pada Mirna pula.

**********

Di Kampung Halaman, Kampung Blantikan

Di salah satu rumah dalam gang itu, tampak Wanto dan empat Orang Anak buahnya sedang menyeret Firman dengan memaksanya.

“Ampun…Ampun, Tuan!” Ucap Firman memohon ampun pada Wanto.

Firman adalah Adik Kandung dari Luna, dia mendiami rumah Pribadi Bibi Luna dan merawatnya, hingga dia terimbas masalah ini lantaran dulu Hilman dan kedua temannya serta Bibi Luna melarikan diri ke rumah itu, sebelum Hilman ditangkap oleh Wanto dan Anak buahnya.

Firman dengan rasa takutnya terus bicara pada Wanto sambil menangis.

“Sungguh Aku tidak tahu, Tuan! Mohon Ampuni Aku!” Ucap Firman sambil merintih sakit.

Wanto menggeleng- gelengkan kepalanya merasa tidak percaya atas ucapan yang dilontarkan oleh Firman itu.

“Aku akan bebaskan, tapi Kamu harus memberi tahu kemana perginya mereka bertiga itu?” Tanya Wanto dengan semakin garangnya itu.

“Sungguh Aku tidak tahu, Tuan!” Ucap Firman sambil bersimpuh memohon Ampun padanya.

Dan sekarang Wanto dan para Anak buahnya itu kembali mengejar Hilman, mereka mencari keberadaan dan Informasi Hilman dari tempat pertama mereka menangkap Hilman dan melepaskan ketiganya dulu.

Wanto kini seakan semakin bengis, mungkin ketakutan ancaman Harun itu kepadanya.

“Cepat Katakan, Setan!” Ucap Wanto lagi dengan semakin memaksanya untuk bicara.

Dia lantas mencekik leher Firman sambil menarik ke atas, sehingga tubuh Firman terangkat keatas dan rintihan sakit nya terdengar jelas.

“Keu!...Keukk! To..lo…ong lepas…kan, Tuan!” Ucap Firman merintih memohon ampun.

Rasa amarah semakin membuat emosi Wanto semakin tidak bisa ditahannya, sambil mencekik dan terus mengangkat tubuh Firman hingga rasa sakitnya yang seakan mengoyaknya.

“Ahk!....keukk!...Argh! Mohon ampun, Tuan!” Ucap Firman merasa kesakitan dengan siksa tangan Wanto yang mencekiknya.

Merasa sudah dalam batas tidak sabarnya Wanto langsung melemparkan tubuh Firman, hingga dia terbentur tembok dan jatuh berguling ke lantai.

Bugh!

Brakk!

Bugh!

Lalu Firman meringis menahan tangis dan sakit pada dirinya itu.

“Ahh!...Argh!” Rintihnya sambil memegang kedua pipi dan mulutnya yang berdarah itu.

Wanto lantas menghampirinya sambil jongkok dan menjambak rambutnya, terdengar tanyanya dengan keras.

“Ayo cepat katakan padaku kemana mereka itu?” Tanya Wanto sambil sambil nyinyir padanya.

“Cih!”

Wanto menyinyir sambil terus mendesah dan menjambak rambutnya pada Firman itu.

“Cepatlah jawab, Firman! Sebelum kesabaranku habis!” Ucap Wanto dengan merasa jengkel.

Dengan berusaha untuk kuat, Firman pun menjawab sekuat tenaganya.

“Bukannya mereka dibawa oleh Orang-orang Tuan!” Jawab Firman pada Wanto menjelaskan padanya.

Mendengar ucapan Firman, Wanto pun sedikit berpikir untuk menyimaknya bicara.

“Apa benar yang Kamu Ucapkan itu, Firman?” Tanya Wanto merasa penasaran.

Firman mengangguk sambil bicara padanya.

“Benar, dia berjumlah tiga orang berseragam hitam- hitam dengan tergesa- gesa, Tuan!” Jawab Firman menjelaskan padanya itu.

Dengan sorot mata menatapnya tajam, lantas Wanto menjawab sambil mengancamnya.

“Awas jika Kamu bohong Aku tidak segan- segan untuk menghabisimu, Firman!” Ucap Wanto dengan geramnya itu.

Firman menunduk tidak berani untuk menatap pada Wanto itu.

“Sungguh Aku tidak bohong, bahkan Aku sendiri pun di sekap di dalam kamar, Tuan!” Jawab Firman menjelaskan.

Wanto terperanjat merasa kaget atas jawaban Firman itu.

“Benarkah yang Kamu ucapkan itu, Firman?” Tanya Wanto memastikan

“Benar, Tuan! Aku tidak berani untuk berbohong pada Tuan!” Jawab Firman menegaskan kepadanya.

Lantas dalam pikiran Wanto bertanya- tanya siapa gerangan personil berseragam hitam itu yang membawa mereka bertiga pergi.

“Siapa mereka itu? Apakah Orangnya Boss Ambarita? Atau ada Orang lain lagi yang mencampuri urusan ini!” Gumam Wanto dalam pikirannya itu.

Melihat Wanto diam terpaku, terdengar ucapan Firman bicara lagi seakan- akan memastikan dari segala keraguannya.

“Mereka memaksanya Untuk mau menuruti keinginannya, dan dipaksa naik ke dalam mobil sambil terus mengancamnya, Tuan!” Ucap Firman mengingatkannya itu.

Saking merasa penasaran di dalam otaknya, Wanto bertanya lagi pada Firman memastikan.

“Apakah kamu tahu siapa mereka? Atau mendengar mereka menyebutkan nama atau tempat, Firman?” Tanya Wanto pada Firman merasa bingung pada ucapannya itu.

Firman menggeleng- gelengkan kepalanya pada Wanto seraya menjawabnya bicara.

“Wajah mereka ditutup Masker hitam, dan mereka sebelumnya menyeret dan menyekapku di dalam Kamar, jadi Aku tidak bisa mendengar percakapan mereka itu!” Jawab Firman pada Wanto menjelaskan kepadanya.

Pikiran Wanto merasa bertanya- tanya siapakah gerangan mereka itu? Apakah mungkin Orang dari Tuan Ambarita? Atau Orang- Orangnya Handayani?” Begitu pikiran pusing Wanto merasa penasaran dibuatnya itu.

1
Ramadhan Lukman Hady
Cihuyyy🔥🔥
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!